Friday, December 28, 2012

Ilmu Sosial Dasar

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan bimbingan-Nya makalah Ilmu Sosial Dasar ini dapat diselesaikan. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Karen Chaterine selaku Dosen Ilmu Sosial Dasar, Universitas Gunadarma. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar (Softskill).
Saya menyadari makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, demi kesempurnaan pembuatan makalah ini di hari yang akan datang. Saya ingin mengucapkan terima kasih pada beberapa pihak yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan membalas kebaikannya dengan berkat yang lebih besar. Terima kasih.

Depok, 17 Oktober 2012


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.  Ringkasan Ilmu Sosial Dasar
B.  Latar Belakang Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A.  Pengertian
B.  Tujuan
C.  Ruang Lingkup Ilmu Sosial Dasar
D. Masalah-Masalah Sosial Yang Timbul Dalam Masyarakat
BAB III PENUTUP
A.   Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A.   RINGKASAN ILMU SOSIAL DASAR
Ilmu sosial dasar adalah pengetahuan yang menelaah masalah-masalah sosial, khususnya masalah-masalah yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia, dengan menggunakan pengertian-pengertian (fakta, konsep, teori) yang berasal dari berbagai bidang ilmu pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu sosial (seperti geografi sosial, sosiologi, antropologi sosial, ilmu politik, ekonomi, sejarah, dll).
Pembahasan mengenai ilmu sosial dasar berada dalam beberapa ruang lingkup, diantaranya :
Mengenai fakta permasalahan yang terdapat dalam masyarakat
Konsep dasar dari konsep–konsep sosial diperlukan untuk mempelajari setiap permasalahan sosial yang terdapat dalam masyarakat yang dibahas dalam Ilmu pengetahuan sosial.
Perbedaan masalah–masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

B.   LATAR BELAKANG MASALAH
Ilmu sosial dasar bertujuan untuk membantu perkembangan wawasan pemikiran dan kepribadian agar wawasannya lebih luas, khususnya berkenaan dgn sikap dan tingkah laku manusia dalam menghadapi manusia-manusia lain, serta sikap dan tingkah laku manusia-manusia lain terhadap manusia yg bersangkutan secara timbal balik.

C.    TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN
Ilmu sosial dasar adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia tentang masalah sosial, dan juga membicarakan hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya. Khususnya kehidupan masyarakat Indonesia dengan menggunakan pengertian-pengertian. Ilmu sosial bukanlah suatu bidang keahlian ilmu-ilmu sosial tertentu, tetapi berasal berbagai bidang pengetahuan dalam berbagai ilmu-ilmu sosial seperti, sosiologi, sejarah , antropologi, psikologi sosial.
Ilmu sosial dasar merupakan suatu usaha yang dapat diharapkan memberikan pengetahuan umum dan pengetahuan dasar tentang konsep-konsep yg dikembangkan untuk melengkapi gejala-gejala sosial agar daya tanggap (tanggap nilai), persepsi dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan sosial dapat ditingkatkan, sehingga kepekaan mahasiswa pada lingkungan sosialnya menjadi lebih besar.

B.    TUJUAN
Sebagai salah satu dari mata kuliah dasar umum. Ilmu sosial dasar mempunyai tujuan pembinaan mahasiswa. Ada pun tujuannya, yaitu :
· Memahami dan menyadari adanya kenyataan-kenyataan sosial dan masalah–masalah sosial yang ada dalam masyarakat.
· Peka terhadap masalah-masalah sosial dan tanggap untuk ikut serta dalam usaha-usaha menanggulanginya.
· Menyadari bahwa setiap masalah sosial yang timbul dalam masyarakat selalu bersifat kompleks dan hanya dapat mendekatinya mempelajarinya secara kritis dan interdisipliner.
· Memahami jalan pikiran para ahli dari bidang ilmu pengetahuan lain dandapat berkomunikasi dengan mereka dalam rangka penanggulangan  masalah sosial yang timbul dalam masyarakat.
Fungsi dari ilmu sosial dasar, yaitu memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji gejala-gejala sosial kebudayaan agar daya tanggap, persepsi dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan social budaya dapat ditingkatkan sehingga kepekaan mahasiswa pada lingkungannya menjadi lebih besar.

C.    RUANG LINGKUP ILMU SOSIAL DASAR
Adapun ruang lingkup materi Ilmu Sosial Dasar adalah :
a.    Kenyataan-kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat, yang secara bersama-sama merupakan masalah sosial tertentu. Kenyataan-kenyataan sosial tersebut sering ditanggapi secara berbeda oleh para ahli ilmu sosial. Karena adanya perbedaan latar belakang disiplin ilmu atau sudut pandangnya.
b.    Konsep-konsep sosial atau pengertian-pengertian tentang kenyataan-kenyataan sosial dibatasi pada konsep dasar atau elementer saja yang sangat diperlukan untuk mempelajari masalah-masalah sosial. Sebagai contoh dari konsep dasar semacam ini misalnya konsep keanekaragaman, dan konsep kesatuan sosial.
Bertolak dari media konsep tersebut diatas, maka dapat kita pahami dan sadari di dalam masyarakat selalu terdapat :
1)   Persamaan dan perbedaan pola pemikiran dan pola tingkah laku baik secara individual maupun kelompok.
2)   Persamaan dan perbedaan kepentingan.
Persamaan dan perbedaan itulah yang seringkali menyebabkan timbulnya konflik, kerjasama, kesetiakawanan antar individu dan golongan.

D.   MASALAH-MASALAH SOSIAL YANG TIMBUL DALAM MASYARAKAT
Biasanya terlibat dalam berbagai kenyataan-kenyataan sosial antara satu dengan lainnya saling berkaitan. Agar dapat dioperasionalkan, Ruang Lingkup Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar dibagi menjadi 8 (delapan) pokok bahasan, yaitu :
 Berbagi masalah kependudukan dalam hubungannya dengan perkembangan masyarakat dan kebudayaan.
 Masalah individu, keluarga, dan masyarakat.
 Masalah pemuda dan sosialisasi.
 Masalah hubungan antara warga negara dan negara.
 Masalah pelapisan sosial dan kesamaan derajat.
 Masalah masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan.
 Masalah pertentangan-pertentangan sosial dan integrasi.
 Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
ISD meliputi dua kelompok utama, yaitu studi manusia dan masyarakat dan studi lembaga-lembaga sosial. Yg terutama terdiri atas psikologi, sosiologi, dan antropologi, sedang yg kemudian terdiri atas ekonomi dan politik.
Sasaran STUDI ISD adalah aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan masalah-masalah yang terwujud dari padanya.


BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
Penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu, sedangkan masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya berpikir tentang dirinya dalam kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. Ini berarti masyarakat akan terbentuk bila ada penduduknya sehingga tidak mungkin akan ada masyarakat tanpa penduduk, masyarakat terbentuk karena adanya penduduk.


DAFTAR PUSTAKA
http://sulfikar.com/ilmu-sosial-dasar-defenisi-kuliah-i.html
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/mkdu_isd/bab1-ilmu_sosial_dasar_sebagai_salah_satu_mata_kuliah_umum.pdf
http://www.scribd.com/doc/24331796/Konsep-Ilmu-Sosial-Dan-Budaya-Dasar
http://sulfikar.com/ilmu-sosial-dasar-defenisi-kuliah-i.html
http://carideny.blogspot.com/2012/03/ringkasan-ilmu-sosial-dasar.html

Ilmu Sosial Dasar Dalam Bidang Pendidikan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan bimbingan-Nya makalah Ilmu Sosial Dasar ini dapat diselesaikan. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ira Widarti selaku Dosen Ilmu Sosial Dasar, Universitas Gunadarma. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar (Softskill).
Saya menyadari makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, demi kesempurnaan pembuatan makalah ini di hari yang akan datang. Saya ingin mengucapkan terima kasih pada beberapa pihak yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan membalas kebaikannya dengan berkat yang lebih besar. Terima kasih.

Depok, 17 Oktober 2012


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang, dan pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada pencapaian tujuan pembangunan nasional Indonesia.
Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokan sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya dan program yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum, Pendidikan keturunan dan pendidikan lainnya. Serta upaya pembaharuannya meliputi landasan yuridis, Kurikulum dan perangkat penunjangnya, struktur pendidikan dan tenaga kependidikan

1.2. Pembahasan Masalah
Pada hakikatnya penulis mengarahkan Langkah-langkah yang dijadikan pokok permasalahan dalam pembuatan makalah ini agar sasaran yang hendak dicapai dapat terwujud. Pokok permasalahan tersebut yaitu Bagaimana cara untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang.

1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Landasan Pengembangan Kurikulum.


BAB II
PEMBAHASAN

A.  SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
2.1. Kelembagaan Pendidikan
Pendidikan nasional dilaksanakan melalui lembaga-lembaga pendidikan baik dalam bentuk sekolah maupun dalam bentuk kelompok belajar. Penyelenggaraan SISDIKNAS dilaksanakan melalui 2 jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah, disingkat PLS.
1) Jalur pendidikan sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan (pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi). Sifatnya formal, diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan pemerintah ada keseragaman pola yang bersifat nasional.
2) Jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang bersifat kemasyarakatan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak berjenjang dan tidak berkesinambungan seperti kursus-kursus di luar sekolah, yang sifatnya tidak formal.
3) Jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik serta keluasan dan ke dalam bahan pengajaran (UU RI. No. 2 tahun 1989 Bab I, Pasal 1 ayat 5).
Ø  Jenjang pendidikan dasar untuk memberikan bekal dasar, atau pendidikan pertama/setara sampai tamat
Ø  Jenjang pendidikan menengah selamanya 3 tahun sesudah pendidikan dasar, diselenggarakan di SLTA atau satuan pendidikan sederajat
Ø  Jenjang pendidikan tinggi disebut Perguruan Tinggi yang dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan Universitas.

2.2. Program Dan Pengelolaan Pendidikan
a. Jenis Program Pendidikan
Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokan sesuai dengan sifat dan kekhususan tatanannya (UU RI. No. 2 tahun 1989 Bab 1 ayat 4 No.2 Tahun 1989).
1) Pendidikan umum adalah pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Pendidikan berfungsi untuk sebagaimana acuan umum bagi jenis pendidikan lainnya.
Yang termasuk pendidikan umum: SD, SMP, SMA dan Universitas.
2) Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja pada bidang pekerjaan tertentu. Sperti bidang teknik tata boga, dan busana perhotelan, kerajinan, administrasi, perkantoran dan lain-lain lembaga pendidikannya seperti STM.
3) Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk peserta didik yang menyandang kelainan fisik/mental yang termasuk pendidikan luar biasa adalah SDLB untuk jenjang dasar, dan PLB untuk jenjang pendidikan menengah memiliki program khusus yaitu program untuk anak tuna netra, tuna rungu, tuna daksa, dan tuna grahita. Untuk pendidikan gurunya disediakan SGPIB (Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa) setara dengan Diploma III
4) Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan pemerintah dan non departemen
5) Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan khusus yang mempersiapkan peserta didik dalam melaksanakan peranan yang khusus dalam pengetahuan ajaran agama, yang terdiri dari tingkat pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi

b. Kurikulum Program Pendidikan
- Istilah kurikulum asal mulanya dari dunia olah raga pada zaman Yunani Kuno. Curir berarti “pelari” dan Curere artinya “tempat terpaku” Kurikulum kemudian diartikan “jarak yang harus ditempuh” oleh pelari (Nana Sujana, 1989: 4) berdasarkan arti yang terkandung kurikulum dalam pendidikan dianalogikan sebagai arena tempat peserta didik berlari untuk mencapai “finish” berupa ijazah, diploma, gelar (Zais, 1976 yang dikutip oleh Muhammad Ansyar dan Nurtain, 1992:7)
- Tujuan pendidikan nasional dinyatakan di dalam UU RI No. 2 tahun 1989 pasal 3 (a) terwujudnya bangsa yang cerdas, (b) manusia yang utuh beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (c) budi pekerti luhur, (d) terampil dan berpengetahuan, (e) sehat jasmani dan rohani, (f) berkepribadian yang mantap dan mandiri, (g) bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Jadi tuntutan pendidikan nasional diberlakukan untuk semua satuan pendidikan, dari pendidikan pra sekolah, pendidikan tinggi, pendidikan pra sekolah dan pendidikan luar sekolah, pendidikan anak luar biasa, pendidikan kedinasan dan seterusnya.
Pasal 38 ayat 2 menyatakan: Kurikulum yang berlaku secara nasional ditetapkan oleh Menteri. Pimpinan lembaga pemerintah non departemen berdasarkan pelimpahan wewenang dalam negeri.
- Untuk muatan lokal unit kecil lazimnya dimulai dari kurikulumnya sedangkan untuk muatan lokal untuk besar dimulai dari muatan lokalnya. Dapat digambarkan sebagai berikut:

c. Cara Merancang Pengajaran
Cara menjabarkan muatan lokal ke dalam bentuk rancangan pengajaran. Kegiatan ini sudah dimanfaatkan wawasan tentang pendekatan yang digunakan, strategi belajar, metode/teknik, sarana.
1. Faktor penghambat pelaksanaan muatan lokal
- Sifat di pelajaran lokal itu sendiri
- Segi ketenagaan
- Proses belajar mengajar
- Sistem ujian akhir dan ijazah yang diselenggarakan di sekolah
- Sarana penunjang bagi pelaksanaan muatan lokal
2. Faktor penunjang pelaksanaan muatan lokal
- Keinginan dari kebanyakan peserta didik untuk cepat memperoleh bekal dan pekerjaan apapun yang membawa hasil
- Sarana cukup banyak
- Ketenagaan yang bervariasi
- Materi muatan lokal yang sudah tercantum sebagai materi kurikulum dan sudah dilaksanakan secara rutin
- Media masa khususnya media komunikasi visual seperti TV, Radio

2.3. Pembaharuan Pendidikan
Sistem pendidikan selalu menghadapi tantangan baru, dengan serta merta timbulnya kebutuhan-kebutuhan baru untuk menghadapi tantangan baru itu pendidikan berupaya melakukan pembaharuan dengan jalan menyempurnakan sistemnya.
Pembaharuan yang terjadi meliputi landasan yuridis, kurikulum dan perangkat penunjangnya, struktur pendidikan, dan tenaga kependidikan.
1. Pembaharuan pendidikan yang sangat mendasar ialah pembaharuan yang tertuju pada landasan yuridisnya karena landasan yuridis berhubungan dengan hal-hal yang bersifat mendasari semua kegiatan pelaksanaan pendidikan dan mengenai hal-hal yang penting seperti komponen struktur pendidikan, kurikulum, pengelolaan, pengawasan, ketenagaan.
2. Pembaharuan kurikulum yaitu sifatnya mempertahankan dan mengubah
3. Pembaharuan pola masa studi termasuk pendidikan yang meliputi pembaharuan jenjang dan jenis pendidikan serta lama waktu belajar pada suatu satuan pendidikan
4. Pembaharuan tenaga kependidikan adalah tenaga yang bertugas menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.

2.4. Dasar dan Aspek Legal Pembangunan Pendidikan Nasional
Berupa ketentuan-ketentuan yuridis yang sangat mendasar acuan serta mengatur penyelenggaraan sistem pendidikan nasional seperti Pancasila, UUD 1945, GBHN, UU Organik Pendidikan Peraturan Pemerintah dan lain-lain. Sistem pendidikan nasional yang mempunyai misi mencerdaskan kehidupan bangsa
Program utama pembangunan pendidikan, yaitu:
a. Perjuangan dan penerapan kesempatan mengikuti pendidikan
b. Peningkatan mutu pendidikan
c. Peningkatan relevansi pendidikan
d. Pendidikan efisiensi dan efektivitas pendidikan
e. Pengembangan kebudayaan
f. Pembinaan generasi muda

Program pokok pembangunan pendidikan dinyatakan dalam GBHN memberi pedoman bagi upaya merealisasikan pasal 31 dan 32 UUD 1945, yakni bahwa:
Ø Tiap warga negara mendapat pengajaran
Ø Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional
Ø Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia
Untuk menyongsong laju pembangunan nasional maka upaya penyempurnaan UU Organik bidang pendidikan dilakukan terus dan sebagai hasilnya lahirlah UU RI No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sejumlah peraturan pemerintah yaitu pasal-pasal tertentu dari UU RI no. 2 tahun 1989 peraturan pemerintah, yaitu:
- PP No. 27 th 1990 tentang Pendidikan Pra Sekolah
- PP No. 28 th 1990 tentang Pendidikan Dasar
- PP No. 29 th 1990 tentang Pendidikan Menengah
- PP No. 30 th 1990 tentang Pendidikan Tinggi
- PP No. 73 th 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah
- PP No. 38 th 1991 tentang Tenaga Kependidikan
- PP No. 39 th 1992 tentang Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan

Pendidikan nasional Indonesia memiliki ciri khas sehingga berbeda dengan sistem pendidikan nasional bangsa lain, tampak pada landasan, dasar penyelenggaraan dan perkembangannya. Landasan dan dasarnya menjiwai sistem pendidikan sedangkan pola penyelenggaraan dan perkembangannya memberikan warna coraknya. Penyelenggaraannya terwujud padam : jalur, jenjang dan jenis pendidikan berfungsi menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan, pengembangan sistem pendidikan nasional mesti berdasar kepada aspek legal.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang, dan pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada pencapaian tujuan pembangunan nasional Indonesia.
Jadi sistem pendidikan nasional merupakan satu keseluruhan yang terpadu dari semua suatu kegiatan pendidikan yang saling berkaitan untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional dan diselenggarakan oleh pemerintah swasta di bawah tanggung jawab Menteri Dikbud dan Menteri lainnya.
Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokan sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya dan program yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum, Pendidikan keturunan dan pendidikan lainnya. Serta upaya pembaharuannya meliputi landasan yuridis, Kurikulum dan perangkat penunjangnya, struktur pendidikan dan tenaga kependidikan

3.2 Saran
Dewasa ini sistem pendidikan nasional selalu dianggap sepele padahal sangatlah penting. Peserta didik mengetahui cara dan bagaimana mengetahui tentang sistem pendidikan nasional. Jadi kita sebagai pelajar dan peserta didik harus tahu jenis, jalur, program sistem pendidikan nasional.


DAFTAR PUSTAKA

Center for Informatics office of Education an Cultural Research and Development Ministry of Education an Culture, (1990) Jakarta: education Indicator: Indonesia
Depdikbud (1989) UU RI No. 2 tahun 1982 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta; Balai Pustaka
Nana Sudjana, (1989). Pendidikan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: P2G Depdikbud
UUD P4 dan GBHN

Ilmu Sosial Dasar Dalam Bidang Psikologi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan bimbingan-Nya saya dapat menyusun makalah ini. Makalah ini merupakan panduan bagi para mahasiswa, untuk belajar dan mempelajari lebih lanjut tentang ilmu sosial dasar dalam bidang psikologi. Yang bertujuan dapat menumbuhkan proses belajar mandiri, agar kreativitas dan penguasaan materi pelajaran optimal sesuai dengan yang diharapkan. Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu mahasiswa  dalam mengetahui tentang bagaimana bersosialisasi dengan baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan senantiasa menjadi sahabat dalam belajar untuk meraih prestasi yang gemilang. Kritik dan saran dari bapak/ ibu dan juga teman-teman tetap saya harapkan guna perbaikan dan penyempurnaan untuk belajar ke depan.

Depok, 17 Oktober 2012


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Ilmu Sosial Dasar adalah pengetahuan yg menelaah masalah masalah sosial, khusus- nya masalah masalah yg diwujudkan oleh masyarakat Indonesia, dengan menggunakan Teori2 (fakta, konsep, teori) yg berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu2 sosial (seperti Geografi Sosial, Sosiologi, Antropologi Sosial, Ilmu Politik, Ekonomi, Psikologi Sosial dan Sejarah) MK.
Ilmu Sosial Dasar merupakan suatu usaha yang dapat diharapkan memberikan pengetahuan umum dan pengetahuan dasar tentang konsep- konsep yg dikembangkan untuk melengkapi gejala-gejala sosial agar daya tanggap (tanggap nilai), persepsi dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan sosial dapat ditingkatkan , sehingga kepekaan mahasiswa pada lingkungan sosialnya menjadi lebih besar.
Psikologi sosial adalah suatu studi tentang hubungan antara manusia dan kelompok. Para ahli dalam bidang interdisipliner ini pada umumnya adalah para ahli psikologi atau sosiologi, walaupun semua ahli psikologi sosial menggunakan baik individu maupun kelompok sebagai unit analisis mereka.

Psikologi sosial sempat dianggap tidak memiliki peranan penting, tapi kini hal itu mulai berubah. Dalam psikologi modern, psikologi sosial mendapat posisi yang penting. psikologi sosial telah memberikan pencerahan bagaimana pikiran manusia berfungsi dan memperkaya jiwa dari masyarakat kita. Melalui berbagai penelitian laboratorium dan lapangan yang dilakukan secara sistematis, para psikolog sosial telah menunjukkan bahwa untuk dapat memahami perilaku manusia, kita harus mengenali bagaimana peranan situasi, permasalahan, dan budaya.
Walaupun terdapat banyak kesamaan, para ahli riset dalam bidang psikologi dan sosiologi cenderung memiliki perbedaan dalam hal tujuan, pendekatan, metode dan terminologi mereka. Mereka juga lebih menyukai jurnal akademik dan masyarakat profesional yang berbeda.

 1.2. Batasan Masalah
Ilmu Sosial Dasar meliputi dua kelompok utama; studi manusia dan masyarakat dan studi lembaga-lembaga sosial. Yg terutama terdiri atas psikologi, sosiologi, dan antropologi, sedang yg kemudian terdiri atas ekonomi dan politik.
Sasaran Studi Ilmu Sosial Dalam bidang psikologi meliputi pengertian, ruang lingkup, dan metode-metode psikologi sosial.

1.3. Tujuan Penulisan
Ilmu Sosial Dasar membantu perkembangan wawasan penalaran dan kepribadian mahasiswa agar memperoleh wawasan yg lebih luas dan ciri-ciri kepribadian yg diharapkan dari sikap mahasiswa, khususnya berkenaan dgn sikap dan tingkah laku manusia dalam menghadapi manusia-manusia lain, serta sikap dan tingkah laku manusia-manusia lain terhadap manusia yg bersangkutan secara timbal balik.

1.4. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini, yaitu metode deskripsi analisi. Metode tersebut merupakan metode yang memberikan gambaran objektif serta membahasnya secara lengkap yang dilakukan dengan mengumpulkan data dari website.


BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ilmu Sosial Dasar (ISD)        
Berdasarkan sumber filsafat yang dianggap sebagai ibu dari ilmu pengetahuan, maka ilmu pengetahuan dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu :
ü  Natural sciences (ilmu-ilmu alamiah), meliputi : Fisika, Kimia, astronomi, biologi dan lain-lain.
ü  Sosial sciences (ilmu-ilmu sosial) terdiri dari: Sosiologi, Ekonomi, Politik antropologi, Sejarah, Psikologi, Geografi dan lain-lain.
ü  Humanities (ilmu-ilmu budaya) meliputi: Bahasa, Agama, Kesusastraan, Kesenian dan lain-lain.
Mengikuti pembagian ilmu pengetahuan seperti tersebut diatas maka Ilmu Sosial Dasar dan Ilmu Budaya Dasar adalah satuan pengetahuan yang dikembangkan sebagai usaha pendidikan.
Ilmu Sosial Dasar adalah pengetahuan yang menelaah masalah masalah sosial khususnya yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia dengan menggunakan pengertian pengertian (fakta, konsep teori) yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu ilmu sosial seperti: sejarah, ekonomi, geografi sosial, sosiologi, antropologi, psikologi sosial.
Ilmu sosial dasar tidak merupakan gabungan dari ilmu sosial dasar yang dipadukan, karena ilmu sosial dasar tidak memiliki objek dan metode ilmiah tersendiri dan juga ia tidak mengembangkan suatu penilitian sebagaimana suatu disiplin ilmu seperti ilmu-ilmu sosial diatas.
Ilmu sosial dasar merupakan suautu bahan studi atau program pekerjaan yang khusus dirancang untuk kepentingan atau pengerjaan yang di Indonesia diberikan di perguruan tinggi.

2.2. Pengertian Psikologi Sosial
Psikologi sosial sebagai ilmu yang merupakan cabang ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial, seperti situasi kelompok,situasi massa dan sebagainya termasuk di dalamnya interaksi antara orang dan hasil kebudayanya. Psikologi sosial juga merupakan suatu ilmu pengetahuan baru dalam abad modern. Ilmu ini mulai di rintis pada tahun 1930 di amerika serikat dan kemudian juga di Negara-negara lain.
Sebagai displin ilmu yang relatif baru dalam perkembangannya ia banyak menggunakan materi-materi yang sudah tersedia dalam disiplin ilmu sosial lainnya, seperti dari sosiologi dan antropologi misalnya konsep-konsep tentang norrna,sruktur social dan peran adalah konsep yang di ambil dari disiplin ilmu yang sudah lebih dahulu berkembang.
Pengkajian psikologi social dan ruang lingkupnya akan dapat member gambaran tentang apa pengertian psikologi sosial dan apa saja yang menjadi objek dalam studinya. Mempelajari modul Psikologi Sosial dan Ruang Lingkupnya merupakan pangkal otakuntuk mengetahui lebih lanjut tentang prinsip-prinsip maupun proses yang tingkah laku seseorang sebagai mahluk sosial.

2.3. Definisi-definisi Psikologi Sosial menurut Para Ahli
o   Hubert Bonner
Psikologi Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
o   A.M . chorus
Psikologi Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia sebagai anggota suatu masyarakat.
o   Michener & Delamater : 1999
Psikologi Sosial adalah studi alami tentang sebab-sebab dari prilaku sosial manusia.
o   Gordon Allport : 1985
Psikologi Sosial adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dan menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan, dan tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh kehadiran orang lain, baik secara nyata/aktual, dalam bayangan/imajinasi dan dalam kehadiran
yang tidak langsung (implied).
o   Davis O Sears
Psikologi Sosial merupakan usaha sistematis untuk memahami prilaku sosial, yakni :
1.     Bagaimana kita mengamati orang lain dan situasi social.
2.    Bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita.
3.    Bagaimana kita dipengaruhi oleh situasi social.

o   Shaw & Costanzo : 1970
Psikologi Sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu sebagai fungsi dari rangsang-rangsang sosial.
o   Berhm & Kassin
Psikologi Sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari cara individu berpikir, merasa, dan bertingkah laku dalam setting sosial.

2.4. Ruang Lingkup Psikologi sosial
Ditinjau dari segi objeknya, psikologi dapat dibedakan dalam dua golongan besar, yaitu :
1.     Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari manusia.
2.    Psikologi yang menyelidiki gdan mempelajari hewan,yang umumnya lebih tegas disebut psikologi hewan.
Kesulitan lain dalam pembentukan teori psikologi sosial adalah menentukan ruang lingkup suatu teori seperti berikut ini :
a.    Jangkauan penerapan (comprehensiveness), yaitu untuk berapa banyak (macam) fenomena atau kepribadian teori ini dapat diterapkan.
b.    Keterbatasan ,yaitu sampai dimana perlu diberikan prasyarat pada kondisi dimana fenomena itu timbul agar suatu teori dapat dinyatakan berlaku.
c.    Keumuman (generality),sampai dimana teori bias diperluas untuk mencakup situasi-situasi yang tidak tercakup dalam fenomena awal yang dijadikan dasar untuk penyusunan teori yang bersangkutan.

Sebagaimana ilmu-ilmu yang lain, psikologi sosial bertujuan untuk mengerti suatu gejala atau fenomena. Dengan mengerti suatu fenomena, kita dapat membuat peramalan-peramalan tentang kapan akan terjadinya fenomena tersebut dan bagaimana hal itu akan terjadi. Selanjutnya, dengan pengertian dan kemampuan peramalan itu, kita dapat mengendalikan fenomena itu sampai batas-batas tertentu. Inilah sebenarnya tujuan dari ilmu, termasuk psikologi sosial.
Psikologi yang dipelajari secara praktis dapat dipraktekan dalam bermacam-macam bidang, misalnya dalam bidang pendidikan, dalam bidang industri atau perusahaan dan sebagainya. Psikologi yang berusaha mempelajari jiwa manusia, ternyata banyak mendapat kesulitan karena objek penyelidikannya adalah abstrak, yang tidak dapat diselidiki secara langsung, tetapi diselidiki keaktifannya yang terlibat melalui manifestasi tingkah laku atau perbuatan. Dapat dimisalkan bila kita mempelajari tentang angina, objeknya sendiri secara langsung tidak dapat dilihat, namun dari keaktifannya, bila ada daun yang bergerak atau debu beterbangan, maka jelas ada, seperti itu pulalah bila kita mempelajari jiwa.
       Jadi, dalam mempelajari psikologi ini kita akan membatasi diri pada tingkah laku manusia, karena manusia adalah makhluk Tuhan tertinggi derajatnya diantara makhluk-makhluk yang lain.

2.5. Metode–Metode Psikologi Sosial
Dalam psikologi sosial ada beberapa metode yang dilakukan secara empiris tidak seperti ketika psikologi sosial hanya dipikir dan direnungkan tanpa bukti dan fakta-fakta yang jelas.
Ada beberapa metode yang dikemukakan oleh beberapa ahli, yakni :
v  Metode Eksperimen
Wilhem Wundt adalah yang pertama memakai dam mendasarkan metode ini kedalam psikologi sosial secara ilmiah, dalam metode ini ada beberapa syarat yang diajukan oleh Wilhem:
a.    Kita harus dapat menetukan dengan tepat waktu terjadi gejala yang ingin kita selidiki.
b.    Kita harus dapat mengikuti langsung gejala yang ingin kita selidiki dari mulanya sampai pada akhirnya, dan kita harus mengamati dengan perhatian yang khusus.
c.    Tiap-tiap observasi (pengamatan) harus dapat kita ulangi dalam keadaan-keadaan yang sama.
d.    Kita harus mengubah-ubah dengan sengaja syarat-syarat keadaan eksperimen.
Maksud metode ini memanglah untuk menimbulkan dengan sengaja suatu gejala guna dapat menyelidiki berlangsungnya dengan persiapan yang cukup dan perhatian yang khusus.

v  Metode Survey
Dalam metode ini penyelidik mengumpulkan keterangan-keterangan seluas mungkin mengenai kelompok tertentu yang ingin dia selidiki, kebiasaan survey yang digunakan adalah dengan wawancara, observasi dan angket untuk mendapatkan keterangan.

v  Metode Diagnotik-Psikis
Dalam mengumpulkan beberapa keterangan biasanay penyelidik tidak melakuakan dengan biasa, kadang perlu dilakukan uji test-test psikolgi yang dapat menggambarkan segi-segi psikologi yang lebih dalam mendapat keterangan.

v  Metode Sosiometri
Morena adalah orang yang berjasa dalam metode ini karena  dialah yang menemukannya, yang mana metode ini merupakan metode baru dalam ilmu sosial dan terfokus untuk meneliti “intra-group- relations” atau saling berhubungan antara anggota kelompok di dalam suatu kelompok.


2.6. MASALAH-MASALAH SOSIAL DAN ILMU SOSIAL
1.     Masalah-Masalah Sosial
           Masalah-masalah yang dihadapi masyarakat tidaklah sama. Hal ini disebabkan perbedaan tingkat  perkembangan kebudayaan masyarakat dan keadaan lingkungan alam dimana masyarakat itu hidup. Masalah-masalah tersebut dapat berupa masalah sosial, moral, politik, ekonomi, agama dll.
Yang membedakan masalah sosial dengan masalah lainnya bahwa masalah sosial selalu ada kaitannya dengan nilai-nilai moral dan pranata-pranata sosial. Pengertian masalah sosial :
ü  Menurut masyarakat, segala sesuatu yang menyangkut kepentingan umum adalah masalah sosial.
ü  Menurut para ahli, adalah suatu kondisi atau perkembangan dalam masyarakat yang berdasarkan atas studi, mempunyai sifat yang dapat menimbulkan kekacauan terhadap kehidupan masyarakat secara keseluruhan.
Contoh: Pedagang kaki lima menurut definisi umum bukanlah masalah sosial karena merupakan upaya mencari nafkah, dan pelayanan warga pada taraf hidup tertentu.

Tetapi bagi perencana kota merupakan sumber kekacauan lalu lintas dan peluang kejahatan. Dengan demikian suatu masalah bisa digolongkan sebagai masalah sosial oleh ahli belum tentu dianggap masalah sosial oleh umum. Sebaliknya ada juga masalah yang dianggap masalah sosial oleh umum tetapi tidak oleh ahli.
            Batasan mengenai masalah sosial ditegaskan oleh Leslie (1974) yang mendefinisikan bahwa masalah sosial sebagai suatu kondisi yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan sebagian warga masyarakat sebagai sesuatu yang tidak diinginkan atau tidak disukai, dan karenanya dirasakan perlu untuk diatasi atau diperbaiki.

2.    Masalah-Masalah Sosial dan Ahli Ilmu Sosial
Masalah-masalah sosial muncul sejak adanya peradaban manusia, karena dianggap sebagai sesuatu yang mengganggu kesejahteraan hidup. Hal itu merangsang masyarakat untuk mengidentifikasi, menganalisa, memahami dan memikirkan cara untuk mengatasinya. Sebelum ada ahli-ahli ilmu sosial masyarakat yang peka terhadap masalah sosial adalah ahi filsafat, pemuka agama, ahli politik dan kenegaraan.
Disamping itu berbagai disiplin ilmu tergolong dalam ilmu-ilmu sosial seperti antropologi, sosiologi, politik, psikologi sosial, komunikasi menjadiakan masalah sosial sebagai ruang lingkup studi tetapi pusat studinya bukanlah pada masalah sosial, namun pada usaha memahami hakikat manusia menurut perspektif masing-masing. Sedangkan masalah sosial dipandang sebagai akibat dari proses perubahan sosial dan kebudayaan.
Sejumlah ahli ilmu sosial seperti Merton dan Nizbet (1961) Denzin (1973), Gerson (1969) dan Brodly (1976) merasakan bahwa dengan menggunakan pendekatan masalah-masalah sosial sebagai kerangkanya maka hakikat masyarakat dan kebudayaan manusia akan lebih dapat dipahami. Begitu juga berbagai pemikiran yang secara masuk akal dapat dipertanggung jawabkan yang berkenaan dengan usaha-usaha untuk memperbaiki masalah-masalah sosial tersebut akan lebih dapat dikembangkan.


BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Ilmu Sosial Dasar adalah pengetahuan yang menelaah masalah masalah sosial khususnya yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia dengan menggunakan pengertian pengertian (fakta, konsep teori) yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu ilmu sosial seperti: sejarah, ekonomi, geografi sosial, sosiologi, antropologi, psikologi sosial.
Psikologi sosial sebagai ilmu yang merupakan cabang ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial, seperti situasi kelompok,situasi massa dan sebagainya termasuk di dalamnya interaksi antara orang dan hasil kebudayanya.  Sedangkan metode sosial antara lain :
{  Metode Eksperimen
{  Metode survey
{  Metode Observasi
{  Metode diagnostik–psychis
{  Metode Sosiometri

3.2. Saran
Untuk meningkatkah rasa sosial maka Ilmu Psikologi sosial tidak hanya di pelajari oleh mahasiswa tapi di aplikasikan dalam hidupnya.


DAFTAR PUSTAKA

http://fkmutu.blogspot.com/2011/03/makalah-psikologi-sosial.html#uds-search-results
http://sulfikar.com/ilmu-sosial-dasar-defenisi-kuliah-i.html
http://ilmu-psikologi.blogspot.com/2009/05/psikologi-sosial.html
http://www.scribd.com/doc/11492677/Psikologi-Belajar-Sosial
http://arditoadi.blogspot.com/2011/10/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi
http://idhamariyadi.blogspot.com/2011/10/hubungan-psikologi-dengan-ilmu-ilmu.html
http://aero-7.blogspot.com/2011/10/definisi-ilmu-sosial-dasar.html

Wednesday, November 14, 2012

Kualitas Lulusan Pendidikan Kesetaraan (Sekolah Paket) Untuk Meningkatkan Sumber Daya Manusia

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan bimbingan-Nya makalah yang bertema “Kualitas Lulusan Pendidikan Kesetaraan (Sekolah Paket) Untuk Meningkatkan Sumber Daya Manusia” ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar (Softskill).
Penulis menyadari makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, demi kesempurnaan pembuatan makalah ini di hari yang akan datang. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih pada beberapa pihak yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan membalas kebaikannya dengan berkat yang lebih besar. Terima kasih.

Depok, 14 November 2012


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN1.1  Latar Belakang
1.2  Rumusan Masalah
1.3  Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Pendidikan Kesetaraan
2.2  Sasaran Pendidikan Kesetaraan
2.3  Tujuan Pendidikan Kesetaraan
2.4  Standar Kompetensi
2.5  Macam-Macam Jenis Pendidikan Kesetaraan
2.6  Kualitas dan Mutu Pendidikan kesetaraan Bagi SDM

BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1     LATAR BELAKANG
Dalam rangka Pembangunan bangsa, pengembangan sumber daya manusia merupakan salah satu upaya strategis pembangunan nasional. Dalam meningkatkan pembangunan bangsa inilah diperlukan pula critical mass pendidikan. Konsep ini mengupayakan adanya suatu persentase penduduk dengan tingkat pendidikan tertentu yang harus disiapkan oleh pemerintah agar pembangunan ekonomi dan sosial bangsa tersebut dapat meningkat dengan cepat, karena adanya dukungan dari sumberdaya manusia yang berkualitas.
Pendidikan pun merupakan wahana utama dalam upaya mencerdaskan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, pendidikan pada dasarnya merupakan pilar utama dalam proses social engineering, atau education as power, dalam pengertian pendidikan sebagai determinan perubahan (Brameld: 1965). Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia. Oleh karena itu, selayaknya pemerintah perlu mengusahakan peningktan pembangunan pendidikan, baik melalui jalur formal maupun Nonformal dan  Informal.


1.2     RUMUSAN MASALAHRumusan masalah yang di bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
Ø  Pengertian Pendidikan Kesetaraan
Ø  Landasan hukum yang mengatur Pendidikan Kesetaraan
Ø  Macam-macam Pendidikan Kesetaraan
Ø  Kualitas lulusan Pendidikan Kesetaraan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia
1.3     TUJUAN PENULISANTujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
†         Memperkenalkan Program Pendidikan Kesetaraan
†         Mengetahui mutu Pendidikan lulusan kesetaraan
†         Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar (Soft Skill)


BAB II
PEMBAHASAN

2.1      Pengertian Pendidikan Kesetaraan
Pendidikan kesetaraan ini merupakan kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam pendidikan luar sekolah sebagai suatu sub system pendidikan non formal. Yang dimaksud pendidikan non formal adalah “ pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat”. Dengan adanya batasa pengertian tersebut, rupanya pendidikan non formal tersebut berada antara pendidikan formal dan pendidikan informal.
Pendidikan Kesetaraan adalah salah satu satuan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal yang meliputi kelompok belajar (kejar) Program Paket A setara SD/MI, Program Paket B setara SMP/MTs, dan Program Paket C setara SMA/MA yang dapat diselenggarakan melalui Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Pusat kegiatan belajar Masyarakat (PKBM), atau satuan sejenis lainnya.
Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan mengganti.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, maka salah satu upaya yang ditempuh untuk memperluas akses pendidikan guna mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah melalui pendidikan kesetaraan. Pendidikan kesetaraan merupakan program pendidikan non formal yang menyelenggarakan pendidikan umum yang mencakup Paket A (setara SD), Paket B (setara SMP) dan Paket C (setara SMU).


2.2      Tujuan Pendidikan Kesetaraan
v Memperluas akses Pendidikan Dasar 9 tahun melalui jalur Pendidikan Non formal Progam Paket A dan Paket B.
v Memperluas akses Pendidikan Menengah melalui jalur Pendidikan Nonformal Progam Paket C.
v Meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing Pendidikan Kesetaraan program Paket A, B dan C.
v Menguatkan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik terhadap penyelenggaraan dan lulusan Pendidikan Kesetaraan.


2.3      Sasaran Pendidikan Kesetaraan
1.    Kelompok masyarakat usia 15 – 44 yang belum tuntas wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.
2.    Kelompok masyarakat yang membentuk komunitas belajar sendiri dengan flexi learning seperti komunitas sekolah rumah atau komunitas e- learning.
3.    Penduduk yang terkendala ke jalur formal karena berbagai hal berikut:
ü  Potensi khusus seperti pemusik, atlet, pelukis dll,
ü  Waktu seperti pengrajin, buruh, dan pekerja lainnya,
ü  Geografi seperti etnik minoritas, suku terasing dan terisolir,
ü  Ekonomi seperti penduduk miskin dari kalangan petani, nelayan, penduduk kumuh dan miskin perkotaan, pekerja rumah tangga, dan tenaga kerja wanita,
ü  Keyakinan seperti warga pondok pesantren yang tidak menyelenggarakan pendidikan formal (madrasah), bermasalah sosial/hukum seperti anak jalanan, korban Napza, dan anak Lapas.
ü  Kelompok usia 13-15 tahun (3 tahun di atas usia SD/MI) terdapat 583.487 orang putus SD/MI, dan 1,6 juta lebih yang tidak sekolah SD/MI.
ü  Kelompok  usia  16-18  tahun  terdapat 871.875 orang putus SMP/MTs, dan 2,3 juta lebih yang lulus SD/MI tetapi tidak melanjutkan ke SMP/MTs.


2.4      Standar Kompetensi
{ Standar kompetensi lulusan yang ingin dicapai sama, perbedaannya pada proses pembelajaran yang menekankan pada kemampuan belajar mandiri setara memberikan akan pengakuan terhadap pengetahuan dan kecakapan hidup yang diperoleh seseorang baik secara secara mandiri atau pun dari nara sumber lain melalui sistem tes pengakuan (tes penempatan).
{ Kecerdasan lain disamping kecerdasan logika- matematika (cerdas bahasa,cerdas alam, cerdas musik, cerdas ruang/gambar, cerdas kinestetika, cerdas intrapersonal) dapat dihargai.


2.5      Macam-Macam Jenis Pendidikan Kesetaraan
PAKET A:
§  Belum menempuh pendidikan di SD, dengan prioritas kelompok usia 15-44 tahun.
§  Putus sekolah dasar,
§  Tidak menempuh sekolah formal karena pilihan sendiri,
§  Tidak dapat bersekolah karena berbagai faktor (potensi, waktu, geografi, ekonomi, sosial dan hukum, dan keyakinan)

PAKET B:
§  Lulus Paket A/ SD/MI, belum menempuh pendidikan di SMP/MTs dengan prioritas kelompok usia 15-44 tahun.
§  Putus SMP/MTs,
§  Tidak menempuh sekolah formal karena pilihan sendiri,
§  Tidak dapat bersekolah karena berbagai faktor (potensi, waktu, geografi, ekonomi, sosial dan hukum, dan keyakinan)

PAKET C:
§  Lulus Paket B/SMP/MTs,
§  Putus SMA/M.A, SMK/MAK,
§  Tidak menempuh sekolah formal karena pilihan sendiri,
§  Tidak dapat bersekolah karena berbagai faktor (potensi, waktu, geografi, ekonomi, sosial dan hukum, dan keyakinan)


2.6      Kualitas dan Mutu Pendidikan kesetaraan Bagi SDM
Sering dikatakan bahwa guru profesional wajib memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial. Keempat kompetensi ini cara mendapatkannya melalui proses panjang, dimana seorang guru harus selalu belajar dan meningkatkan wawasannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan sosial (politik). Selain terampil mengajar, seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas, bijaksana, kreatif dan dapat bersosialisasi dengan lingkungan dimana dia bertugas.
Kiranya seorang guru pendidikan nonformal (selanjutnya disebut Tutor) hendaknya juga bisa berperilaku seperti guru sekolah formal yang dipaparkan diatas, sehingga program pendidikan kesetaraan yang menjadi bidang kerjanya bisa benar-benar setara dengan pendidikan formal, sehingga lulusannya siap melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau siap terjun ke dunia kerja untuk bersaing mendapatkan pekerjaan, bahkan siap bekerja secara mandiri. sehingga tidak terlalu salah bila masing-masing tutor perlu dibekali dengan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk menunjang penampilannya, seperti :
(1) Memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya
(2) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya
(3) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya melalui berbagai  diklat dan workshop.
Namun, kenyataannya sampai saat ini, masih banyak tutor belum memiliki keterampilan mengajar yang memadai sehingga hasil pembelajarannya tidak tercapai maksimal karena yang menjadi tutor itu banyak yang tidak memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas. Artinya, selama ini yang menjadi tutor itu adalah orang-orang yang mau dan mempunyai kepedulian untuk berbagai ilmu kepada sesamanya yang karena sesuatu hal tidak sempat menikmati pendidikan formal.
Kemudian, di lapangan masih banyak tutor yang berlatar belakang guru sehingga menggunakan metode mengajar yang monoton seperti ketika mereka mengajar di sekolah, terlepas anak didiknya suka atau tidak suka, cocok atau tidak dengan metode tersebut. Konsekuensinya, muncul kultur sekolah yang cenderung bersifat otoriter. Kultur pembelajaran yang tidak dialogis partisipatif, hal ini menyebabkan proses belajar mengajar menjadi statis serta membelenggu keberanian bertanya untuk memuaskan rasa “keingintahuan”, kepercayaan diri, kreativitas, dan kebebasan berfikir di kalangan peserta didik.
Padahal karakteristik pendidikan formal itu tidak sama dengan pendidikan nonformal yang diantaranya sangat dipengaruhi oleh usia, pengalaman hidup, pendidikan sebelumnya, pekerjaan, pergaulan kesehariannya, latar belakang sosial ekonomi peserta didik serta motivasi dalam mengikuti program pendidikan nonformal (khususnya pendidikan kesetaraan).
Untuk itulah upaya penumbuhan profesionalisme tutor merupakan suatu keniscayaan untuk mewujudkan program pendidikan kesetaraan yang ’ideal’ sebagai salah satu program unggulan pendidikan nonformal.


BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
Setiap Program pendidikan yang pada dasarnya di laksanakan oleh pemerintah adalah semata-mata untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia di era globalisasi yang ada pada saat ini, semua itu di lakukan dengan cara bertahap, dan dapat di lakukan oleh orang yang tidak mampu, ataupun yang kurang beruntung dalam dunia pendidikan.
banyak sekali program pemerintah bagi orang kurang mampu seperti salah satunya adalah pendidikan kesetaraan.
Namun yang terjadi adalah, setiap pendidikan kesetaraan pada saat ini masih kurang efisien bagi setiap pelajar yang mengikuti pendidikan kesetaraan, dikarenakan masih adanya kekurangan-kekurangan seperti tenaga pengajar yang kompeten, dan lain-lain. Diharapkan dengan adanya artikel ini, setiap pembaca menjadi mawas diri karena telah beruntung mendapatkan pendidikan yang semestinya di era globalisasi ini.


DAFTAR PUSTAKA

http://suaraguru.wordpress.com/2010/04/29/mutu-lulusan-pendidikan-dan-dunia-kerja/
http://pls.unnes.ac.id/2011/contoh-artikel-3/
http://st298648.sitekno.com/page/43418/pendidikan-kesetaraan-paket-abc.html
http://www.imadiklus.com/2012/10/pengertian-program-pendidikan-kesetaraan.html
http://repository.upi.edu/operator/upload/t_pmp_0909463_chapter2.pdf

Dampak Sosialisasi Masyarakat Bagi Perkembangan Pendidikan Anak

BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
   Perkembangan merupakan suatu proses yang terjadi selama manusia hidup. Studi mengenai perkembangan seseorang tidak lagi seperti dulu berhenti pada waktu orang mencapai kedewasaannya, melainkan berlangsung terus dan mulai konsepsi hingga orang itu mati. Pembentukan pada masa dini ini akan bersifat tetap dan mempengaruhi sifat penyesuaian fisik, psikologis dan sosial pada masa-masa yang kemudian. Hal ini pula menyebabkan mengapa perlakuan terhadap anak pada masa dini ini harus sedemikian rupa sehingga dapat mengarah kepada penyesuaian sosial dan penyesuaian pribadi yang baik pada masa yang akan datang. Dapat pula dibuktikan bahwa perkembangan kognisi dan kecerdasan anak ditentukan pula pada masa yang sangat awal ini, bahkan pada masa pranatalnya.

1.2 Rumusan Masalah
*Pengertian Sosialisasi, Media Sosialisasi, Tujuan Sosialisasi, Bentuk Sosialisasi dan Tipe Sosialisasi
*Dampak dari Sosialisasi bagi Pendidikan

1.3 Tujuan
*Memahami pengertian Sosialisasi  dan mengetahui dampak sosialisasi bagi pendidikan
*Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar (Softskill)


BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai sosialisasi, beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli berikut ini :
a. Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri terhadap bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya, agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
b. Koentjaraningrat
Sosialisasi adalah seluruh proses di mana seorang individu sejak masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain yang hidup dalam masyarakat sekitarnya.
c. Irvin L. Child
Sosialisasi adalah segenap proses yang menuntut individu mengembangkan potensi tingkah laku aktualnya yang diyakini kebenarannya dan telah menjadi kebiasaan serta sesuai dengan standar dari kelompoknya.
d. Peter L. Berger
Sosialisasi adalah proses di mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Dari pengertian yang dikemukakan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sosialisasi merupakan suatu proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati norma-norma serta nilai-nilai masyarakat tempat ia menjadi anggota, sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan atau perilaku masyarakatnya. Jadi, proses sosialisasi membuat seseorang menjadi tahu dan memahami bagaimana harus bersikap dan bertingkah laku di lingkungan masyarakatnya. melalui proses ini juga, seseorang akan mengetahui dan dapat menjalankan hak-hak serta kewajibannya berdasarkan peranan-peranan yang dimilikinya.

2.2    Tujuan Sosialisasi
Setiap proses sosial pasti memiliki tujuan. Demikian juga sosialisasi. Berikut ini akan diuraikan beberapa tujuan sosialisasi :
a. Memberi keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan seseorang untuk melangsungkan kehidupannya kelak di tengah-tengah masyarakat di mana dia akan menjadi salah satu anggotanya.
b. Mengembangkan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif dan efisien, serta mengembangkan kemampuannya untuk membaca, menulis, dan bercerita. Dengan melakukan komunikasi, berbagai informasi mengenai masyarakat akan diperoleh untuk kelangsungan hidup seseorang sebagai anggota masyarakat.
c. Mengembangkan kemampuan seseorang mengendalikan fungsi-fungsi organik melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat. Artinya, dengan sosialisasi seseorang akan dapat memahami hal-hal yang baik dan dianjurkan dalam masyarakat untuk dilakukan. Selain itu juga dapat mengetahui dan memahami hal-hal buruk yang sebaiknya dihindari dan tidak dilakukan.
d. Menanamkan kepada seseorang nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada masyarakat.

2.3    Media Sosialisasi
Sosialisasi dapat terjadi melalui interaksi social secara langsung ataupun tidak langsung. Proses sosialisasi dapat berlangsung melalui kelompok social, seperti keluarga, teman sepermainan dan sekolah, lingkungan kerja, maupun media massa. Adapun media yang dapat menjadi ajang sosialisasi adalah keluarga, sekolah, teman bermain media massa dan lingkungan kerja.

a.    Keluarga
Pertama-tama yang dikenal oleh anak-anak adalah ibunya, bapaknya dan saudara-saudaranya. Kebijaksanaan orangtua yang baik dalam proses sosialisasi anak, antara lain :
1.)berusaha dekat dengan anak-anaknya
2.)mengawasi dan mengendalikan secara wajar agar anak tidak merasa tertekan
3.)mendorong agar anak mampu membedakan benar dan salah, baik dan buruk
4.)memberikan keteladanan yang baik
5.)menasihati anak-anak jika melakukan kesalahan-kesalahan dan tidak menjatuhkan hukuman di luar batas kejawaran.
6.)menanamkan nilai-nilai religi baik dengan mempelajari agama maupun menerapkan ibadah dalam keluarga.

b.    Sekolah
Pendidikan di sekolah merupakan wahana sosialisasi sekunder dan merupakan tempat berlangsungnya proses sosialisasi secara formal. Robert Dreeben berpendapat bahwa yang dipelajari seorang anak di sekolah tidak hanya membaca, menulis, dan berhitung saja namun juga mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme (universal) dan kekhasan / spesifitas (specifity).

c.     Teman bermain (kelompok bermain)
Kelompok bermain mempunyai pengaruh besar dan berperan kuat dalam pembentukan kepribadian anak. Dalam kelompok bermain anak akan belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya. Puncak pengaruh teman bermain adalah masa remaja. Para remaja berusaha untuk melaksanakan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku bagi kelompoknya itu berbeda dengan nilai yang berlaku pada keluarganya, sehingga timbul konflik antara anak dengan anggota keluarganya. Hal ini terjadi apabila para remaja lebih taat kepada nilai dan norma kelompoknya.

d.    Media Massa
Media massa seperti media cetak, (surat kabar, majalah, tabloid) maupun media elektronik (televisi, radio, film dan video). Besarnya pengaruh media massa sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
Contoh :
1.) Adegan-adegan yang berbau pornografi telah mengikis moralitas dan meningkatkan pelanggaran susila di dalam masyarakat
2.) Penayangan berita-berita peperangan, film-film, dengan adegan kekerasan atau sadisme diyakini telah banyak memicu peningkatan perilaku agresif pada anak-anak yang menonton.
3.) Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.

e.     Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja merupakan media sosialisasi yang terakhir cukup kuat, dan efektif mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang.


2.4    Bentuk Sosialisasi
Berdasarkan tahapannya, proses sosialisasi seseorang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sosialisasi primer dan sekunder.

a. Sosialisasi Primer
Sosialisasi primer terjadi pada anak berusia di bawah lima tahun. Pada usia ini seorang anak mengenal lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga. Anak mulai mengenal ayah, ibu, kakak, paman, bibi, nenek, dan kakek. Melalui sosialisasi primer anak belajar tolong-menolong, toleransi, rela berkorban, taat beribadah, jujur, dan menyayangi anggota keluarga.
Proses sosialisasi primer mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang anak. Hal ini karena anak akan menerapkan hasil belajarnya dalam keluarga ke dalam pergaulan di masyarakat. Proses sosialisasi primer merupakan dasar seseorang melakukan sosialisasi sekunder.

b. Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi sekunder terjadi setelah sosialisasi primer berlangsung. Pada sosialisasi sekunder seseorang belajar memahami lingkungan di luar keluarganya. Pada proses sosialisasi itu masyarakat atau orang lain mempunyai peranan penting. Sosialisasi sekunder diterima melalui pendidikan di sekolah dan pengalaman hidup. Ketika seseorang belajar menghormati guru, menyayangi sahabat, menghargai tetangga, pada saat itulah sosialisasi sekunder sedang berlangsung.
Hal ini menunjukkan setiap individu melakukan proses sosialisasi tanpa terkecuali. Setiap individu melakukan sosialisasi karena individu tersebut berupaya menjadi bagian dari suatu masyarakat. Melalui sosialisasi, individu mengenal dan memahami kebiasaan, perilaku, adat istiadat, dan peraturan lain yang berlaku di masyarakat. Secara umum, terdapat dua pola sosialisasi yang berkembang di masyarakat, yaitu sosialisasi represif dan partisipatif.

2.5    Dampak Sosialisasi Bagi Pendidikan
·       Dampak positifnya:
1.    Dampak positif bagi siswa :
Seorang siswa akan mengalami kemajuan yang pesat dalam hasil belajarnya, jika semua lingkungan pendidikan saling mendukung satu sama lainnya, umpamanya : Kesibukan belajarnya di sekolah diikuti dengan berpartisipasi dalam kelompok ilmiah remaja, di luar sekolahnya,  dan didorong dengan motivasi dan fasilitas dari keluarganya, sehingga siswa dapat mengaplikasikan semua pengetahuannya secara nyata.
2.    Dampak positif bagi masyarakat :
 Dengan banyaknya kelompok ilmiah remaja, dan kelompok lainnya yang melaksanakan kegiatan yang bersifat positif dan konstruktif, maka diprediksi angka  kenakalan remaja akan menurun, bukan saja masyarakat akan lebih tenang, tapi juga akan muncul  calon tokoh masyarakat di masa depan dari remaja-remaja yang berprestasi.

·       Dampak negatifnya  :
1.    Dampak negatif  bagi siswa  :
Seorang siswa akan mengalami kesulitan belajar, jika semua lingkungannya tidak saling mendukung satu sama lainnya, umpamanya : keluarganya pecah/broken home dan urakan, lingkungan pergaulannya rusak dengan narkoba dan dekadensi moral, dan pelajarannya dianggap kurang sesuai dengan tuntutan suasana kerja, dan lain-lain. Jika pihak orang tua mengharapkan segalanya dari pendidikan formal/sekolah adalah harapan yang kurang tepat, dan kemungkinan akan mengalami kekecewaan, karena semua lingkungan pendidikan yang tidak saling mendukung, akan menghambat hasil belajar yang maksimal dari setiap anak didik.
2.    Dampak negatif bagi masyarakat :
 Masa remaja yang sedang mecari identitas diri, jika salah pergaulan dalam lingkungannya, akan menyusahkan masyarakat. Jika mereka bergaul dengan kelompok pencandu narkoba, mereka akan menjadi pecandu narkoba. Jika bergaul dengan kelompok teroris, mereka akan menjadi teroris, dan lain-lain.   Sedangkan mereka belum mampu berfikir kritis, dan belum mampu untuk menolak ajakan/rayuan/jebakan dari kelompok-kelompok tersebut. Tidak adanya kepedulian serta sikap tidak mau tahu, dan acuh dari anggota masyarakat, terhadap kegiatan kelompok remaja, akan memperburuk situasi. Sikap menyalahkan remaja juga bukan sikap yang bijaksana, tetapi akhirnya tetap saja masyarakat sendiri yang akan menanggung resiko yang mahal.

BAB III
PENUTUP

3.1      Kesimpulan
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, sehingga banyak bermunculan pemikiran – pemikiran yang dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang diperlukan. Karenanya banyak teori yang dikemukakan para pemikir yang bermuara pada munculnya berbagai aliran pendidikan. Oleh karena itu perlu kita ketahui faktor – faktor apa saja yang dominan pengaruhnya dalam perkembangan peserta didik.


DAFTAR PUSTAKA

id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi
http://www.artikelbagus.com/2012/06/pengertian-sosialisasi.html
http://ms.wikipedia.org/wiki/Masyarakat di
http://alfinnitihardjo.ohlog.com/sosialisasi.oh112677.html
http://www.dakwatuna.com/2012/01/18285/pengaruh-lingkungan-dalam-pendidikan/
jenahudin.wordpress.com/.../meninjau-dampak-pendidikan-secara-umum/

Strategi Mengajar Untuk Memotivasi Anak Dalam Menempuh Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1          Latar Belakang
            Metode pembelajaran yang kita ketahui dulu adalah metode pembelajaran yang berorientasi kepada pengajar (guru) yang menyebabkan peran guru sangatlah penting dan berpengaruh. Namun sekarang metode pembelajaran sudah berubah menjadi berorientasi kepada murid (siswa) sehingga peran seorang guru pun bergeser, dari seorang pengajar menjadi mediator. Tetapi bukan berarti peran guru menjadi tidak penting, bahkan menjadi semakin diperlukan. Peran guru kini adalah memacu murid-murid untuk semakin rajin belajar bukan hanya satu arah tetapi dua arah. Menjadi lebih aktif dan tidak pasif seperti dulu.
            Guru juga kini berperan sebagai motivator bagi murid-muridnya. Diharapkan guru dapat memberikan metode belajar yang dapat memotivasi murid menjadi semakin rajin, karena jika seorang guru hanya berperan sebagai seorang pengajar dan hanya mentransfer ilmu saja maka akan terasa sia-sia tanpa adanya motivasi yang muncul dari dalam diri anak tersebut.Disinilah guru berperan, memunculkan dan menumbuhkan motivasi dalam diri tiap muridnya.
            Tindakan yang nyata dan dirasa perlu adalah merubah metode mengajar dari seorang guru agar dapat mengubah metode belajar dari tiap murid-muridnya. Karena metode pembelajaran yang melibatkan murid menjadi lebih aktif dianggap lebih efektif dalam proses belajar mengajar dan dapat meningkatkan kemampuan murid dalam kemandirian dan keberanian berbicara di depan umum.
            Proses pembelajaran harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, agar memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Proses pembelajaran akan optimal jika didukung dengan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan dan minat anak.


1.2          Rumusan Masalah
Dari latar berlakang yang telah saya uraikan, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut;
1.      Apakah yang dimaksud dengan strategi?
2.      Apakah yang dimaksud dengan motivasi?
3.      Bagaimana Strategi Efektif Untuk Memotivasi Siswa?
4.      Bagaimana strategi mengajar yang menarik dan menyenangkan?
5.      Bagaimanakah metode mengajar yang dapat memotivasi anak?

1.3        Tujuan Penulisan
Tujuan penulis dalam pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan informasi mengenai strategi mengajar yang memotivasi anak dalam menempuh pendidikan dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar (Soft Skill).


BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Pengertian Sosialisasi Menurut Para Ahli

Strategi ialah upaya untuk melakukan sesuatu dengan melakukan perencanaan terlebih dahulu dengan sangat matang agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan atau dicapai, biasanya dalam jangka panjang. Strategi pembelajaran adalah suatu upaya dalam pembelajaran yang dilakukan guru dan murid agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Maka strategi pembelajaran dengan motivasi adalah suatu upaya dalam pembelajaran yang disertai dengan motivasi yang diberikan oleh sang guru kepada muridnya.
       Sedangkan motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan. Itulah yang diharapkan dapat diberikan dari seorang guru kepada anak murid yang diajarnya.
       Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobinya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.
       Ada beberapa pendekatan yang perlu dilakukan, seperti :
1.       Pendekatan Individual
Masing-masing anak didik mempunyai karakteristik tersendiri. Perbedaan anak didik tersebut memberikan wawasan pada guru bahwa strategi pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik. Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran, pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini, pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan pendekatan individual ini, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakuan pendekatan ini terhadap anak didik dikelasnya.

2.       Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok juga diperlukan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik karena anak didik adalah merupakan makhluk yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama. Dengan pendekatan kelompok diharapkan dapat ditumbuhkembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik, mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang bada dalam diri mereka sehingga terbina sikap kesetiakawanan di kelas. Namun, guru juga harus sudah mempertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai, dan bahan yang akan diberikan kepada anak didik memang cocok didekati dengan pendekatan kelompok.

3.       Pendekatan Bervariasi
Setiap masalah yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi, contohnya anak didik yang tidak disiplin dan anak didik yang suka bicara akan berbeda pemecahannya  dan menghendaki pendekatan yang berbeda-beda pula.

4.       Pendekatan Edukatif
Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma hokum, norma sosial dan norma agama.


5.       Pendekatan Komunikatif
Digunakan dalam pengajaran bahasa yang mengarahkan pada tujuan pengajaran yang mementingkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Siswa dibimbing unutk dapat menggunakan bahasa bukan sekedar mengetahui tentang bahasa, tetapi bertujuan membentuk kompetensi yakni kemampuan menggunakan bahasa dalam berbagai konteks komunikasi.

6.       Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep ini digunakan agar pemahaman siswa lebih bermakna tidak berlepas-lepas sehingga bertahan dari ingatannya dan siswa benar-benar memahami suatu konsep, ia akan menerapkan pada situasi baru.

7.       Pendekatan Pemecahan Masalah
Merupakan suatu proses yang mengharuskan siswa unutk menemukan suatu generalisasi dari konsep-konsep yang sudah dipelajari, kemudian menerapkannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

8.       Pendekatan Lingkungan
Dalam menggunakan pendekatan ini harus diperhatikan bahwa materi pelajaran hendaknya mempunyai hubungan erat dengan kehidupan sehari-hari sehingga lebih konkrit, mudah dipahami dan mengetahui manfaatnya. Pengajaran disesuaikan dengan keadaan lingkungan ini mencakup semua benda dan keadaan-keadaan yang mempengaruhi siswa.

9.       Pendekatan Proses
Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan dalam proses belajar mengajar yang menekankan pada proses belajar mengajar yang mnekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran , nalar dan perbuatan secara efisien dan effektif untuk mencapai suatu hasil tertentu termasuk kreatifitas.

2.2    Strategi Efektif Untuk Memotivasi Siswa
            Mampu memotivasi siswa untuk belajar dan membuat belajar lebih menarik dan menyenangkan memang menjadi tantangan yang dihadapi para guru sehari-hari. Jika siswa tidak termotivasi belajar dan tidak mampu menciptakan pembelajaran yang menarik maka besar kemungkinan mereka tidak akan terlibat dalam pelajaran. Lalu, jika mereka tidak terlibat dalam pelajaran akan menyebabkan bermacam masalah dalam manajemen kelas. Karenanya penting bagi guru untuk dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Berikut adalah lima strategi efektif untuk memotivasi siswa belajar dan membuat belajar lebih menarik serta menyenangkan :
1. Gunakan pertanyaan untuk berpikir kritis
Hal yang baik dari metode ini adalah mereka (siswa) tidak selalu memiliki jawaban benar atau salah sehingga mereka diperbolehkan untuk mengungkapkan pendapatnya sendiri. Ini lebih baik jika dibandingkan dengan siswa hanya diberitahu untuk menghafal fakta.

2. Gunakan musik untuk mengajar
Musik merupakan salah satu alat pembelajaran paling sederhana dan merupakan cara yang bagus untuk memicu minat siswa.
3. Gunakan video atau multimedia
Video adalah salah satu alat pengajaran paling sering disalahpahami dan disalahgunakan. Padahal, jika digunakan dengan benar, video dapat menjadi alat yang hebat untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Kuncinya adalah dengan menggunakan klip singkat dari film dan dokumenter dalam awal pelajaran, bukan di akhir pelajaran. Banyak film-film Hollywood atau film Nasional yang baik diterapkan dalam metode ini. Guru juga dapat menggunakan internet untuk mendownload klip singkat dari film-film dokumenter tentang hal apapun untuk setiap tingkat kelas.
4. Hubungkan apa yang siswa pelajari dengan yang sedang terjadi di dunia nyata
Pada beberapa mata pelajaran, cara ini jelas lebih mudah dilakukan dari yang lain. Siswa perlu mengetahui “mengapa” mereka belajar sesuatu. Dengan menghubungkan apa yang dipelajari dengan kehidupan nyata akan membuat pembelajaran akan lebih bermakna. Siswa akan lebih tertarik dan akan menyimpan apa yang dipelajarinya dalam jangka waktu yang lama.
5. Hubungkan yang dipelajari siswa dengan hal-hal yang penting bagi mereka
Trik di sini adalah untuk mengetahui pribadi siswa dan belajar tentang hal-hal yang menjadi kegemaran mereka. Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dapat sangat menantang, tapi ini merupakan elemen penting dalam tahap menjadi seorang guru yang efektif. Sebagai tambahan, guru juga akan menemukan dirinya menikmati proses mengajar, karena jauh lebih mudah dibandingkan ketika guru merasa terpaksa dalam menjalankannya.
            Strategi adalah suatu rangkaian tindakan untuk mencapai sasaran yang diharapkan. Untuk menuju ke pola pembelajaran yang dapat memotivasi siswa, perlu adanya perubahan sasaran yang harus dikembangkan. Perubahan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1.    Perubahan Pola Pembelajaran
Untuk mengubah pola pembelajaran tentu memerlukan perubahan sikap dari guru dalam menentukan sasaran pembelajaran. Perubahan yang harus dilakukan adalah perubahan:
a.     Sasaran menghafal menjadi berpikir kritis dilanjutkan meneliti, kemungkinan dengan penjelasan yang rasional
b.    Kegiatan meringkas, mengulas menjadi mengidentifikasi, merumuskan diteruskan dengan bertanya, menilai, berargumentasi dan berhipotesa
c.     Bertanya dengan kata apa, siapa, mengapa, dimana menjadi bagaimana, bagaimana kalau.. ? Apakah sah dan penting ?
d.    Tujuannya benar menurut fakta menjadi mendapat gagasan asli dari siswa dan memperbaiki yang lama
e.     Pendekatan belajar mengulang menjadi menganalisa dan mencoba hal-hal baru

2. Mengembangkan Unsur-Unsur Yang Mampu Memotivasi
  Para Pendidik ahli menawarkan ide-ide bagaimana membangun strategi memotivasi siswa lebih dari 200 ide yang disajikan dalam buku “ A Recource Guide for Secondary School Teaching “ terlampir. Ide-ide tersebut perlu kita kaji lebih lanjut, apakah ide-ide itu di sekolah kita dapat dilaksanakan seluruhnya, sebagian atau perlu modifikasi. Dengan mengkaji ide-ide strategi motivasi dari sumber tersebut di atas, dapat diketahui ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran agar menumbuhkan motivasi siswa .Berikut adalah unsure-unsur yang mampu membangun motivasi anak:
a.     Media Pembelajaran
            Media adalah benda, baik yang berupa perangkat keras atau lunak yang menjadi perantara terjadinya proses belajar. Media yang dipergunakan bisa berbentuk alat peraga atau sarana. Alat peraga mengandung ciri –ciri konsep yang dipelajari. Fungsinya untuk menurunkan keabtrakan konsep agar siswa mampu menangkap arti dari konsep tersebut. Alat peraga bisa dibuat guru/ siswa atau pabrik. Sarana adalah media pembelajaran yang berfungsi agar proses belajar dapat berlangsung dengan baik. Sarana yang dipergunakan dapat berupa perangkat keras atau perangkat lunak.
b.    Materi Pembelajaran
Materi yang akan diberikan dipersiapkan dengan matang dengan memperhatikan kondisi siswa. Materi yang akan dibelajarkan meliputi isi/ materi ( konten), hubungan dengan bidang/ilmu lain (konteks) dan proses ( transformasi isi/materi ).
c.     Strategi dan metode Pembelajaran
Strategi dan metode pembelajaran juga mempengaruhi motivasi belajar siswa. Strategi dan metode yang dapat memotivasi siswa adalah strategi dan metode yang melibatkan siswa belajar sambil mengerjakan ( Learning by doing).
d.    Sikap Guru        
Guru yang tidak mau repot, puas hanya dengan sasaran belajar pada tingkat rendah ( sisi kiri dari pola pembelajaran di atas). Diharapkan Guru mulai mencoba mengubah sikap dengan mengarahkan sasaran pembelajarannya pada tingkat menegah atau tingkat tinggi.

3.     Mendesain  Pembelajaran
            Diharapkan setiap pembelajaran, siswa selalu termotivasi. Untuk menciptakan pembelajaran yang dimaksud perlu pola yang menggambarkan pembelajaran tersebut. Berikut salah satu pola pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi siswa. Pola ini disusun sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran oleh para guru, mencakup sebelum, proses dan sesudah kegiatan pembelajaran.
Bagi guru ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, diantaranya:
a.     Menjelaskan tujuan belajar mengajar kepeserta didik
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu menjelaskan kepada siswa kepada tujuan instruksi khusus yang akan dicapai. Semakin jelas tujuan maka semakin besar pula motivasi dalam belajar.
b.    Hadiah
Dengan memberi hadiah kepada siswa yang berprestasi, maka akan memacu semangat mereka untuk belajar lebih giat. Dan siswa yang kurang berprestasi pastinya ia akan berusaha agar ia bisa berprestasi seperti temannya.
c.     Kompetensi
Guru mengadakan kompetensi diantara siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Dengan demikian antara siswa satu dengan yang lain akan ada suatu kompetensi secara sehat, masing- masing akan berusaha membuktikan bahwa dirinya bisa menjadi siswa yang berprestasi.
d.    Pujian
Tidak semua pujian akan membangkitkan atau memotivasi siswa. Namun sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian agar terus termotivasi dalam belajar.
e.    Hukuman
Guru dapat memberikan hukuman. Dengan adanya hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar berlangsung. Hukuman ini diberikan dengan harapan siswa dapat merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
Bagi orang tua memberi motivasi pada anak dapat dilakukan dengan cara:
f.      Memberi rasa nyaman
Anak dapat belajar dengan baik apabila ia merasa nyaman dengan lingkungannya. Rasa nyaman bukan hanya karena ruangan yang sejuk atau indah. Tetapi rasa nyaman yang ia peroleh ketika ia di dalam keluarga. Bdengan demikian anak akan termotivasi untuk berlajar.
g.     Beri Kebebasan
Anak akan lebih senang jika ia belajar sesuai dengan kehendaknya (tanpa suruhan atau paksaan). Jadi, biarkan anak untuk berbuat sesuai apa yang ia kehendaki asal tidak melampaui batas.
Dengan cara seperti itu, kitra dapat memberikan suatu pelajaran tanpa harus menyuruh anak belajar. Dengan sendirinya, berarti ia telah belajar mandiri.
h.    Beri Perhatian
Kita tahu anak akan senang jika diberi perhatian. Perhatian yang dimaksudkan bukanlah suatu perhatian yang berlebihan. Tetapi perhatian yang dimaksud adalah kita dapat menanyakan anak tentang aktivitas kesehariannya. Misalnya akltivitas saat ia di sekolah. Dengan demikian anak akan berusaha menceritakan aktivitas yang telah ia lalui. Secara tidak langsung, itu akan membuat anak belajar mengingat. Dilain sisi anak akan merasa senang, karena orang tuanmya perhatian pada dirnya.

2.3    Strategi Membangun Motivasi Dalam Proses Pembelajaran
1. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.
2. Membangkitkan minat siswa
Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar, dengan cara hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa (berkaitan dengan life skill).
3. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
Siswa hanya mungkin dapat belajar dengan baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari rasa takut.
4. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa
Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikan pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan.
5. Berikan penilaian
Bagi sebagian Peserta didik nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya.
6. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.
Komentar yang positif dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
7. Ciptakan persaingan dan kerja sama
Guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bersaing baik antara kelompok maupun antarindividu. Melalui persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik.


BAB III
PENUTUP

3.1      Kesimpulan
Setelah memaparkan berbagai penjelasan mengenai strategi mengajar dengan memotivasi maka kita dapat melihat bahwa banyak cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang menyenangkan dalam belajar. Dengan Strategi dan metode belajar yang baik dan mudah di pahami, anak didik akan menjadi termotivasi untuk lebih giat dan lebih tekun untuk belajar, supaya apa yang dia cita – citakan dapat tercapai. dan dengan strategi dan metode yang baik, anak didik bisa dengan mudah mendapatkan ilmu dan memahami ilmu yang sudah ia terima.


DAFTAR PUSTAKA

http://gooooocir.blogspot.com/2012/09/contoh-metoda-blajar.html
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Terbaru/Terbaru/karakteristik.gaya.belajar.anak/001/007/1093/3
http://irfadfaiq.blogspot.com/2012/04/karakteristik-belajar-anak.html
http://tirman.wordpress.com/motivasi-dalam-pembelajaran/