Wednesday, November 14, 2012

Kualitas Lulusan Pendidikan Kesetaraan (Sekolah Paket) Untuk Meningkatkan Sumber Daya Manusia

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan bimbingan-Nya makalah yang bertema “Kualitas Lulusan Pendidikan Kesetaraan (Sekolah Paket) Untuk Meningkatkan Sumber Daya Manusia” ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar (Softskill).
Penulis menyadari makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, demi kesempurnaan pembuatan makalah ini di hari yang akan datang. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih pada beberapa pihak yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan membalas kebaikannya dengan berkat yang lebih besar. Terima kasih.

Depok, 14 November 2012


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN1.1  Latar Belakang
1.2  Rumusan Masalah
1.3  Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Pendidikan Kesetaraan
2.2  Sasaran Pendidikan Kesetaraan
2.3  Tujuan Pendidikan Kesetaraan
2.4  Standar Kompetensi
2.5  Macam-Macam Jenis Pendidikan Kesetaraan
2.6  Kualitas dan Mutu Pendidikan kesetaraan Bagi SDM

BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1     LATAR BELAKANG
Dalam rangka Pembangunan bangsa, pengembangan sumber daya manusia merupakan salah satu upaya strategis pembangunan nasional. Dalam meningkatkan pembangunan bangsa inilah diperlukan pula critical mass pendidikan. Konsep ini mengupayakan adanya suatu persentase penduduk dengan tingkat pendidikan tertentu yang harus disiapkan oleh pemerintah agar pembangunan ekonomi dan sosial bangsa tersebut dapat meningkat dengan cepat, karena adanya dukungan dari sumberdaya manusia yang berkualitas.
Pendidikan pun merupakan wahana utama dalam upaya mencerdaskan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, pendidikan pada dasarnya merupakan pilar utama dalam proses social engineering, atau education as power, dalam pengertian pendidikan sebagai determinan perubahan (Brameld: 1965). Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia. Oleh karena itu, selayaknya pemerintah perlu mengusahakan peningktan pembangunan pendidikan, baik melalui jalur formal maupun Nonformal dan  Informal.


1.2     RUMUSAN MASALAHRumusan masalah yang di bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
Ø  Pengertian Pendidikan Kesetaraan
Ø  Landasan hukum yang mengatur Pendidikan Kesetaraan
Ø  Macam-macam Pendidikan Kesetaraan
Ø  Kualitas lulusan Pendidikan Kesetaraan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia
1.3     TUJUAN PENULISANTujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
†         Memperkenalkan Program Pendidikan Kesetaraan
†         Mengetahui mutu Pendidikan lulusan kesetaraan
†         Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar (Soft Skill)


BAB II
PEMBAHASAN

2.1      Pengertian Pendidikan Kesetaraan
Pendidikan kesetaraan ini merupakan kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam pendidikan luar sekolah sebagai suatu sub system pendidikan non formal. Yang dimaksud pendidikan non formal adalah “ pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat”. Dengan adanya batasa pengertian tersebut, rupanya pendidikan non formal tersebut berada antara pendidikan formal dan pendidikan informal.
Pendidikan Kesetaraan adalah salah satu satuan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal yang meliputi kelompok belajar (kejar) Program Paket A setara SD/MI, Program Paket B setara SMP/MTs, dan Program Paket C setara SMA/MA yang dapat diselenggarakan melalui Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Pusat kegiatan belajar Masyarakat (PKBM), atau satuan sejenis lainnya.
Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan mengganti.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, maka salah satu upaya yang ditempuh untuk memperluas akses pendidikan guna mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah melalui pendidikan kesetaraan. Pendidikan kesetaraan merupakan program pendidikan non formal yang menyelenggarakan pendidikan umum yang mencakup Paket A (setara SD), Paket B (setara SMP) dan Paket C (setara SMU).


2.2      Tujuan Pendidikan Kesetaraan
v Memperluas akses Pendidikan Dasar 9 tahun melalui jalur Pendidikan Non formal Progam Paket A dan Paket B.
v Memperluas akses Pendidikan Menengah melalui jalur Pendidikan Nonformal Progam Paket C.
v Meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing Pendidikan Kesetaraan program Paket A, B dan C.
v Menguatkan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik terhadap penyelenggaraan dan lulusan Pendidikan Kesetaraan.


2.3      Sasaran Pendidikan Kesetaraan
1.    Kelompok masyarakat usia 15 – 44 yang belum tuntas wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.
2.    Kelompok masyarakat yang membentuk komunitas belajar sendiri dengan flexi learning seperti komunitas sekolah rumah atau komunitas e- learning.
3.    Penduduk yang terkendala ke jalur formal karena berbagai hal berikut:
ü  Potensi khusus seperti pemusik, atlet, pelukis dll,
ü  Waktu seperti pengrajin, buruh, dan pekerja lainnya,
ü  Geografi seperti etnik minoritas, suku terasing dan terisolir,
ü  Ekonomi seperti penduduk miskin dari kalangan petani, nelayan, penduduk kumuh dan miskin perkotaan, pekerja rumah tangga, dan tenaga kerja wanita,
ü  Keyakinan seperti warga pondok pesantren yang tidak menyelenggarakan pendidikan formal (madrasah), bermasalah sosial/hukum seperti anak jalanan, korban Napza, dan anak Lapas.
ü  Kelompok usia 13-15 tahun (3 tahun di atas usia SD/MI) terdapat 583.487 orang putus SD/MI, dan 1,6 juta lebih yang tidak sekolah SD/MI.
ü  Kelompok  usia  16-18  tahun  terdapat 871.875 orang putus SMP/MTs, dan 2,3 juta lebih yang lulus SD/MI tetapi tidak melanjutkan ke SMP/MTs.


2.4      Standar Kompetensi
{ Standar kompetensi lulusan yang ingin dicapai sama, perbedaannya pada proses pembelajaran yang menekankan pada kemampuan belajar mandiri setara memberikan akan pengakuan terhadap pengetahuan dan kecakapan hidup yang diperoleh seseorang baik secara secara mandiri atau pun dari nara sumber lain melalui sistem tes pengakuan (tes penempatan).
{ Kecerdasan lain disamping kecerdasan logika- matematika (cerdas bahasa,cerdas alam, cerdas musik, cerdas ruang/gambar, cerdas kinestetika, cerdas intrapersonal) dapat dihargai.


2.5      Macam-Macam Jenis Pendidikan Kesetaraan
PAKET A:
§  Belum menempuh pendidikan di SD, dengan prioritas kelompok usia 15-44 tahun.
§  Putus sekolah dasar,
§  Tidak menempuh sekolah formal karena pilihan sendiri,
§  Tidak dapat bersekolah karena berbagai faktor (potensi, waktu, geografi, ekonomi, sosial dan hukum, dan keyakinan)

PAKET B:
§  Lulus Paket A/ SD/MI, belum menempuh pendidikan di SMP/MTs dengan prioritas kelompok usia 15-44 tahun.
§  Putus SMP/MTs,
§  Tidak menempuh sekolah formal karena pilihan sendiri,
§  Tidak dapat bersekolah karena berbagai faktor (potensi, waktu, geografi, ekonomi, sosial dan hukum, dan keyakinan)

PAKET C:
§  Lulus Paket B/SMP/MTs,
§  Putus SMA/M.A, SMK/MAK,
§  Tidak menempuh sekolah formal karena pilihan sendiri,
§  Tidak dapat bersekolah karena berbagai faktor (potensi, waktu, geografi, ekonomi, sosial dan hukum, dan keyakinan)


2.6      Kualitas dan Mutu Pendidikan kesetaraan Bagi SDM
Sering dikatakan bahwa guru profesional wajib memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial. Keempat kompetensi ini cara mendapatkannya melalui proses panjang, dimana seorang guru harus selalu belajar dan meningkatkan wawasannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan sosial (politik). Selain terampil mengajar, seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas, bijaksana, kreatif dan dapat bersosialisasi dengan lingkungan dimana dia bertugas.
Kiranya seorang guru pendidikan nonformal (selanjutnya disebut Tutor) hendaknya juga bisa berperilaku seperti guru sekolah formal yang dipaparkan diatas, sehingga program pendidikan kesetaraan yang menjadi bidang kerjanya bisa benar-benar setara dengan pendidikan formal, sehingga lulusannya siap melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau siap terjun ke dunia kerja untuk bersaing mendapatkan pekerjaan, bahkan siap bekerja secara mandiri. sehingga tidak terlalu salah bila masing-masing tutor perlu dibekali dengan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk menunjang penampilannya, seperti :
(1) Memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya
(2) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya
(3) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya melalui berbagai  diklat dan workshop.
Namun, kenyataannya sampai saat ini, masih banyak tutor belum memiliki keterampilan mengajar yang memadai sehingga hasil pembelajarannya tidak tercapai maksimal karena yang menjadi tutor itu banyak yang tidak memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas. Artinya, selama ini yang menjadi tutor itu adalah orang-orang yang mau dan mempunyai kepedulian untuk berbagai ilmu kepada sesamanya yang karena sesuatu hal tidak sempat menikmati pendidikan formal.
Kemudian, di lapangan masih banyak tutor yang berlatar belakang guru sehingga menggunakan metode mengajar yang monoton seperti ketika mereka mengajar di sekolah, terlepas anak didiknya suka atau tidak suka, cocok atau tidak dengan metode tersebut. Konsekuensinya, muncul kultur sekolah yang cenderung bersifat otoriter. Kultur pembelajaran yang tidak dialogis partisipatif, hal ini menyebabkan proses belajar mengajar menjadi statis serta membelenggu keberanian bertanya untuk memuaskan rasa “keingintahuan”, kepercayaan diri, kreativitas, dan kebebasan berfikir di kalangan peserta didik.
Padahal karakteristik pendidikan formal itu tidak sama dengan pendidikan nonformal yang diantaranya sangat dipengaruhi oleh usia, pengalaman hidup, pendidikan sebelumnya, pekerjaan, pergaulan kesehariannya, latar belakang sosial ekonomi peserta didik serta motivasi dalam mengikuti program pendidikan nonformal (khususnya pendidikan kesetaraan).
Untuk itulah upaya penumbuhan profesionalisme tutor merupakan suatu keniscayaan untuk mewujudkan program pendidikan kesetaraan yang ’ideal’ sebagai salah satu program unggulan pendidikan nonformal.


BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
Setiap Program pendidikan yang pada dasarnya di laksanakan oleh pemerintah adalah semata-mata untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia di era globalisasi yang ada pada saat ini, semua itu di lakukan dengan cara bertahap, dan dapat di lakukan oleh orang yang tidak mampu, ataupun yang kurang beruntung dalam dunia pendidikan.
banyak sekali program pemerintah bagi orang kurang mampu seperti salah satunya adalah pendidikan kesetaraan.
Namun yang terjadi adalah, setiap pendidikan kesetaraan pada saat ini masih kurang efisien bagi setiap pelajar yang mengikuti pendidikan kesetaraan, dikarenakan masih adanya kekurangan-kekurangan seperti tenaga pengajar yang kompeten, dan lain-lain. Diharapkan dengan adanya artikel ini, setiap pembaca menjadi mawas diri karena telah beruntung mendapatkan pendidikan yang semestinya di era globalisasi ini.


DAFTAR PUSTAKA

http://suaraguru.wordpress.com/2010/04/29/mutu-lulusan-pendidikan-dan-dunia-kerja/
http://pls.unnes.ac.id/2011/contoh-artikel-3/
http://st298648.sitekno.com/page/43418/pendidikan-kesetaraan-paket-abc.html
http://www.imadiklus.com/2012/10/pengertian-program-pendidikan-kesetaraan.html
http://repository.upi.edu/operator/upload/t_pmp_0909463_chapter2.pdf

Dampak Sosialisasi Masyarakat Bagi Perkembangan Pendidikan Anak

BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
   Perkembangan merupakan suatu proses yang terjadi selama manusia hidup. Studi mengenai perkembangan seseorang tidak lagi seperti dulu berhenti pada waktu orang mencapai kedewasaannya, melainkan berlangsung terus dan mulai konsepsi hingga orang itu mati. Pembentukan pada masa dini ini akan bersifat tetap dan mempengaruhi sifat penyesuaian fisik, psikologis dan sosial pada masa-masa yang kemudian. Hal ini pula menyebabkan mengapa perlakuan terhadap anak pada masa dini ini harus sedemikian rupa sehingga dapat mengarah kepada penyesuaian sosial dan penyesuaian pribadi yang baik pada masa yang akan datang. Dapat pula dibuktikan bahwa perkembangan kognisi dan kecerdasan anak ditentukan pula pada masa yang sangat awal ini, bahkan pada masa pranatalnya.

1.2 Rumusan Masalah
*Pengertian Sosialisasi, Media Sosialisasi, Tujuan Sosialisasi, Bentuk Sosialisasi dan Tipe Sosialisasi
*Dampak dari Sosialisasi bagi Pendidikan

1.3 Tujuan
*Memahami pengertian Sosialisasi  dan mengetahui dampak sosialisasi bagi pendidikan
*Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar (Softskill)


BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai sosialisasi, beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli berikut ini :
a. Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri terhadap bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya, agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
b. Koentjaraningrat
Sosialisasi adalah seluruh proses di mana seorang individu sejak masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain yang hidup dalam masyarakat sekitarnya.
c. Irvin L. Child
Sosialisasi adalah segenap proses yang menuntut individu mengembangkan potensi tingkah laku aktualnya yang diyakini kebenarannya dan telah menjadi kebiasaan serta sesuai dengan standar dari kelompoknya.
d. Peter L. Berger
Sosialisasi adalah proses di mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Dari pengertian yang dikemukakan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sosialisasi merupakan suatu proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati norma-norma serta nilai-nilai masyarakat tempat ia menjadi anggota, sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan atau perilaku masyarakatnya. Jadi, proses sosialisasi membuat seseorang menjadi tahu dan memahami bagaimana harus bersikap dan bertingkah laku di lingkungan masyarakatnya. melalui proses ini juga, seseorang akan mengetahui dan dapat menjalankan hak-hak serta kewajibannya berdasarkan peranan-peranan yang dimilikinya.

2.2    Tujuan Sosialisasi
Setiap proses sosial pasti memiliki tujuan. Demikian juga sosialisasi. Berikut ini akan diuraikan beberapa tujuan sosialisasi :
a. Memberi keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan seseorang untuk melangsungkan kehidupannya kelak di tengah-tengah masyarakat di mana dia akan menjadi salah satu anggotanya.
b. Mengembangkan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif dan efisien, serta mengembangkan kemampuannya untuk membaca, menulis, dan bercerita. Dengan melakukan komunikasi, berbagai informasi mengenai masyarakat akan diperoleh untuk kelangsungan hidup seseorang sebagai anggota masyarakat.
c. Mengembangkan kemampuan seseorang mengendalikan fungsi-fungsi organik melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat. Artinya, dengan sosialisasi seseorang akan dapat memahami hal-hal yang baik dan dianjurkan dalam masyarakat untuk dilakukan. Selain itu juga dapat mengetahui dan memahami hal-hal buruk yang sebaiknya dihindari dan tidak dilakukan.
d. Menanamkan kepada seseorang nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada masyarakat.

2.3    Media Sosialisasi
Sosialisasi dapat terjadi melalui interaksi social secara langsung ataupun tidak langsung. Proses sosialisasi dapat berlangsung melalui kelompok social, seperti keluarga, teman sepermainan dan sekolah, lingkungan kerja, maupun media massa. Adapun media yang dapat menjadi ajang sosialisasi adalah keluarga, sekolah, teman bermain media massa dan lingkungan kerja.

a.    Keluarga
Pertama-tama yang dikenal oleh anak-anak adalah ibunya, bapaknya dan saudara-saudaranya. Kebijaksanaan orangtua yang baik dalam proses sosialisasi anak, antara lain :
1.)berusaha dekat dengan anak-anaknya
2.)mengawasi dan mengendalikan secara wajar agar anak tidak merasa tertekan
3.)mendorong agar anak mampu membedakan benar dan salah, baik dan buruk
4.)memberikan keteladanan yang baik
5.)menasihati anak-anak jika melakukan kesalahan-kesalahan dan tidak menjatuhkan hukuman di luar batas kejawaran.
6.)menanamkan nilai-nilai religi baik dengan mempelajari agama maupun menerapkan ibadah dalam keluarga.

b.    Sekolah
Pendidikan di sekolah merupakan wahana sosialisasi sekunder dan merupakan tempat berlangsungnya proses sosialisasi secara formal. Robert Dreeben berpendapat bahwa yang dipelajari seorang anak di sekolah tidak hanya membaca, menulis, dan berhitung saja namun juga mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme (universal) dan kekhasan / spesifitas (specifity).

c.     Teman bermain (kelompok bermain)
Kelompok bermain mempunyai pengaruh besar dan berperan kuat dalam pembentukan kepribadian anak. Dalam kelompok bermain anak akan belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya. Puncak pengaruh teman bermain adalah masa remaja. Para remaja berusaha untuk melaksanakan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku bagi kelompoknya itu berbeda dengan nilai yang berlaku pada keluarganya, sehingga timbul konflik antara anak dengan anggota keluarganya. Hal ini terjadi apabila para remaja lebih taat kepada nilai dan norma kelompoknya.

d.    Media Massa
Media massa seperti media cetak, (surat kabar, majalah, tabloid) maupun media elektronik (televisi, radio, film dan video). Besarnya pengaruh media massa sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
Contoh :
1.) Adegan-adegan yang berbau pornografi telah mengikis moralitas dan meningkatkan pelanggaran susila di dalam masyarakat
2.) Penayangan berita-berita peperangan, film-film, dengan adegan kekerasan atau sadisme diyakini telah banyak memicu peningkatan perilaku agresif pada anak-anak yang menonton.
3.) Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.

e.     Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja merupakan media sosialisasi yang terakhir cukup kuat, dan efektif mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang.


2.4    Bentuk Sosialisasi
Berdasarkan tahapannya, proses sosialisasi seseorang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sosialisasi primer dan sekunder.

a. Sosialisasi Primer
Sosialisasi primer terjadi pada anak berusia di bawah lima tahun. Pada usia ini seorang anak mengenal lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga. Anak mulai mengenal ayah, ibu, kakak, paman, bibi, nenek, dan kakek. Melalui sosialisasi primer anak belajar tolong-menolong, toleransi, rela berkorban, taat beribadah, jujur, dan menyayangi anggota keluarga.
Proses sosialisasi primer mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang anak. Hal ini karena anak akan menerapkan hasil belajarnya dalam keluarga ke dalam pergaulan di masyarakat. Proses sosialisasi primer merupakan dasar seseorang melakukan sosialisasi sekunder.

b. Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi sekunder terjadi setelah sosialisasi primer berlangsung. Pada sosialisasi sekunder seseorang belajar memahami lingkungan di luar keluarganya. Pada proses sosialisasi itu masyarakat atau orang lain mempunyai peranan penting. Sosialisasi sekunder diterima melalui pendidikan di sekolah dan pengalaman hidup. Ketika seseorang belajar menghormati guru, menyayangi sahabat, menghargai tetangga, pada saat itulah sosialisasi sekunder sedang berlangsung.
Hal ini menunjukkan setiap individu melakukan proses sosialisasi tanpa terkecuali. Setiap individu melakukan sosialisasi karena individu tersebut berupaya menjadi bagian dari suatu masyarakat. Melalui sosialisasi, individu mengenal dan memahami kebiasaan, perilaku, adat istiadat, dan peraturan lain yang berlaku di masyarakat. Secara umum, terdapat dua pola sosialisasi yang berkembang di masyarakat, yaitu sosialisasi represif dan partisipatif.

2.5    Dampak Sosialisasi Bagi Pendidikan
·       Dampak positifnya:
1.    Dampak positif bagi siswa :
Seorang siswa akan mengalami kemajuan yang pesat dalam hasil belajarnya, jika semua lingkungan pendidikan saling mendukung satu sama lainnya, umpamanya : Kesibukan belajarnya di sekolah diikuti dengan berpartisipasi dalam kelompok ilmiah remaja, di luar sekolahnya,  dan didorong dengan motivasi dan fasilitas dari keluarganya, sehingga siswa dapat mengaplikasikan semua pengetahuannya secara nyata.
2.    Dampak positif bagi masyarakat :
 Dengan banyaknya kelompok ilmiah remaja, dan kelompok lainnya yang melaksanakan kegiatan yang bersifat positif dan konstruktif, maka diprediksi angka  kenakalan remaja akan menurun, bukan saja masyarakat akan lebih tenang, tapi juga akan muncul  calon tokoh masyarakat di masa depan dari remaja-remaja yang berprestasi.

·       Dampak negatifnya  :
1.    Dampak negatif  bagi siswa  :
Seorang siswa akan mengalami kesulitan belajar, jika semua lingkungannya tidak saling mendukung satu sama lainnya, umpamanya : keluarganya pecah/broken home dan urakan, lingkungan pergaulannya rusak dengan narkoba dan dekadensi moral, dan pelajarannya dianggap kurang sesuai dengan tuntutan suasana kerja, dan lain-lain. Jika pihak orang tua mengharapkan segalanya dari pendidikan formal/sekolah adalah harapan yang kurang tepat, dan kemungkinan akan mengalami kekecewaan, karena semua lingkungan pendidikan yang tidak saling mendukung, akan menghambat hasil belajar yang maksimal dari setiap anak didik.
2.    Dampak negatif bagi masyarakat :
 Masa remaja yang sedang mecari identitas diri, jika salah pergaulan dalam lingkungannya, akan menyusahkan masyarakat. Jika mereka bergaul dengan kelompok pencandu narkoba, mereka akan menjadi pecandu narkoba. Jika bergaul dengan kelompok teroris, mereka akan menjadi teroris, dan lain-lain.   Sedangkan mereka belum mampu berfikir kritis, dan belum mampu untuk menolak ajakan/rayuan/jebakan dari kelompok-kelompok tersebut. Tidak adanya kepedulian serta sikap tidak mau tahu, dan acuh dari anggota masyarakat, terhadap kegiatan kelompok remaja, akan memperburuk situasi. Sikap menyalahkan remaja juga bukan sikap yang bijaksana, tetapi akhirnya tetap saja masyarakat sendiri yang akan menanggung resiko yang mahal.

BAB III
PENUTUP

3.1      Kesimpulan
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, sehingga banyak bermunculan pemikiran – pemikiran yang dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang diperlukan. Karenanya banyak teori yang dikemukakan para pemikir yang bermuara pada munculnya berbagai aliran pendidikan. Oleh karena itu perlu kita ketahui faktor – faktor apa saja yang dominan pengaruhnya dalam perkembangan peserta didik.


DAFTAR PUSTAKA

id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi
http://www.artikelbagus.com/2012/06/pengertian-sosialisasi.html
http://ms.wikipedia.org/wiki/Masyarakat di
http://alfinnitihardjo.ohlog.com/sosialisasi.oh112677.html
http://www.dakwatuna.com/2012/01/18285/pengaruh-lingkungan-dalam-pendidikan/
jenahudin.wordpress.com/.../meninjau-dampak-pendidikan-secara-umum/

Strategi Mengajar Untuk Memotivasi Anak Dalam Menempuh Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1          Latar Belakang
            Metode pembelajaran yang kita ketahui dulu adalah metode pembelajaran yang berorientasi kepada pengajar (guru) yang menyebabkan peran guru sangatlah penting dan berpengaruh. Namun sekarang metode pembelajaran sudah berubah menjadi berorientasi kepada murid (siswa) sehingga peran seorang guru pun bergeser, dari seorang pengajar menjadi mediator. Tetapi bukan berarti peran guru menjadi tidak penting, bahkan menjadi semakin diperlukan. Peran guru kini adalah memacu murid-murid untuk semakin rajin belajar bukan hanya satu arah tetapi dua arah. Menjadi lebih aktif dan tidak pasif seperti dulu.
            Guru juga kini berperan sebagai motivator bagi murid-muridnya. Diharapkan guru dapat memberikan metode belajar yang dapat memotivasi murid menjadi semakin rajin, karena jika seorang guru hanya berperan sebagai seorang pengajar dan hanya mentransfer ilmu saja maka akan terasa sia-sia tanpa adanya motivasi yang muncul dari dalam diri anak tersebut.Disinilah guru berperan, memunculkan dan menumbuhkan motivasi dalam diri tiap muridnya.
            Tindakan yang nyata dan dirasa perlu adalah merubah metode mengajar dari seorang guru agar dapat mengubah metode belajar dari tiap murid-muridnya. Karena metode pembelajaran yang melibatkan murid menjadi lebih aktif dianggap lebih efektif dalam proses belajar mengajar dan dapat meningkatkan kemampuan murid dalam kemandirian dan keberanian berbicara di depan umum.
            Proses pembelajaran harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, agar memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Proses pembelajaran akan optimal jika didukung dengan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan dan minat anak.


1.2          Rumusan Masalah
Dari latar berlakang yang telah saya uraikan, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut;
1.      Apakah yang dimaksud dengan strategi?
2.      Apakah yang dimaksud dengan motivasi?
3.      Bagaimana Strategi Efektif Untuk Memotivasi Siswa?
4.      Bagaimana strategi mengajar yang menarik dan menyenangkan?
5.      Bagaimanakah metode mengajar yang dapat memotivasi anak?

1.3        Tujuan Penulisan
Tujuan penulis dalam pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan informasi mengenai strategi mengajar yang memotivasi anak dalam menempuh pendidikan dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar (Soft Skill).


BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Pengertian Sosialisasi Menurut Para Ahli

Strategi ialah upaya untuk melakukan sesuatu dengan melakukan perencanaan terlebih dahulu dengan sangat matang agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan atau dicapai, biasanya dalam jangka panjang. Strategi pembelajaran adalah suatu upaya dalam pembelajaran yang dilakukan guru dan murid agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Maka strategi pembelajaran dengan motivasi adalah suatu upaya dalam pembelajaran yang disertai dengan motivasi yang diberikan oleh sang guru kepada muridnya.
       Sedangkan motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan. Itulah yang diharapkan dapat diberikan dari seorang guru kepada anak murid yang diajarnya.
       Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobinya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.
       Ada beberapa pendekatan yang perlu dilakukan, seperti :
1.       Pendekatan Individual
Masing-masing anak didik mempunyai karakteristik tersendiri. Perbedaan anak didik tersebut memberikan wawasan pada guru bahwa strategi pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik. Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran, pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini, pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan pendekatan individual ini, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakuan pendekatan ini terhadap anak didik dikelasnya.

2.       Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok juga diperlukan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik karena anak didik adalah merupakan makhluk yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama. Dengan pendekatan kelompok diharapkan dapat ditumbuhkembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik, mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang bada dalam diri mereka sehingga terbina sikap kesetiakawanan di kelas. Namun, guru juga harus sudah mempertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai, dan bahan yang akan diberikan kepada anak didik memang cocok didekati dengan pendekatan kelompok.

3.       Pendekatan Bervariasi
Setiap masalah yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi, contohnya anak didik yang tidak disiplin dan anak didik yang suka bicara akan berbeda pemecahannya  dan menghendaki pendekatan yang berbeda-beda pula.

4.       Pendekatan Edukatif
Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma hokum, norma sosial dan norma agama.


5.       Pendekatan Komunikatif
Digunakan dalam pengajaran bahasa yang mengarahkan pada tujuan pengajaran yang mementingkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Siswa dibimbing unutk dapat menggunakan bahasa bukan sekedar mengetahui tentang bahasa, tetapi bertujuan membentuk kompetensi yakni kemampuan menggunakan bahasa dalam berbagai konteks komunikasi.

6.       Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep ini digunakan agar pemahaman siswa lebih bermakna tidak berlepas-lepas sehingga bertahan dari ingatannya dan siswa benar-benar memahami suatu konsep, ia akan menerapkan pada situasi baru.

7.       Pendekatan Pemecahan Masalah
Merupakan suatu proses yang mengharuskan siswa unutk menemukan suatu generalisasi dari konsep-konsep yang sudah dipelajari, kemudian menerapkannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

8.       Pendekatan Lingkungan
Dalam menggunakan pendekatan ini harus diperhatikan bahwa materi pelajaran hendaknya mempunyai hubungan erat dengan kehidupan sehari-hari sehingga lebih konkrit, mudah dipahami dan mengetahui manfaatnya. Pengajaran disesuaikan dengan keadaan lingkungan ini mencakup semua benda dan keadaan-keadaan yang mempengaruhi siswa.

9.       Pendekatan Proses
Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan dalam proses belajar mengajar yang menekankan pada proses belajar mengajar yang mnekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran , nalar dan perbuatan secara efisien dan effektif untuk mencapai suatu hasil tertentu termasuk kreatifitas.

2.2    Strategi Efektif Untuk Memotivasi Siswa
            Mampu memotivasi siswa untuk belajar dan membuat belajar lebih menarik dan menyenangkan memang menjadi tantangan yang dihadapi para guru sehari-hari. Jika siswa tidak termotivasi belajar dan tidak mampu menciptakan pembelajaran yang menarik maka besar kemungkinan mereka tidak akan terlibat dalam pelajaran. Lalu, jika mereka tidak terlibat dalam pelajaran akan menyebabkan bermacam masalah dalam manajemen kelas. Karenanya penting bagi guru untuk dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Berikut adalah lima strategi efektif untuk memotivasi siswa belajar dan membuat belajar lebih menarik serta menyenangkan :
1. Gunakan pertanyaan untuk berpikir kritis
Hal yang baik dari metode ini adalah mereka (siswa) tidak selalu memiliki jawaban benar atau salah sehingga mereka diperbolehkan untuk mengungkapkan pendapatnya sendiri. Ini lebih baik jika dibandingkan dengan siswa hanya diberitahu untuk menghafal fakta.

2. Gunakan musik untuk mengajar
Musik merupakan salah satu alat pembelajaran paling sederhana dan merupakan cara yang bagus untuk memicu minat siswa.
3. Gunakan video atau multimedia
Video adalah salah satu alat pengajaran paling sering disalahpahami dan disalahgunakan. Padahal, jika digunakan dengan benar, video dapat menjadi alat yang hebat untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Kuncinya adalah dengan menggunakan klip singkat dari film dan dokumenter dalam awal pelajaran, bukan di akhir pelajaran. Banyak film-film Hollywood atau film Nasional yang baik diterapkan dalam metode ini. Guru juga dapat menggunakan internet untuk mendownload klip singkat dari film-film dokumenter tentang hal apapun untuk setiap tingkat kelas.
4. Hubungkan apa yang siswa pelajari dengan yang sedang terjadi di dunia nyata
Pada beberapa mata pelajaran, cara ini jelas lebih mudah dilakukan dari yang lain. Siswa perlu mengetahui “mengapa” mereka belajar sesuatu. Dengan menghubungkan apa yang dipelajari dengan kehidupan nyata akan membuat pembelajaran akan lebih bermakna. Siswa akan lebih tertarik dan akan menyimpan apa yang dipelajarinya dalam jangka waktu yang lama.
5. Hubungkan yang dipelajari siswa dengan hal-hal yang penting bagi mereka
Trik di sini adalah untuk mengetahui pribadi siswa dan belajar tentang hal-hal yang menjadi kegemaran mereka. Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dapat sangat menantang, tapi ini merupakan elemen penting dalam tahap menjadi seorang guru yang efektif. Sebagai tambahan, guru juga akan menemukan dirinya menikmati proses mengajar, karena jauh lebih mudah dibandingkan ketika guru merasa terpaksa dalam menjalankannya.
            Strategi adalah suatu rangkaian tindakan untuk mencapai sasaran yang diharapkan. Untuk menuju ke pola pembelajaran yang dapat memotivasi siswa, perlu adanya perubahan sasaran yang harus dikembangkan. Perubahan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1.    Perubahan Pola Pembelajaran
Untuk mengubah pola pembelajaran tentu memerlukan perubahan sikap dari guru dalam menentukan sasaran pembelajaran. Perubahan yang harus dilakukan adalah perubahan:
a.     Sasaran menghafal menjadi berpikir kritis dilanjutkan meneliti, kemungkinan dengan penjelasan yang rasional
b.    Kegiatan meringkas, mengulas menjadi mengidentifikasi, merumuskan diteruskan dengan bertanya, menilai, berargumentasi dan berhipotesa
c.     Bertanya dengan kata apa, siapa, mengapa, dimana menjadi bagaimana, bagaimana kalau.. ? Apakah sah dan penting ?
d.    Tujuannya benar menurut fakta menjadi mendapat gagasan asli dari siswa dan memperbaiki yang lama
e.     Pendekatan belajar mengulang menjadi menganalisa dan mencoba hal-hal baru

2. Mengembangkan Unsur-Unsur Yang Mampu Memotivasi
  Para Pendidik ahli menawarkan ide-ide bagaimana membangun strategi memotivasi siswa lebih dari 200 ide yang disajikan dalam buku “ A Recource Guide for Secondary School Teaching “ terlampir. Ide-ide tersebut perlu kita kaji lebih lanjut, apakah ide-ide itu di sekolah kita dapat dilaksanakan seluruhnya, sebagian atau perlu modifikasi. Dengan mengkaji ide-ide strategi motivasi dari sumber tersebut di atas, dapat diketahui ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran agar menumbuhkan motivasi siswa .Berikut adalah unsure-unsur yang mampu membangun motivasi anak:
a.     Media Pembelajaran
            Media adalah benda, baik yang berupa perangkat keras atau lunak yang menjadi perantara terjadinya proses belajar. Media yang dipergunakan bisa berbentuk alat peraga atau sarana. Alat peraga mengandung ciri –ciri konsep yang dipelajari. Fungsinya untuk menurunkan keabtrakan konsep agar siswa mampu menangkap arti dari konsep tersebut. Alat peraga bisa dibuat guru/ siswa atau pabrik. Sarana adalah media pembelajaran yang berfungsi agar proses belajar dapat berlangsung dengan baik. Sarana yang dipergunakan dapat berupa perangkat keras atau perangkat lunak.
b.    Materi Pembelajaran
Materi yang akan diberikan dipersiapkan dengan matang dengan memperhatikan kondisi siswa. Materi yang akan dibelajarkan meliputi isi/ materi ( konten), hubungan dengan bidang/ilmu lain (konteks) dan proses ( transformasi isi/materi ).
c.     Strategi dan metode Pembelajaran
Strategi dan metode pembelajaran juga mempengaruhi motivasi belajar siswa. Strategi dan metode yang dapat memotivasi siswa adalah strategi dan metode yang melibatkan siswa belajar sambil mengerjakan ( Learning by doing).
d.    Sikap Guru        
Guru yang tidak mau repot, puas hanya dengan sasaran belajar pada tingkat rendah ( sisi kiri dari pola pembelajaran di atas). Diharapkan Guru mulai mencoba mengubah sikap dengan mengarahkan sasaran pembelajarannya pada tingkat menegah atau tingkat tinggi.

3.     Mendesain  Pembelajaran
            Diharapkan setiap pembelajaran, siswa selalu termotivasi. Untuk menciptakan pembelajaran yang dimaksud perlu pola yang menggambarkan pembelajaran tersebut. Berikut salah satu pola pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi siswa. Pola ini disusun sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran oleh para guru, mencakup sebelum, proses dan sesudah kegiatan pembelajaran.
Bagi guru ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, diantaranya:
a.     Menjelaskan tujuan belajar mengajar kepeserta didik
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu menjelaskan kepada siswa kepada tujuan instruksi khusus yang akan dicapai. Semakin jelas tujuan maka semakin besar pula motivasi dalam belajar.
b.    Hadiah
Dengan memberi hadiah kepada siswa yang berprestasi, maka akan memacu semangat mereka untuk belajar lebih giat. Dan siswa yang kurang berprestasi pastinya ia akan berusaha agar ia bisa berprestasi seperti temannya.
c.     Kompetensi
Guru mengadakan kompetensi diantara siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Dengan demikian antara siswa satu dengan yang lain akan ada suatu kompetensi secara sehat, masing- masing akan berusaha membuktikan bahwa dirinya bisa menjadi siswa yang berprestasi.
d.    Pujian
Tidak semua pujian akan membangkitkan atau memotivasi siswa. Namun sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian agar terus termotivasi dalam belajar.
e.    Hukuman
Guru dapat memberikan hukuman. Dengan adanya hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar berlangsung. Hukuman ini diberikan dengan harapan siswa dapat merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
Bagi orang tua memberi motivasi pada anak dapat dilakukan dengan cara:
f.      Memberi rasa nyaman
Anak dapat belajar dengan baik apabila ia merasa nyaman dengan lingkungannya. Rasa nyaman bukan hanya karena ruangan yang sejuk atau indah. Tetapi rasa nyaman yang ia peroleh ketika ia di dalam keluarga. Bdengan demikian anak akan termotivasi untuk berlajar.
g.     Beri Kebebasan
Anak akan lebih senang jika ia belajar sesuai dengan kehendaknya (tanpa suruhan atau paksaan). Jadi, biarkan anak untuk berbuat sesuai apa yang ia kehendaki asal tidak melampaui batas.
Dengan cara seperti itu, kitra dapat memberikan suatu pelajaran tanpa harus menyuruh anak belajar. Dengan sendirinya, berarti ia telah belajar mandiri.
h.    Beri Perhatian
Kita tahu anak akan senang jika diberi perhatian. Perhatian yang dimaksudkan bukanlah suatu perhatian yang berlebihan. Tetapi perhatian yang dimaksud adalah kita dapat menanyakan anak tentang aktivitas kesehariannya. Misalnya akltivitas saat ia di sekolah. Dengan demikian anak akan berusaha menceritakan aktivitas yang telah ia lalui. Secara tidak langsung, itu akan membuat anak belajar mengingat. Dilain sisi anak akan merasa senang, karena orang tuanmya perhatian pada dirnya.

2.3    Strategi Membangun Motivasi Dalam Proses Pembelajaran
1. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.
2. Membangkitkan minat siswa
Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar, dengan cara hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa (berkaitan dengan life skill).
3. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
Siswa hanya mungkin dapat belajar dengan baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari rasa takut.
4. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa
Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikan pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan.
5. Berikan penilaian
Bagi sebagian Peserta didik nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya.
6. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.
Komentar yang positif dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
7. Ciptakan persaingan dan kerja sama
Guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bersaing baik antara kelompok maupun antarindividu. Melalui persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik.


BAB III
PENUTUP

3.1      Kesimpulan
Setelah memaparkan berbagai penjelasan mengenai strategi mengajar dengan memotivasi maka kita dapat melihat bahwa banyak cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang menyenangkan dalam belajar. Dengan Strategi dan metode belajar yang baik dan mudah di pahami, anak didik akan menjadi termotivasi untuk lebih giat dan lebih tekun untuk belajar, supaya apa yang dia cita – citakan dapat tercapai. dan dengan strategi dan metode yang baik, anak didik bisa dengan mudah mendapatkan ilmu dan memahami ilmu yang sudah ia terima.


DAFTAR PUSTAKA

http://gooooocir.blogspot.com/2012/09/contoh-metoda-blajar.html
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Terbaru/Terbaru/karakteristik.gaya.belajar.anak/001/007/1093/3
http://irfadfaiq.blogspot.com/2012/04/karakteristik-belajar-anak.html
http://tirman.wordpress.com/motivasi-dalam-pembelajaran/