SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan bimbingan-Nya makalah Ilmu Budaya Dasar yang bertema “Teori Motivasi“ ini dapat diselesaikan. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Elvia Fardiana selaku Dosen Teori Organisasi Umum, Universitas Gunadarma. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Organisasi Umum (Softskill).
Saya menyadari makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, demi kesempurnaan pembuatan makalah ini di hari yang akan datang. Saya ingin mengucapkan terima kasih pada beberapa pihak yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan membalas kebaikannya dengan berkat yang lebih besar. Terima kasih.
Depok, 14 November 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Motivasi
B. Macam-Macam Motivasi
C. Pengalaman Pribadi Dalam Berorganisasi
D. Manfaat Organisasi
E. Hambatan-Hambatan Dalam Organisasi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan.
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.
Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa. Landy dan Becker membuat pengelompokan pendekatan teori motivasi ini menjadi 5 kategori yaitu teori kebutuhan,teori penguatan,teori keadilan,teori harapan,teori penetapan sasaran.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Organisasi Umum.
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini, yaitu metode deskripsi analisis. Metode tersebut merupakan metode yang memberikan gambaran objektif serta membahasnya secara lengkap yang dilakukan dengan mengumpulkan data dari website.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MOTIVASI
Motivasi secara umum sering diartikan sebagai sesuatu yang ada pada diri seseorang yang dapat mendorong, mengaktifkan, menggerakkan, dan mengarahkan perilaku seseorang.
Dengan kata lain motivasi itu ada didalam diri seseorang dalam wujud niat, harapan, keinginan dan tujuan yang ingin dicapai.
Motivasi ada dalam diri manusia terdorong oleh adanya :
1. Keinginan untuk hidup.
2. Keinginan untuk memiliki sesuatu.
3. Keinginan akan kekuasaan.
4. Keinginan akan adanya pengakuan.
Pengertian lain menjelaskan motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
B. MACAM-MACAM TEORI MOTIVASI
Ada tiga motivasi utama yang sering diajukan, yaitu :
1. Model Tradisional
Sering disebut model klasik, dicetuskan oleh Frederick Winslow Taylor. Model ini menyatakan bahwa motivasi pada seseorang hanya dipandang dari sudut pemenuhan kebutuhan fisik atau biologis saja. Khususnya untuk pekerja hanya dapat dimotivasi dengan imbalan uang.
2. Model Human Relation
Dicetuskan oleh Elton Mayo sebagai akibat kejenuhan karyawan dalam melakukan pekerjaan yang sama secara berulang. Elton Mayo menekankan pada pentingnya pengakuan atau penghargaan terhadap kebutuhan sosial pekerja.
3. Model Sumberdaya Manusia
Dengan penekanan pada motivasi tidak hanya oleh masalah pemenuhan kebutuhan biologis saja, akan tetapi juga kebutuhan mendapatkan kepuasan.
Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang motivasi, antara lain :
1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
1. kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex.
2. kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual.
3. kebutuhan akan kasih sayang (love needs).
4. kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status.
5. aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow.
Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :
1. Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;
2. Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
3. Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
2. Teori Mc Clelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan : “Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil”.
Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
3. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG”)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)
Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer.
Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :
๏ Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya;
๏ Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
๏ Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.
4. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.
Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.
5. Teori Keadilan
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
· Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
· Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu :
1. Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya;
2. Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri;
3. Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis;
4. Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai.
Pemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para pejabat dan petugas di bagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai persepsi ketidakadilan timbul, apalagi meluas di kalangan para pegawai. Apabila sampai terjadi maka akan timbul berbagai dampak negatif bagi organisasi, seperti ketidakpuasan, tingkat kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke organisasi lain.
6. Teori penetapan tujuan (goal setting theory)
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni :
(a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian.
(b) tujuan-tujuan mengatur upaya.
(c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi.
(d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
7. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.
Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.
Di kalangan ilmuwan dan para praktisi manajemen sumber daya manusia teori harapan ini mempunyai daya tarik tersendiri karena penekanan tentang pentingnya bagian kepegawaian membantu para pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta menunjukkan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannnya itu. Penekanan ini dianggap penting karena pengalaman menunjukkan bahwa para pegawai tidak selalu mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk memperolehnya.
8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku.
Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.
Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru tik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru tik tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru tik tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai konsekwensi positif lagi di kemudian hari.
Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapat teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner. Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku pegawai tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada waktunya di tempat tugas.
Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi pula.
9. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi
Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model. Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu .
Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah :
(a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri;
(b) harga diri;
(c) harapan pribadi;
(d) kebutuhaan;
(e) keinginan;
(f) kepuasan kerja;
(g) prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah :
(a) jenis dan sifat pekerjaan;
(b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung;
(c) organisasi tempat bekerja;
(d) situasi lingkungan pada umumnya;
(e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
Teori motivasi kebutuhan McClelland merupakan salah satu teori motivasi yang secara luas. Teori ini merupakan salah satu teori kebutuhan selain teori hierarki kebutuhan Maslow, ERG, dan teori dua faktor Herzberg. Menurut Robbins dan Judge (2007:260), dari empat teori motivasi kebutuhan, teori McClelland adalah teori yang paling banyak mendapatkan dukungan terutama kaitannya dengan pencapaian dan produktivitas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tidak dapat disangkal bahwa ketersediaan kebutuhan dasar atau rasa aman bisa membantu rasa percaya diri seseorang. Bila seseorang telah berprestasi, mencapai posisi tinggi dalam kariernya, atau mendapat penghargaan atas jasa-jasa yang ia lakukan- ini bisa menolong membangun rasa percaya dirinya. Seseorang bisa merasa memiliki eksistensi kalau punya uang banyak, bergelar atau berprestasi
Namun demikian, bukan hanya tubuh yang memerlukan nutrisi. Jiwa juga memerlukan nutrisi yang baik agar aspek rohani manusia dapat berfungsi dengan baik. Pikiran butuh 'makanan pikiran.' Hati, jiwa dan pikiran memerlukan nutrisi rohani seperti tubuh membutuhkan makanan yang bergizi.
Cobalah tidak mengisi pikiran atau jiwa Anda dengan makanan rohani, maka tidak akan lama jiwa Anda lelah; hati resah. Anda akan mudah mengeluh, mudah frustasi, gampang emosi, dan sering mengkritik orang lain hanya karena kesalahan-kesalahan remeh.
Sosok-sosok yang memberikan pencerahan pikiran, yang bisa mengisi pikiran dan jiwa kita akan menolong kita. Sebut saja seperti pastor, pendeta, kiyai, ustad atau motivator- sosok-sosok seperti ini sangat diperlukan. Contoh yang lebih dekat adalah Mario Teguh, yang telah mengisi pikiran dari ribuan, mungkin ratusan ribu bahkan jutaan orang Indonesia di seluruh dunia.
DAFTAR PUSTAKA
http://new.edulab.co.id/teori-teori-motivasi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/06/teori-teori-motivasi/
http://www.putra-putri-indonesia.com/teori-motivasi-maslow.html
http://teorionline.net/teori-motivasi-kebutuhan-mcclelland/
Thursday, November 14, 2013
Thursday, October 24, 2013
Organisasi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan bimbingan-Nya makalah Ilmu Budaya Dasar yang bertema “ “ ini dapat diselesaikan. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Elvia Fardiana selaku Dosen Teori Organisasi Umum, Universitas Gunadarma. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Organisasi Umum (Softskill).
Saya menyadari makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, demi kesempurnaan pembuatan makalah ini di hari yang akan datang. Saya ingin mengucapkan terima kasih pada beberapa pihak yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan membalas kebaikannya dengan berkat yang lebih besar. Terima kasih.
Depok, 22 Oktober 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Organisasi
B. Macam-Macam Organisasi
C. Pengalaman Pribadi Dalam Berorganisasi
D. Manfaat Organisasi
E. Hambatan-Hambatan Dalam Organisasi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak mungkin bisa lepas dari yang namanya organisasi. Karena memang kehidupan itu adalah wujud nyata dari segala jenis organisasi bentukan Tuhan, yang melibatkan setiap makhluk hidup didalamnya.
Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok satu sama lain, dan ada pula yang berbeda. Organisasi pada dasarnya diartikan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti : pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.
Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Organisasi Umum.
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini, yaitu metode deskripsi analisis. Metode tersebut merupakan metode yang memberikan gambaran objektif serta membahasnya secara lengkap yang dilakukan dengan mengumpulkan data dari website.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ORGANISASI
Beberapa definisi tentang organisasi :
Stoner : Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama.
James D. Mooney : Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
Chester I. Bernard : Organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Stephen P. Robbins : Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
Ernest Dale : Organisasi adalah suatu proses perencanaan yang meliputi penyusunan, pengembangan, dan pemeliharaan suatu struktur atau pola hubunngan kerja dari orang-orang dalam suatu kerja kelompok.
Cyril Soffer : Organisasi adalah perserikatan orang-orang yang masing-masing diberi peran tertentu dalam suatu system kerja dan pembagian dalam mana pekerjaan itu diperinci menjadi tugas-tugas, dibagikan kemudian digabung lagi dalam beberapa bentuk hasil.
Kast & Rosenzweig : Organisasi adalah sub system teknik, sub system structural, sub system pshikososial dan sub system manajerial dari lingkungan yang lebih luas dimana ada kumpulan orang-orang berorenteasi pada tujuan.
Drs. H Malayu S.P. Hasibuan : Organisasi sebagai proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan bersama.
Definisi umum :
“Kelompok orang yang secara bersama-sama ingin mencapai suatu tujuan.”
B. MACAM-MACAM ORGANISASI
Bermacam-macam bentuk organisasi sangat membedakan arti dan tujuan, macam-macam organisasi bisa di bedakan dari bidang hukum, perdagangan, pendidikan, dan lain-lain. Berikut adalah macam-macam organisasi :
1. Organisasi Niaga
Organisasi niaga adalah bentuk organisasi yang hanya menginginkan keuntungan, atau bisa disebut mencari materil. Dilihat dari pengertiannya pun organisasi niaga dibentuk untuk menghasilkan suatu tujuan untuk mendapatkan sebuah keuntungan terutama dalam bidang niaga itu sendiri.
macam-macamnya meliputi :
Tujuan dari organisasi niaga, antara lain :
a. Mengadakan sebuah organisasi yang memiliki tujuan dan mencapai tujuannya tersebut
b. Dengan mengadakan organisasi niaga pun dapat mensejahterkana masyarakat
c. Sebagai Wadah Atau Tempat Untuk Bekerja Sama
Macam-macam Org.Niaga :
Perseroan Terbatas (PT)
Perseroan Komanditer (CV)
Firma (FA)
Koperasi
Join ventura
Trus
Kontel
Holding Company
2. Organisasi Sosial
Organisasi sosial adalah organisasi yang dibentuk oleh sekelompok masyarakat dan bertujuan untuk mempersatukan masyarakat.
Jalur pembentukan organisasi Kemasyarakatan :
Jalur Keagamaan
Jalur Profesi
Jalur Kepemudaan
Jalur Kemahasiswaan
Jalur Kepartaian & Kekaryaan
Bentuk-bentuk organisasi
Bentuk Organisasi Staff
Bentuk Organisasi Lini
Bentuk Organisasi Fungsional
Bentuk Organisasi Fungsional & Lini
Bentuk Organisasi Fungsional & Staff
Bentuk Organisasi Lini &Staff
3. Organisasi Regional dan Internasional
Organisasi Regional merupakan organisasi yang luas wilayahnya meliputi beberapa negara tertentu saja. Sebagai contoh: ASEAN (Association of Southeast Asian Nations = Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (PERBARA) ( Dibentuk 8 Agustus 1967, memiliki 10 negara anggota, Timor Leste dan Papua new Guinea hanya sebagai pemantau, dan masih mempertimbangkan akan menjadi anggota).
Organisasi Internasional adalah suatu bentuk organisasi dari gabungan beberapa negara atau bentuk unit fungsi yang memiliki tujuan bersama mencapai persetujuan yg juga merupakan isi dari perjanjian atau charter. Contohnya : PBB, NATO.
C. PENGALAMAN PRIBADI DALAM BERORGANISASI
Manusia adalah mahluk sosial yang cenderung untuk hidup bermasyarakat serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai suatu tujuan tetapi karena keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari manusia untuk hidup dalam berorganisasi.
Saya mempunyai beberapa pengalaman dalam berorganisasi. Salahsatunya, sewaktu saya duduk di bangku SMA, saya ikut ambil bagian di dalam OSIS. Ketika masih berada di kelas 1, saya dipilih menjadi Ketua Mading di sekolah saya. Kemudian saya menarik beberapa siswa lain untuk menjadi anggota saya, dan kita bersama-sama mengurus mading disekolah. Tidak begitu sulit, karena yang diperlukan hanya kerjasama kita dalam berkreativitas untuk membuat mading terlihat menarik.
Beranjak ke kelas 2, saya masih tetap bergabung di dalam OSIS dan saya dipercaya untuk menjadi Bendahara OSIS pada waktu itu. Bukan hal yang mudah untuk menjabat sebagai Bendahara OSIS. Kenapa? Karena saya diberi kepercayaan untuk memegang uang kas sekolah yang notabene jumlahnya tidak sedikit. Beruntung iman saya kuat, saya memegang teguh visi dan misi kita pada waktu itu. (wkwk) Saya juga tidak ingin merusak kepercayaan yang diberikan oleh orang-orang yang mendukung dan memilih saya untuk menjadi Bendahara OSIS.
Tidak hanya itu, karena saya suka bernyanyi, sewaktu SMA saya juga aktif di bidang seni, yaitu paduan suara. Hambatan yang ada hanya ketika sekolah akan mengikuti kompetisi atau pada saat akan ada event disekolah, kita harus berlatih hampir setiap hari, sepulang sekolah, atau bahkan pada saat jam pelajaran sedang berlangsung. Cukup melelahkan. Tetapi karena kita mempunyai satu tujuan yang sama, ditambah dengan adanya kebersamaan antara pelatih dan sesama anggota paduan suara, membuat semuanya jadi terasa lebih mudah untuk dilewati.
Saya juga sempat mengikuti pendaftaran paduan suara dikampus, Universitas Gunadarma. Saya diterima menjadi anggota paduan suara setelah memenuhi beberapa persyaratan dan mengikuti tes vokal. Bedanya, saya mengundurkan diri sebelum sempat mengikuti organisasi tersebut. Karena belakangan saya tahu, untuk berlatih saja mereka menyita waktu sampai malam hari.
Mungkin terlihat sederhana dan sepele, bisa jadi pun tidak ada artinya bagi orang lain. Kebanyakan ada yang menilai sinis tentang organisasi dan bahkan ada yang menakut nakuti kalau orang yang mengikuti ornganisasi nantinya tidak bisa mengatur waktu.
D. MANFAAT ORGANISASI
Mengikuti atau menjadi bagian dari sebuah organisasi mempunyai dampak sangat besar untuk kehidupan, karena dalam sebuah organisasi bisa di ibaratkan sebagai masyarakat dalam lingkup kecil. Selalu ada masalah yang perlu dipecahkan bersama, sikap saling menjaga dan bertanggungjawab terhadap keutuhan anggota atau pun mempertahankan sebuah kelompok, memberikan gambaran sebuah perjuangan panjang, dan ini akan sangat membantu ketika dalam penyelesaian masalah atau memberikan masukan kepada masyarakat dalam lingkup luas.
Selain itu beberapa manfaat lain yang bisa kita peroleh dalam sebuah organisasi antara lain :
1. Tercapainya sebuah tujuan
Organisasi dibentuk dari tujuan-tujuan bersama yang berkaitan, maka pencapaian tujuan yang dilakukan oleh orang banyak atau dalam artian anggota sebuah kelompok lebih berpeluang untuk mencapai tujuan yang lebih maksimal dan efektif.
2. Melatih mental bicara di publik
Mental berbicara didepan umum tidak setiap orang bisa peroleh dengan mudah, harus dengan pelatihan lama dan berkala. Sebuah organisasi, kelompok belajar, atau kelompok studi ilmiah bagi para mahasiswa adalah sebuah wadah yang tepat untuk pengembangan public speaking.
3. Mudah memecahkan masalah
Karena dalam sebuah organisasi permasalahan adalah hal yang sangat sering terjadi, entah karena perbedaan pendapat atau permasalahan dalam segi fiskal sebuah kelompok. Pemecahan dari setiap permasalahan yang ada mengajarkan bagaimana harus bersikap dan menyikapi permasalahan yang ada dalam kehidupan masyarakat yang lebih kompleks dan majemuk.
Selain hal-hal diatas, masih banyak manfaat organisasi yang bisa diperoleh, antara lain :
1. Melatih Leadership
2. Memperluas pergaulan
3. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan
4. Membentuk karakteristik seseorang
5. Kuat dalam menghadapi tekanan
6. Mampu mengatur waktu dengan sangat baik
7. Sebagai ajang pembelajaran kerja yang sesungguhnya
CIRI-CIRI ORGANISASI :
ª Lembaga social yang terdiri atas kumpulan orang dengan berbagai pola interaksi yang ditetapkan.
ª Dikembangkan untuk mencapai tujuan.
ª Secara sadar dikoordinasi dan dengan sengaja disusun.
ª Instrumen social yang mempunyai batasan yang secara relatif dapat diidentifikasi.
Tips agar organisasi bermanfaat
Beberapa tips bisa Anda jadikan pegangan dalam memilih organisasi, agar organisasi itu sesuai dan bermanfaat bagi Anda, antara lain:
o Lihat visi dan misi organisasi itu
o Pelajari jenis kegiatan yang dilakukan. Apakah sesuai dengan minat, kemampuan dan waktu luang Anda?
o Posisi apa saja yang ada dalam organisasi itu. Sesuaikan posisi yang Anda inginkan. Pelajari kemungkinan Anda menduduki posisi itu.
o Setelah bergabung tunaikan hak dan kewajiban Anda dengan bersemangat. Coba paling tidak 3 bulan.
o Jika selama 3 bulan Anda merasakan manfaatnya maka teruskan, dan jika tidak bermanfaat segeralah mundur dan cari organisasi lain yang lebih sesuai.
E. HAMBATAN-HAMBATAN DALAM ORGANISASI
Dalam proses organisasi tidak akan selalu berjalan dengan mulus. Tentunya akan banyak terjadi hambatan-hambatan pada perjalanannya. Hambatan yang sering muncul adalah hambatan komunikasi, karena komunikasi adalah
kunci utama dalam kesuksesan organisasi mengingat banyaknya orang yang terlibat didalamnya. Hambatan tersebut tentunya bukan menjadi suatu pengganjal dalam organisasi karena semua hambatan pasti dapat diselesaikan dengan baik dan tepat. Berikut ini adalah macam-macam hambatan dalam organisasi, yaitu :
๏ Hambatan dari Proses Komunikasi yaitu hambatan yang timbul dari ketidak jelasan informasi yang akan disampaikan.
๏ Hambatan Fisik yaitu hambatan yang terjadi akibat ada gangguan cuaca, gangguan sinyal, dsb.
๏ Hambatan Semantik yaitu hambatan yang terjadi akibat pemahaman yang sedikit mengenai bahasa dan istilah-istilah asing yang digunakan dalam informasi atau pesan.
๏ Hambatan Psikologis yaitu hambatan yang berasal dari gangguan kondisi kejiwaaan dari si pengirim pesan atau penerima pesan sengingga mengakibatkan informasi tersebut mengalami perubahan.
๏ Hambatan Manusiawi yaitu hambatan yang terjadi akibat tingkat emosi manusia yang tidak menentu dalam menyikapi informasi atau pesan.
๏ Hambatan Organisasional yaitu tingkat hirarkhi, wewenang manajerial dan spesialisasi yaitu hambatan yang timbul akibat komunikasi dengan atasan atau bawahan mengalami kendala seperti tingkat pemahaman terhadap suatu informasi yang berbeda yang mengakibatkan sebuah hambatan.
๏ Hambatan-hambatan Antar Pribadi yaitu hambatan yang timbul antar pribadi didalam sebuah organisasi, biasanya hambatan ini muncul karena adanya salah paham antar pribadi yang menyangkut masalah tugas dan wewenang dari orang yang ada dalam organisasi.
Dari berbagai hambatan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi itu tidak mudah dan memerlukan jalan yang sangat panjang untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam organisasi dan dalam aktivitas lainnya.Tetapi hambatan tersebut bukanlah menjadi satu-satunya penghambat dalam organisasi.
Untuk memecahkan masalah hambatan tersebut diatas berikut ini diuraikan cara mengatasi hambatan komunikasi :
ü Memberikan umpan balik atau Feed Back yaitu memberikan kesempatan pada seseorang untuk menyampaikan informasi dan gagasannya sehingga tercipta komunikasi 2 (dua) arah.
ü Mengenai si penerima berita yaitu mengenali latar belakang , pendidikan serta kondisi penerima pesan agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik dan mudah dimengerti oleh si penerima pesan.
ü Susunlah secara terperinci apa, dan kapan informasi tersebut harus disampaikan dan kepada siapa informasi tersebut akan disampaikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti : pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.
Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.
DAFTAR PUSTAKA
http://hilaliyah.wordpress.com/2010/11/28/macam-macam-organisasi-dari-segi-tujuan/
http://nindaa17.blogspot.com/2012/10/organisasi-niaga-sosial-regional-dan.html
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan bimbingan-Nya makalah Ilmu Budaya Dasar yang bertema “ “ ini dapat diselesaikan. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Elvia Fardiana selaku Dosen Teori Organisasi Umum, Universitas Gunadarma. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Organisasi Umum (Softskill).
Saya menyadari makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, demi kesempurnaan pembuatan makalah ini di hari yang akan datang. Saya ingin mengucapkan terima kasih pada beberapa pihak yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan membalas kebaikannya dengan berkat yang lebih besar. Terima kasih.
Depok, 22 Oktober 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Organisasi
B. Macam-Macam Organisasi
C. Pengalaman Pribadi Dalam Berorganisasi
D. Manfaat Organisasi
E. Hambatan-Hambatan Dalam Organisasi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak mungkin bisa lepas dari yang namanya organisasi. Karena memang kehidupan itu adalah wujud nyata dari segala jenis organisasi bentukan Tuhan, yang melibatkan setiap makhluk hidup didalamnya.
Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok satu sama lain, dan ada pula yang berbeda. Organisasi pada dasarnya diartikan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti : pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.
Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Organisasi Umum.
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini, yaitu metode deskripsi analisis. Metode tersebut merupakan metode yang memberikan gambaran objektif serta membahasnya secara lengkap yang dilakukan dengan mengumpulkan data dari website.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ORGANISASI
Beberapa definisi tentang organisasi :
Stoner : Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama.
James D. Mooney : Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
Chester I. Bernard : Organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Stephen P. Robbins : Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
Ernest Dale : Organisasi adalah suatu proses perencanaan yang meliputi penyusunan, pengembangan, dan pemeliharaan suatu struktur atau pola hubunngan kerja dari orang-orang dalam suatu kerja kelompok.
Cyril Soffer : Organisasi adalah perserikatan orang-orang yang masing-masing diberi peran tertentu dalam suatu system kerja dan pembagian dalam mana pekerjaan itu diperinci menjadi tugas-tugas, dibagikan kemudian digabung lagi dalam beberapa bentuk hasil.
Kast & Rosenzweig : Organisasi adalah sub system teknik, sub system structural, sub system pshikososial dan sub system manajerial dari lingkungan yang lebih luas dimana ada kumpulan orang-orang berorenteasi pada tujuan.
Drs. H Malayu S.P. Hasibuan : Organisasi sebagai proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan bersama.
Definisi umum :
“Kelompok orang yang secara bersama-sama ingin mencapai suatu tujuan.”
B. MACAM-MACAM ORGANISASI
Bermacam-macam bentuk organisasi sangat membedakan arti dan tujuan, macam-macam organisasi bisa di bedakan dari bidang hukum, perdagangan, pendidikan, dan lain-lain. Berikut adalah macam-macam organisasi :
1. Organisasi Niaga
Organisasi niaga adalah bentuk organisasi yang hanya menginginkan keuntungan, atau bisa disebut mencari materil. Dilihat dari pengertiannya pun organisasi niaga dibentuk untuk menghasilkan suatu tujuan untuk mendapatkan sebuah keuntungan terutama dalam bidang niaga itu sendiri.
macam-macamnya meliputi :
Tujuan dari organisasi niaga, antara lain :
a. Mengadakan sebuah organisasi yang memiliki tujuan dan mencapai tujuannya tersebut
b. Dengan mengadakan organisasi niaga pun dapat mensejahterkana masyarakat
c. Sebagai Wadah Atau Tempat Untuk Bekerja Sama
Macam-macam Org.Niaga :
Perseroan Terbatas (PT)
Perseroan Komanditer (CV)
Firma (FA)
Koperasi
Join ventura
Trus
Kontel
Holding Company
2. Organisasi Sosial
Organisasi sosial adalah organisasi yang dibentuk oleh sekelompok masyarakat dan bertujuan untuk mempersatukan masyarakat.
Jalur pembentukan organisasi Kemasyarakatan :
Jalur Keagamaan
Jalur Profesi
Jalur Kepemudaan
Jalur Kemahasiswaan
Jalur Kepartaian & Kekaryaan
Bentuk-bentuk organisasi
Bentuk Organisasi Staff
Bentuk Organisasi Lini
Bentuk Organisasi Fungsional
Bentuk Organisasi Fungsional & Lini
Bentuk Organisasi Fungsional & Staff
Bentuk Organisasi Lini &Staff
3. Organisasi Regional dan Internasional
Organisasi Regional merupakan organisasi yang luas wilayahnya meliputi beberapa negara tertentu saja. Sebagai contoh: ASEAN (Association of Southeast Asian Nations = Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (PERBARA) ( Dibentuk 8 Agustus 1967, memiliki 10 negara anggota, Timor Leste dan Papua new Guinea hanya sebagai pemantau, dan masih mempertimbangkan akan menjadi anggota).
Organisasi Internasional adalah suatu bentuk organisasi dari gabungan beberapa negara atau bentuk unit fungsi yang memiliki tujuan bersama mencapai persetujuan yg juga merupakan isi dari perjanjian atau charter. Contohnya : PBB, NATO.
C. PENGALAMAN PRIBADI DALAM BERORGANISASI
Manusia adalah mahluk sosial yang cenderung untuk hidup bermasyarakat serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai suatu tujuan tetapi karena keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari manusia untuk hidup dalam berorganisasi.
Saya mempunyai beberapa pengalaman dalam berorganisasi. Salahsatunya, sewaktu saya duduk di bangku SMA, saya ikut ambil bagian di dalam OSIS. Ketika masih berada di kelas 1, saya dipilih menjadi Ketua Mading di sekolah saya. Kemudian saya menarik beberapa siswa lain untuk menjadi anggota saya, dan kita bersama-sama mengurus mading disekolah. Tidak begitu sulit, karena yang diperlukan hanya kerjasama kita dalam berkreativitas untuk membuat mading terlihat menarik.
Beranjak ke kelas 2, saya masih tetap bergabung di dalam OSIS dan saya dipercaya untuk menjadi Bendahara OSIS pada waktu itu. Bukan hal yang mudah untuk menjabat sebagai Bendahara OSIS. Kenapa? Karena saya diberi kepercayaan untuk memegang uang kas sekolah yang notabene jumlahnya tidak sedikit. Beruntung iman saya kuat, saya memegang teguh visi dan misi kita pada waktu itu. (wkwk) Saya juga tidak ingin merusak kepercayaan yang diberikan oleh orang-orang yang mendukung dan memilih saya untuk menjadi Bendahara OSIS.
Tidak hanya itu, karena saya suka bernyanyi, sewaktu SMA saya juga aktif di bidang seni, yaitu paduan suara. Hambatan yang ada hanya ketika sekolah akan mengikuti kompetisi atau pada saat akan ada event disekolah, kita harus berlatih hampir setiap hari, sepulang sekolah, atau bahkan pada saat jam pelajaran sedang berlangsung. Cukup melelahkan. Tetapi karena kita mempunyai satu tujuan yang sama, ditambah dengan adanya kebersamaan antara pelatih dan sesama anggota paduan suara, membuat semuanya jadi terasa lebih mudah untuk dilewati.
Saya juga sempat mengikuti pendaftaran paduan suara dikampus, Universitas Gunadarma. Saya diterima menjadi anggota paduan suara setelah memenuhi beberapa persyaratan dan mengikuti tes vokal. Bedanya, saya mengundurkan diri sebelum sempat mengikuti organisasi tersebut. Karena belakangan saya tahu, untuk berlatih saja mereka menyita waktu sampai malam hari.
Mungkin terlihat sederhana dan sepele, bisa jadi pun tidak ada artinya bagi orang lain. Kebanyakan ada yang menilai sinis tentang organisasi dan bahkan ada yang menakut nakuti kalau orang yang mengikuti ornganisasi nantinya tidak bisa mengatur waktu.
D. MANFAAT ORGANISASI
Mengikuti atau menjadi bagian dari sebuah organisasi mempunyai dampak sangat besar untuk kehidupan, karena dalam sebuah organisasi bisa di ibaratkan sebagai masyarakat dalam lingkup kecil. Selalu ada masalah yang perlu dipecahkan bersama, sikap saling menjaga dan bertanggungjawab terhadap keutuhan anggota atau pun mempertahankan sebuah kelompok, memberikan gambaran sebuah perjuangan panjang, dan ini akan sangat membantu ketika dalam penyelesaian masalah atau memberikan masukan kepada masyarakat dalam lingkup luas.
Selain itu beberapa manfaat lain yang bisa kita peroleh dalam sebuah organisasi antara lain :
1. Tercapainya sebuah tujuan
Organisasi dibentuk dari tujuan-tujuan bersama yang berkaitan, maka pencapaian tujuan yang dilakukan oleh orang banyak atau dalam artian anggota sebuah kelompok lebih berpeluang untuk mencapai tujuan yang lebih maksimal dan efektif.
2. Melatih mental bicara di publik
Mental berbicara didepan umum tidak setiap orang bisa peroleh dengan mudah, harus dengan pelatihan lama dan berkala. Sebuah organisasi, kelompok belajar, atau kelompok studi ilmiah bagi para mahasiswa adalah sebuah wadah yang tepat untuk pengembangan public speaking.
3. Mudah memecahkan masalah
Karena dalam sebuah organisasi permasalahan adalah hal yang sangat sering terjadi, entah karena perbedaan pendapat atau permasalahan dalam segi fiskal sebuah kelompok. Pemecahan dari setiap permasalahan yang ada mengajarkan bagaimana harus bersikap dan menyikapi permasalahan yang ada dalam kehidupan masyarakat yang lebih kompleks dan majemuk.
Selain hal-hal diatas, masih banyak manfaat organisasi yang bisa diperoleh, antara lain :
1. Melatih Leadership
2. Memperluas pergaulan
3. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan
4. Membentuk karakteristik seseorang
5. Kuat dalam menghadapi tekanan
6. Mampu mengatur waktu dengan sangat baik
7. Sebagai ajang pembelajaran kerja yang sesungguhnya
CIRI-CIRI ORGANISASI :
ª Lembaga social yang terdiri atas kumpulan orang dengan berbagai pola interaksi yang ditetapkan.
ª Dikembangkan untuk mencapai tujuan.
ª Secara sadar dikoordinasi dan dengan sengaja disusun.
ª Instrumen social yang mempunyai batasan yang secara relatif dapat diidentifikasi.
Tips agar organisasi bermanfaat
Beberapa tips bisa Anda jadikan pegangan dalam memilih organisasi, agar organisasi itu sesuai dan bermanfaat bagi Anda, antara lain:
o Lihat visi dan misi organisasi itu
o Pelajari jenis kegiatan yang dilakukan. Apakah sesuai dengan minat, kemampuan dan waktu luang Anda?
o Posisi apa saja yang ada dalam organisasi itu. Sesuaikan posisi yang Anda inginkan. Pelajari kemungkinan Anda menduduki posisi itu.
o Setelah bergabung tunaikan hak dan kewajiban Anda dengan bersemangat. Coba paling tidak 3 bulan.
o Jika selama 3 bulan Anda merasakan manfaatnya maka teruskan, dan jika tidak bermanfaat segeralah mundur dan cari organisasi lain yang lebih sesuai.
E. HAMBATAN-HAMBATAN DALAM ORGANISASI
Dalam proses organisasi tidak akan selalu berjalan dengan mulus. Tentunya akan banyak terjadi hambatan-hambatan pada perjalanannya. Hambatan yang sering muncul adalah hambatan komunikasi, karena komunikasi adalah
kunci utama dalam kesuksesan organisasi mengingat banyaknya orang yang terlibat didalamnya. Hambatan tersebut tentunya bukan menjadi suatu pengganjal dalam organisasi karena semua hambatan pasti dapat diselesaikan dengan baik dan tepat. Berikut ini adalah macam-macam hambatan dalam organisasi, yaitu :
๏ Hambatan dari Proses Komunikasi yaitu hambatan yang timbul dari ketidak jelasan informasi yang akan disampaikan.
๏ Hambatan Fisik yaitu hambatan yang terjadi akibat ada gangguan cuaca, gangguan sinyal, dsb.
๏ Hambatan Semantik yaitu hambatan yang terjadi akibat pemahaman yang sedikit mengenai bahasa dan istilah-istilah asing yang digunakan dalam informasi atau pesan.
๏ Hambatan Psikologis yaitu hambatan yang berasal dari gangguan kondisi kejiwaaan dari si pengirim pesan atau penerima pesan sengingga mengakibatkan informasi tersebut mengalami perubahan.
๏ Hambatan Manusiawi yaitu hambatan yang terjadi akibat tingkat emosi manusia yang tidak menentu dalam menyikapi informasi atau pesan.
๏ Hambatan Organisasional yaitu tingkat hirarkhi, wewenang manajerial dan spesialisasi yaitu hambatan yang timbul akibat komunikasi dengan atasan atau bawahan mengalami kendala seperti tingkat pemahaman terhadap suatu informasi yang berbeda yang mengakibatkan sebuah hambatan.
๏ Hambatan-hambatan Antar Pribadi yaitu hambatan yang timbul antar pribadi didalam sebuah organisasi, biasanya hambatan ini muncul karena adanya salah paham antar pribadi yang menyangkut masalah tugas dan wewenang dari orang yang ada dalam organisasi.
Dari berbagai hambatan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi itu tidak mudah dan memerlukan jalan yang sangat panjang untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam organisasi dan dalam aktivitas lainnya.Tetapi hambatan tersebut bukanlah menjadi satu-satunya penghambat dalam organisasi.
Untuk memecahkan masalah hambatan tersebut diatas berikut ini diuraikan cara mengatasi hambatan komunikasi :
ü Memberikan umpan balik atau Feed Back yaitu memberikan kesempatan pada seseorang untuk menyampaikan informasi dan gagasannya sehingga tercipta komunikasi 2 (dua) arah.
ü Mengenai si penerima berita yaitu mengenali latar belakang , pendidikan serta kondisi penerima pesan agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik dan mudah dimengerti oleh si penerima pesan.
ü Susunlah secara terperinci apa, dan kapan informasi tersebut harus disampaikan dan kepada siapa informasi tersebut akan disampaikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti : pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.
Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.
DAFTAR PUSTAKA
http://hilaliyah.wordpress.com/2010/11/28/macam-macam-organisasi-dari-segi-tujuan/
http://nindaa17.blogspot.com/2012/10/organisasi-niaga-sosial-regional-dan.html
Monday, July 8, 2013
Kebudayaan Negara Jepang
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan bimbingan-Nya makalah Ilmu Budaya Dasar yang bertema “Kebudayaan Negara Jepang” ini dapat diselesaikan. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Komsi Koranti selaku Dosen Ilmu Budaya Dasar, Universitas Gunadarma. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar (Softskill).
Saya menyadari makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, demi kesempurnaan pembuatan makalah ini di hari yang akan datang. Saya ingin mengucapkan terima kasih pada beberapa pihak yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan membalas kebaikannya dengan berkat yang lebih besar. Terima kasih.
Depok, 5 Juli 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Jepang
B. Kebudayaan Jepang
C. Etika Budaya Masyarakat Jepang
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jepang mempunyai kebudayaan unik yang membuat Negara bunga sakura itu banyak di kenal masyarakat dunia, salah satunya Indonesia. kebudayaan jepang yang sampai saat ini masih dilakukan dalam berbagai kesempatan misalkan perayaan Hanami, dikarenakan masyarakat jepang mencintai kebudayaannya sendiri dan mau menjaganya.
Orang jepang mau memakai pakaian seberat dan setebal kimono untuk sekedar menghadiri upacara resepsi pernikahan, sekarang kita tahu bagaimana cintanya warga jepang pada kebudayaannya sendiri. Adakalanya kita perlu mengetahui seperti apa kebudayaan jepang itu, mungkin dengan mengetahui beberapa kebudayaan jepang kita bisa sedikit meniru cara melestarikan kebudayaannya, mungkin bisa saja kebudayaan kita tetap terjaga dan tetap di lakukan seperti kebudayaan jepang.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini, yaitu metode deskripsi analisi. Metode tersebut merupakan metode yang memberikan gambaran objektif serta membahasnya secara lengkap yang dilakukan dengan mengumpulkan data dari website.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Jepang
Jepang (bahasa Jepang: 日本 Nippon/Nihon, nama resmi : Nipponkoku / Nihonkoku adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik Rakyat Cina, Korea, dan Rusia. Pulau-pulau paling utara berada di Laut Okhotsk, dan wilayah paling selatan berupa kelompok pulau-pulau kecil di Laut Cina Timur, tepatnya di sebelah selatan Okinawa yang bertetangga dengan Taiwan.
Jepang merupakan Negara yang di juluki Negara matahari dan Negara bunga sakura, mengapa demikian? Karena di Negara jepang mayoritas beragama Shinto yang menyembah matahari sehingga disebut Negara matahari, sedangkan julukan Negara bunga sakura di berikan karena banyak bunga sakura yang tumbuh si tanah jepang, bahkan untuk menyambut musim semi sakura orang jepang mempunyai suatu tradisi, yaitu biasa disebut perayaan hanami (perayaan melihat mekarnya bunga) sebagai symbol kebahagiaan karena datangnya musim semi, di mana di saat itu bunga sakura mekar dengan cantiknya. Di setiap budayanya mempunyai arti tersendiri. Dari zaman jomon sampai zaman hesei sekarang, orang jepan mampu melestarikan kebudayaannya sendiri.
Beberapa contoh kebudayaan jepang :
1. Acara Tahunan
2. Perayaan hanami
3. Samurai
4. Shogun
5. Baju tradisional jepang
6. Geisha
7. Festival (Matsuri)
8. Sumo
9. Pemandian Umum
10. Musik Tradisional
11. Upacara Minum Teh
B. Kebudayaan Jepang
Berikut merupakan beberapa keterangan kebudayaan jepang :
· Perayaan Hanami
Hanami (hana wo miru = melihat bunga) atau ohanami adalah tradisi Jepang dalam menikmati keindahan bunga, khususnya bunga sakura. Mekarnya bunga sakura merupakan lambang kebahagiaan telah tibanya musim semi. Selain itu, hanami juga berarti piknik dengan menggelar tikar untuk pesta makan-makan di bawah pohon sakura. Rombongan demi rombongan berpiknik menggelar tikar dan duduk-duduk di bawah pepohonan sakura untuk bergembira bersama, minum sake, makan makanan khas Jepang, dan lain-lain layaknya pesta kebun. Semuanya bergembira. Ada kelompok keluarga, ada kelompok perusahaan, organisasi, sekolah dan lain-lain.
· Baju Tradisional Jepang
Baju tradisional jepang adalah kimono, kimono di bagi menjadi 2 macam yaitu kimono wanita dan kimono pria. Kimono wanita ini masih di bagi menjadi beberapa macam diantaranya adalah :
1. Kurotomesode : kimono paling formal dan biasanya di pakai wanita yang sudah menikah.
2. Irotomesode : kimono yang di pakai oleh wanita dewasa yang sudah menikah/belum menikah untuk menghadiri acara formal.
3. Furisode : kimono paling formal untuk wanita muda yang belum menikah.
4. Homongi : kimono formal untuk wanita, sudah menikah atau belum menikah.
5. Iromuji : kimono semiformal, namun bisa dijadikan kimono formal bila iromuji tersebut memiliki lambang keluarga (kamon).
6. Tsukesage : kimono semiformal untuk wanita yang sudah atau belum menikah.
7. Komon : kimono santai untuk wanita yang sudah atau belum menikah.
8. Tsumugi : kimono santai untuk dikenakan sehari-hari di rumah oleh wanita yang sudah atau belum menikah.
9. Yukata : kimono nonformal yang dipakai pria dan wanita pada kesempatan santai di musim panas, misalnya sewaktu melihat pesta kembang api, matsuri (ennichi), atau menari pada perayaan obon.
Sedangkan kimono pria di bagi menjadi 2 yaitu: kimono formal dan kimono santai.
1. Kimono formal : berupa setelan montsuki hitan dengan hakama dan haori.
2. Kimono santai atau kinagashi: kimono yang di pakai sebagai pakean sehari-hari atau ketika keluar rumah pada kesempatan tidak resmi.
· Geisha
Geisha adalah wanita penghibur profesional yang melakukan tradisional seni Jepang pada perjamuan. Gadis-gadis yang ingin menjadi geisha, harus melalui pemagangan yang kaku selama mereka belajar berbagai kesenian tradisional seperti bermain alat musik, bernyanyi, menari, tetapi juga percakapan dan keterampilan sosial lainnya. Di Kyoto, geisha magang disebut “maiko”. Geisha mengenakan kimono, dan wajah mereka yang dibuat dengan sangat pucat. Sebagai turis biasa, Anda mungkin dapat melihat seorang maiko di beberapa distrik Kyoto, seperti Gion dan Pontocho atau di Kanazawa ‘s Higashi Geisha Kabupaten.
· Musik Tradisional
Ada beberapa jenis tradisional, musik Jepang (hogaku). Beberapa yang paling penting tercantum di bawah ini:
1. Gagaku :
Musik istana kuno dari Cina dan Korea. Ini adalah jenis tertua Jepang, musik tradisional.
2. Biwagaku :
Musik yang dimainkan dengan Biwa, semacam gitar dengan empat senar.
3. Nohgaku :
Musik dimainkan selama Noh pertunjukan. Pada dasarnya terdiri dari paduan suara, para Hayashi seruling, yang Tsuzumi drum, dan instrumen lainnya.
4. Sokyoku :
Musik yang dimainkan dengan Koto, sejenis sitar dengan 13 string. Kemudian juga ditemani oleh Shamisen dan Shakuhachi.
5. Shakuhachi :
Musik yang dimainkan dengan Shakuhachi, seruling bambu yang sekitar 55 cm. Nama seruling panjang adalah Shaku dinyatakan dalam satuan Jepang tua panjang.
6. Shamisenongaku :
Musik yang dimainkan dengan Shamisen, semacam gitar dengan hanya tiga senar. Kabuki dan Bunraku pertunjukan yang disertai dengan shamisen.
7. Minyo :
Lagu-lagu rakyat Jepang.
· Upacara MinumTeh
Upacara minum teh (sado : jalan teh) adalah cara untuk mempersiapkan upacara dan minum teh. Kebiasaan telah sangat dipengaruhi oleh Zen Buddhisme.
Sekarang ini, upacara minum teh adalah hobi yang relatif populer. Banyak orang Jepang, yang tertarik budaya mereka sendiri, upacara minum teh pelajaran. Upacara minum teh tradisional Jepang yang diadakan di ruang di pusat-pusat komunitas budaya atau rumah-rumah pribadi.
Upacara itu sendiri terdiri dari banyak ritual yang harus dipelajari oleh hati. Hampir setiap gerakan tangan yang diresepkan. Pada dasarnya, teh pertama disiapkan oleh tuan rumah, dan kemudian diminum oleh para tamu. Teh pahit matcha teh hijau yang terbuat dari daun teh bubuk.
C. Etika Budaya Masyarakat Jepang
v Masyarakat Jepang: Masyarakat Yang Tidak Peduli Pada Agama
Saya mulai dari ciri-ciri khusus masyarakat Jepang dibandingkan dengan masyarakat Indonesia. Perbedaan yang paling besar antara masyarakat Jepang dengan Indonesia adalah masyarakat Jepang tidak peduli pada agama. Dalam undang-undang dasar Jepang, pemerintah tidak boleh ikut campur dalam urusan agama. Dilarang keras memakai anggaran negara untuk hal-hal agama.
Dalam pasal 20 tertulis bahwa semua lembaga agama tidak boleh diberi hak istimewa dari negara dan tidak boleh melaksanakan kekuatan politik, negara dan instansinya tidak boleh melakukan kegiatan agama dan pendidikan agama tertentu. Dan dalam pasal 89 tertulis bahwa uang negara tidak boleh dipakai untuk lembaga agama.
Maka di Jepang tidak ada ruangan untuk sembahyang seperti mushala di instansi negara (termasuk sekolah), tidak ada Departmen Agama, tidak ada sekolah agama negara (seperti IAIN di Indonesia). Menurut beberapa penelitian, sekitar 70% orang Jepang menjawab tidak memeluk agama. Terutama, pemuda Jepang sangat tidak peduli agama. (Pada tahun 1996, mahasiswa yang mempercayai agama tertentu hanya 7.6%).
Orang Jepang tidak peduli orang lain agamanya apa, dan kalau dia mempercayai agama tertentu, biasanya dia tidak suka memamerkan agamanya sendiri. Orang Jepang tidak ikut campur urusan pribadi orang lain, dan masalah agama dianggap sebagai urusan pribadi.
Di Jepang pernah orang Kristen menjadi Perdana Menteri, namanya OHIRA Masayoshi, Masa jabatannya dari tahun 1978 sampai 1980. Memang jumlah orang Kristen cuma 1% dari penduduk Jepang, tapi sama sekali tidak menjadi masalah dan sama sekali tidak mempengaruhi kebijakannya. Hal itu tidak dikatakan karena toleransi pada agama, lebih tepat disebut karena ketidakpedulian orang Jepang pada agama. (Tetapi beberapa sekte tidak disukai banyak orang.)
v Etika Orang Jepang Tidak Berdasar Atas Agama
Robert N Bellah, menerbitkan buku berjudul Tokugawa Religion: The Cultural Roots of Modern Japan (1957) menganalisis kemajuan Jepang berdasar teori Max Weber yaitu Die Protestantische Ethik und der “Geist” des Kapitalismus (1905), menjelaskan peranan nilai agama pramodern itu dalam proses modernisasi. Tetapi menurut saya teori Bellah ini sangat diragukan.
Bellah mengatakan ajaran “Sekimon shingaku” (Ilmu moral oleh ISHIDA Baigan) itu memerankan sebagai etos untuk modernisasi ekonomi. Selain itu, ada yang menilai ajaran salah satu sekte Buddha Jepang Jodo Shinshu sebagai etos seperti Protestan. Tentu saja ajaran-ajaran itu mementingkan kerja keras, mirip dengan ajaran Puritanisme (memang Islam juga).
Di Jepang modernisasi di dalam bidang ekonomi dilakukan oleh pemerintah Meiji. Ideologi pemerintah Jepang adalah Shinto versi negara. Jadi, teori Max Weber tidak bisa diterapkan kepada Jepang. Di Jepang tidak ada agama yang mendorong proses kapitalisme.
Jepang dipenuhi dengan porno, dilimpah dengan tempat judi, orang Jepang suka sekali minum minuman keras. Tetapi pada umumnya orang Jepang masih berdisiplin, bekerja keras, masyarakat Jepang sedikit korupsi, lebih makmur, tertib, efisien, bersih dan aman (setidak-tidaknya tidak terjadi konflik antar agama) daripada Indonesia. Bagi orang Jepang, porno, judi, minuman keras, semua hanya sarana hiburan saja untuk menghilangkan stres. Kebanyakan orang Jepang tidak sampai adiksi/kecanduan.
v Etika Orang Jepang: Etika Demi Komunitas
Etika orang Jepang itu, tujuan utamanya membentuk hubungan baik di dalam komunitas. Kebesaran komunitas bergantung pada situasi dan zaman. Negara, desa, keluarga, perusahaan, pabrik, kantor, sekolah, partai, kelompok agama, tim sepak bola dll, bentuknya apapun, orang Jepang mementingkan komunitas termasuk diri sendiri. Sesudah Restorasi Meiji, pemerintah Meiji sangat menekankan kesetiaan pada negara. Sesudah perang dunia kedua, objek kesetiaan orang Jepang beralih pada perusahaan.
Tindakan pribadi dinilai oleh mendorong atau merusak rukun komunitas. Maka misalnya minum minuman keras juga tidak dimasalahkan, bahkan minum bersama diwajibkan untuk mendorong rukun komunitas.
Ajaran agama juga digunakan untuk memperkuat etika komunitas ini. Sedangkan Semitic monoteisme (agama Yahudi, Kristen dan Islam) mengutamakan Allah daripada komunitas, dan memisahkan seorang sebagai diri sendiri dari komunitas. Jadi Pemerintahan Tokugawa melarang Kristen. Tentu saja agama Buddha juga mengutamakan Kebenaran Darma daripada komunitas, tetapi ajaran sisi seperti itu ditindas. Sementara Konfusianisme sengat cocok dengan etika demi komunitas ini.
Tetapi, orang Jepang tidak mengorbankan sendiri tanpa syarat demi komunitas. Hal ini jelas terutama di dalam etos kerja orang Jepang.
v Etos Kerja Dan Budaya Kerja Orang Jepang
Sesudah perang dunia kedua, perusahaan Jepang yang besar membentuk 3 sistem yaitu : (1) Sistem ketenagakerjaan sepanjang hidup, yakni perusahaan biasanya tidak putus hubungan kerja. (2) Sistem kenaikan gaji sejajar umur, yakni perusahaan menaikan gaji pekerjanya tergantung umur mereka. (3) Serikat pekerja yang diorganisasi menurut perusahaan, yakni, berbeda dengan pekerja yang diorganisasi menurut jenis kerja, semua pekerja sebuah perusahaan, jenis kerja apapun, diorganisasi satu serikat pekerja.
Oleh ketiga sistem ini, pekerja menganggap kuat diri sendiri anggota perusahaannya dan merasa kesetiaan kepada perusahaannya. Di atas ketiga sistem ini, etos kerja dan budaya kerja orang Jepang berkembang. Kenyataannya, ketiga sistem ini dibentuk hanya di perusahaan besar, tidak ada di perusahaan kecil. Tetapi ketiga sistem ini menjadi teladan bagi perusahaan kecil juga.
Ciri-ciri etos kerja dan budaya kerja orang Jepang adalah :
1. Bekerja Untuk Kesenangan, Bukan Untuk Gaji Saja.
Tentu saja orang Jepang juga tidak bekerja tanpa gaji atau dengan gaji yang rendah. Tetapi kalau gajinya lumayan, orang Jepang bekerja untuk kesenangan. Jika ditanya “Seandainya anda menjadi milyuner dan tidak usah bekerja, anda berhenti bekerja?”, kebanyakan orang Jepang menjawab, “Saya tidak berhenti, terus bekerja.”
Bagi orang Jepang kerja itu seperti permainan yang bermain bersama dengan kawan yang akrab. Biasanya di Jepang kerja dilakukan oleh satu tim. Dia ingin berhasil dalam permainan ini, dan ingin menaikkan kemampuan diri sendiri. Dan bagi dia kawan-kawan yang saling mempercayai sangat penting. Karena permainan terlalu menarik, dia kadang-kadang lupa pulang ke rumah. Fenomena ini disebut “work holic” oleh orang asing.
2. Mendewakan Langganan
Memang melanggar ajaran Islam, etos kerja orang Jepang mendewakan client/langganan sebagai Tuhan. “Okyaku sama ha kamisama desu.” (Langganan adalah Tuhan.) Kata itu dikenal semua orang Jepang. Kata ini sudah motto bisinis Jepang. Perusahaan Jepang berusaha mewujudkan permintaan dari langganan sedapat mungkin, dan berusaha berkembangkan hubungan erat dan panjang dengan langganan.
3. Bisnis Adalah Perang
Orang Jepang yang di dunia bisnis menganggap bisnis sebagai perang yang melawan dengan perusahaan lain. Orang Jepang suka membaca buku ajaran Sun Tzu (孫子) untuk belajar strategis bisnis. Sun Tzu adalah sebuah buku ilmu militer Tiongkok kuno, pada abad 4 sebelum masehi. Sun Tzu itu suka dibaca oleh baik samurai dulu maupun orang bisinis sekarang. Untuk menang perang, perlu strategis dan pandangan jangka panjang. Budaya bisinis Jepang lebih mementingkan keuntungan jangka panjang.
Supaya menang perang seharusnya diadakan persiapan lengkap untuk bertempur setenaga kuat. Semua orang Jepang tahu pribahasa “Hara ga hette ha ikusa ha dekinu.” (Kalau lapar tidak bisa bertempur.) Oleh karena itu orang Jepang tidak akan pernah menerima kebiasaan puasa. Bagi orang Jepang, untuk bekerja harus makan dan mempersiapkan kondisi lengkap. Tentu saja di medang perang, kedisiplinan paling penting. Dalam buku Sun Tzu untuk mengajar kedisiplinan dilakukan cara yang sangat kejam. Tetapi sekarang disiplin diajarkan di sekolah dasar.
Pendidikan di sekolah sangat penting. Masuk sekolah setiap hari tidak terlambat, ikut pelajaran secara rajin, hal-hal itu dasar disiplin untuk kerja di dunia bisinis. Pada setelah Restorasi Meiji, pendidikan disiplin di sekolah dasar lebih berguna untuk berkembang kapitalisme daripada ajaran agama apapun.
v Introduksi “Performance-Paid System” Dan Gagalnya
Sejak runtuhnya ekonomi Jepang pada awal 1990-an, banyak perusahaan Jepang memPHK secara massal. Mereka mengintroduksi sistem gaya Amerika, yakni performance-paid system pada tahun 1990-an untuk mengirit biaya tenaga kerja. Sistem ini gajinya dibayar menurut hasil kerjanya. Tetapi sistem ini merusakkan team work di dalam perusahaan dan menghilangkan kesetiaan pekerja pada perusahaannya. Rupanya bagi orang Jepang, gajinya tidak menjadi motivasi kuat.
Mungkin performance-paid system dicabut lagi dan direkonstruksi sistem yang tradisional. Etos kerja dan budaya kerja Jepang mungkin tidak begitu berubah.
Tetapi perusahaan Jepang memilih menjadi lebih langsing dan ringan. Pekerja tetap menjadi terbatas, kebanyakan pekerja adalah yang non tetap. Etos kerja pekerja non tetap ada kemungkinan berubah drastis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jepang merupakan Negara yang di juluki Negara Matahari dan Negara Bunga Sakura. Mengapa demikian? Karena di Negara Jepang mayoritas beragama Shinto yang menyembah matahari sehingga disebut Negara Matahari, sedangkan julukan Negara Bunga Sakura diberikan karena banyak bunga sakura yang tumbuh di tanah jepang. Bahkan untuk menyambut musim semi sakura orang jepang mempunyai suatu tradisi, yaitu biasa disebut dengan perayaan hanami (perayaan melihat mekarnya bunga) sebagai simbol kebahagiaan karena datangnya musim semi, dimana di saat itu bunga sakura mekar dengan cantiknya. Di setiap budayanya mempunyai arti tersendiri.
Dari zaman jomon sampai zaman hesei sekarang, orang jepang mampu melestarikan kebudayaannya sendiri. Jepang yang mempunyai kebudayaan yang unik membuat Negara Bunga Sakura itu banyak di kenal masyarakat dunia salah satunya Indonesia, kebudayaan jepang yang sampai saat ini masih dilakukan dalam berbagai kesempatan misalkan perayaan Hanami, dikarenakan masyarakat jepang mencintai kebudayaannya sendiri dan ingin menjaganya. Orang jepang mau memakai pakaian seberat dan setebal kimono untuk sekedar menghadiri upacara resepsi pernikahan, sekarang kita tau bagaimana cintanya warga jepang pada kebudayaannya sendiri.
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebudayaan_Jepang
http://antikiranovichaka.blogspot.com/2010/08/ciri-khas-dan-keunikan-negara-jepang.html
sastrajepang.tk
putra-smansa.blog.friendster.com
meita-seputarjepang.blogspot.com
sumber: http://www.id.emb-japan.go.jp
Pengaruh Budaya Lokal Terhadap Generasi Muda
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan bimbingan-Nya makalah Ilmu Budaya Dasar yang bertema “Pengaruh Budaya Lokal Terhadap Generasi Muda“ ini dapat diselesaikan. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Komsi Koranti selaku Dosen Ilmu Budaya Dasar, Universitas Gunadarma. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar (Softskill).
Saya menyadari makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, demi kesempurnaan pembuatan makalah ini di hari yang akan datang. Saya ingin mengucapkan terima kasih pada beberapa pihak yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan membalas kebaikannya dengan berkat yang lebih besar. Terima kasih.
Depok, 11 Juni 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Budaya dan Kebudayaan
B. Pengaruh Budaya Lokal Terhadap Pendidikan
C. Pengaruh Budaya Lokal Terhadap Agama
D. Pengaruh Budaya Terhadap Generasi Muda
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Periode ini merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Manusia juga mempunyai akal yang dapat memperhitungkan tindakannya yang kompleks untuk dapat bisa menyesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar. Khususnya remaja, dimana masa ini menjadi masa yang rentan bagi kehidupan manusia.
Manusia merupakan makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran untuk digunakan sebagai dasar dalam tiap individu dalam bertindak. Selain itu, manusia juga disebut sebagai makhluk budaya. Sehingga dimanapun dia berada atau dalam kelompok atau masyarakat tertentu akan mempunyai kebudayaan yang beragam karena merupakan hasil dari interaksi dan penyesuaian diri dengan lingkungan dan kebutuhannya masing-masing.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini, yaitu metode deskripsi analisi. Metode tersebut merupakan metode yang memberikan gambaran objektif serta membahasnya secara lengkap yang dilakukan dengan mengumpulkan data dari website.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Budaya dan Kebudayaan
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Budaya dan kebudayaan telah ada sejak manusia berpikir, berkreasi dan berkarya sekaligus menunjukkan bagaimana pola berpikir dan interpretasi manusia terhadap lingkungannya. Dalam kebudayaaan terdapat nilai-nilai yang dianut masyarakat setempat dan hal itu memaksa manusia berperilaku sesuai budayanya. Antara kebudayaan satu dengan yang lain terdapat perbedaan dalam menentukan nilai-nilai hidup sebagai tradisi atau adat istiadat yang dihormati. Adat istiadat yang berbeda tersebut, antara satu dengan lainnya tidak bisa dikatakan benar atau salah, karena penilaiannya selalu terikat pada kebudayaan tertentu.
Manusia dapat mengubah dan menciptakan suatu realitas berdasarkan akalnya. Secara universal, perilaku manusia sebagai makhluk budaya merupakan gabungan dari adanya unsur fisik/raga dan mental/kepribadiannya. Sehingga tidak hanya raga yang berkembang dalam diri manusia namun ia juga berkembang secara emosional dan intelektualnya.
B. Pengaruh Budaya Lokal Terhadap Pendidikan
Budaya yang di kembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang.suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari masyarakatnya yang tampak dari luar, artinya orang asing. Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa suatu lingkungan tertentu akan berbeda dengan lingkunngan lainnya dan menghasilkan kebudayaan yang berbeda pula.
Usaha untuk menjelaskan prilaku manusia sebagai prilaku budaya dalam kaidah lingkungannya, terlebih lagi persfektif lintas budaya akan menngandung banyak fariabel yang saling berhubungan dalam keseluruhan sistem terbuka. Pendekatan yang saling berguna dengan fsikologi lingkungan adalah pendekatan sistem yang melihat rangkaian sistemik antara beberapa subsistem yang ada dalam melihat kenyataan lingkunngan total yang melingkupi satuan budaya yang ada.
Budaya terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Perkembangan zaman akan mendorong terjadinya perubahan diberbagai bidang. Maka dari itu mau tidak mau kebudayaan yang dianut suatu kelompok akan mengalami pergeseran hingga perubahan.
Perubahan kebudayaan harus disertai dengan adanya kontrol atau kendali terhadap perilaku masyarakat yang tampak dari pelaku kebudayan itu sendiri. Jika budaya dan kebudayaan yang berkembang tidak disertai dengan kontrol atau kendali maka kemungkinan yang akan terjadi adalah perilaku yang ditampilkan akan bertolak belakang dengan budaya yang dianut suatu kelompok sosial yang ada dalam masyarakat. Kontrol/kendali sosial yang ada di masyarakat sehingga dapat memilah-milah mana kebudayaan yang sesuai dan mana yang tidak sesuai.
C. Pengaruh Budaya Lokal Terhadap Agama
Kebudayaan tampil sebagai perantara yang secara terus menerus dipelihara oleh para pembentuknya dan generasi selanjutnya yang diwarisi kebudayaan tersebut. Kebudayaan yang demikian selanjutnya dapat pula digunakan untuk memahami agama yang terdapat pada dataran empiriknya atau agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat. Pengalaman agama yang terdapat di masyarakat tersebut diproses oleh penganutnya dari sumber agama yaitu wahyu melalui penalaran.
Kita misalnya membaca kitab fikih, maka fikih yang merupakan pelaksanaan dari nash Al-Qur’an maupun hadis sudah melibatkan unsur penalaran dan kemampuan manusia. Dengan demikian agama menjadi membudaya atau membumi di tengah-tengah masyarakat. Agama yang tampil dalam bentuknya yang demikian itu berkaitan dengan kebudayaan yang berkembang di masyarakat tempat agama itu berkembang. Dengan melalui pemahaman terhadap kebudayaan tersebut seseorang akan dapat mengamalkan ajaran agama.
Manusia misalnya memjumpai kebudayaan berpakaian, bergaul, bermasyarakat, dan sebagainya. Ke dalam produk kebudayaan tersebut unsur agama ikut berintegrasi. Dalam pakaian model jilbab, kebaya atau lainnya dapat dijumpai dalam pengalaman agama. Sebaliknya tanpa adanya unsur budaya, maka agama akan sulit dilihat sosoknya secara jelas.
Hidup beragama tampak pada sika dan cara perwujudan sikap hidup beragama seorang yang menerima sesama yang beragama apapun sebagai sesama hamba Allah. Karena keyakinan seorang bahwa Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang mengasihi setiap manusia dan seluruh umat manusia tanpa diskriminasi berdasarkan kemaha-adilan Tuhan, maka dia pun wajib dan tak punya pilihan lain, selain mengasihi sesamanya tanpa diskriminasi berdasarkan agama, budaya, etnik, profesi, atau kepentingan tertentu yang berbeda.
Atribut-atribut perbedaan yang melekat pada diri seorang tak harus menjadi perisai yang menangkis atau menangkal kasih atau rahmat yang diberikan oleh orang lain kepadanya. Secara hakiki, manusia adalah manusia ciptaan Allah sehingga saling berbeda tidak mengharuskan seorang untuk berlaku tak adil dengan membeda-bedakan seorang dengan dirinya sendiri atau dengan orang lain atau dengan memperlakukan sesama secara diskriminasi karena berbeda agama, suku, atau status dan lain sebagainya.
D.Pengaruh Budaya Terhadap Generasi Muda
Sungguh sangat memprihatinkan kondisi pemuda saat ini, adalah sebuah realita yaitu mulai menurunnya rasa kecintaan dan rasa keinginan yang dimilki oleh generasi muda untuk memajukan budaya daerah yang merupakan warisan leluhurnya sendiri. Penyakit dekadensi moral kini menyerang generasi tanpa kendali.
Kondisi seperti ini bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari di mana generasi muda sebagai cikal bakal harapan masa depan, kian akan pudar. Kondisi seperti ini apabia dibiarkan, cepat atau lambat akan berdampak luas dalam kehidupan masa depan baik generasi tua maupun muda. Kurangnya kesadaran untuk memahami budayanya sendiri akan berdampak besar, yakni hilangnya jatidiri. Fenomena ini akan menjadi bahaya laten bagi kita semua.
Pemuda adalah harapan masa depan, calon pemimpin masa depan, olehnya itu di pundak generasi mudalah nasib suatu bangsa dipertaruhkan . Suatu bangsa apa bila generasi mudanya memiliki kualitas yang unggul dan semangat yang kuat untuk memajukan budaya daerah yang didasari dengan keimanan dan akhlak mulia, maka bangsa itu akan besar.
Sesungguhnya, “ Seorang pemuda ibarat matahari yang tengah memancarkan cahaya terang dan cahaya yang paling panas” . Dari ungakapan ini kita dapat mengatakan, bahwa masa muda adalah masa kekuatan atau masa keemasan.
Namun saat ini kita dapat melihat betapa lemahnya peran pemuda dalam menjaga dan melestarikan budaya daerah masing masing. Di sini bisa kita lihat, bahwa pemuda lebih suka mengikuti budaya modern yang kebarat-baratan dari pada budaya daerah kita yang lebih beradat dan beradab.
Setidaknya ada beberapa peran pemuda dalam memajukan budaya daerah ,diantaranya :
a. Memperkuat Akidah
Akidah merupakan pondasi dasar yang harus dimiliki oleh para pemuda untuk meneruskan nilai budaya luhur bangsa Indonesia. Kuat dan tidaknya pondasi ini juga akan menetukan seberapa kuat character suatu bangsa. Maka dari itu pemuda seharusnya lebih menguatkan jati diri dan kecintaanya pada suatu budaya yang akan mereka warisi nantinya.
b. Meningkatkan Intelektualitas
Intelektualitas menjadi sesuatu yang di anggap penting karena melalui intelektualitas ini para pemuda bisa menyelamatkan memajukan budaya daerah di mana mereka tinggal dan melalui intelektualitas ini akan lahir moral dan etika serta menjunjung tinggi nilai nilai suatu budaya.
c. Pemuda Sebagai Aset Masa Depan
Sudah selayaknya dan sudah menjadi kewajiban kita para pemuda untuk terus berusaha dan berupaya untuk terus melestarikan peninggalan sejarah nenek moyang kita yang telah ditinggalkan dalam bentuk budaya maupun bentuk bangunan bersejarah.
Sebagai generasi penerus sudah seharusnya jika para pemuda menggali potensi dirinya dan berupaya untuk mengaktifkan lagi kebudayaan daerah. Pemuda sebagai aset penerus eksistensi budaya daerah sudah menjadi kewajiban baginya untuk berusaha dan berupaya untuk melestarikan kebudayaan daerah yang sebagian sudah hamper punah, sehingga kebudayaan yang hampir punah itu bisa dibangkitkan lagi.
Kecintaan kita pada budaya dan berusaha membentuk kelompok kelompok pecinta budaya daerah serta bekerja sama dengan pemerintah untuk membantu berdirinya sarana dan prasarana agar terwujudnya kelestarian budaya daerah tersebut.
Dengan berdirinya kelompok sanggar muda tersebut diharapakan dapat melestarikan budaya daerah yang ada dan menumbuhkan kecintaan serta kesadaran generasi muda akan pentingya untuk melestarikan budaya daerahnya. Sehingga apa yang menjadi tradisi dan khasan suatu daerah akan tetap ada dan kejayaan dimasa lalu menjadi sejarah tersendiri yang bisa dibanggakan di oleh generasi penerusnya kelak.
d. Kesadaran Melestarikan Budaya
Sesungguhnya, “Melestarikan suatu budaya lebih sulit dari pada membuat budaya yang baru”, demikian ungkapan orang bijak. Tapi itulah kenyataanya saat ini yang terjadi kita lebih sulit mempelajari budaya daerah yang tak lain milik kita sendiri. Disinilah peran penting para pemuda untuk menyelamatkan serta melestarikan budaya daerah yang sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat saat ini.
Sejatinya, kesadaran untuk melestarikan budaya daerah ini idealnya memang harus dimulai dari para pemuda, karena di pundaknyalah ada potensi besar yang perlu mendapat motivasi dari berbagai pihak
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemuda memiliki peran yang sangat penting dalam memajukan budaya daerah. Dalam konteks keberlanjutan budaya apabila pemuda sudah tidak lagi peduli terhadap budaya daerahnya maka budaya tersebut akan mati. Namun jika pemudanya memilki kecintaan dan mau ikut serta dalam melestarikan budaya daerahnya budaya tersebut akan tetap ada disetiap generasi. Pemuda juga harus menjadi actor terdepan dalam memajukan budaya daerah, sehingga budaya asing yang masuk ke daerah tidak merusak atau mematikan budaya daerah tsb.
Namun disini kita melihat masih lemahnya peran pemuda dalam memajukan budaya daerah khususnya budaya yang sifatnya keagamaan seperti budaya menutup aurat, budaya shalat berjamaah dimasjid, budaya membaca al quran , dll
Pemuda saat ini lebih suka mencontoh budaya orang lain seperti menggunakan pakaian yang kurang bahan, yang melihatkan bagian yang dapat menimbulkan nafsu sahwat yang meresahkan masyarakat yang memandangnya, dan lebih suka ke dikotik atau tempat hiburan dari pada kemasjid sholat berjemaah.
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan bimbingan-Nya makalah Ilmu Budaya Dasar yang bertema “Pengaruh Budaya Lokal Terhadap Generasi Muda“ ini dapat diselesaikan. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Komsi Koranti selaku Dosen Ilmu Budaya Dasar, Universitas Gunadarma. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar (Softskill).
Saya menyadari makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, demi kesempurnaan pembuatan makalah ini di hari yang akan datang. Saya ingin mengucapkan terima kasih pada beberapa pihak yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan membalas kebaikannya dengan berkat yang lebih besar. Terima kasih.
Depok, 11 Juni 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Budaya dan Kebudayaan
B. Pengaruh Budaya Lokal Terhadap Pendidikan
C. Pengaruh Budaya Lokal Terhadap Agama
D. Pengaruh Budaya Terhadap Generasi Muda
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Periode ini merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Manusia juga mempunyai akal yang dapat memperhitungkan tindakannya yang kompleks untuk dapat bisa menyesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar. Khususnya remaja, dimana masa ini menjadi masa yang rentan bagi kehidupan manusia.
Manusia merupakan makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran untuk digunakan sebagai dasar dalam tiap individu dalam bertindak. Selain itu, manusia juga disebut sebagai makhluk budaya. Sehingga dimanapun dia berada atau dalam kelompok atau masyarakat tertentu akan mempunyai kebudayaan yang beragam karena merupakan hasil dari interaksi dan penyesuaian diri dengan lingkungan dan kebutuhannya masing-masing.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini, yaitu metode deskripsi analisi. Metode tersebut merupakan metode yang memberikan gambaran objektif serta membahasnya secara lengkap yang dilakukan dengan mengumpulkan data dari website.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Budaya dan Kebudayaan
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Budaya dan kebudayaan telah ada sejak manusia berpikir, berkreasi dan berkarya sekaligus menunjukkan bagaimana pola berpikir dan interpretasi manusia terhadap lingkungannya. Dalam kebudayaaan terdapat nilai-nilai yang dianut masyarakat setempat dan hal itu memaksa manusia berperilaku sesuai budayanya. Antara kebudayaan satu dengan yang lain terdapat perbedaan dalam menentukan nilai-nilai hidup sebagai tradisi atau adat istiadat yang dihormati. Adat istiadat yang berbeda tersebut, antara satu dengan lainnya tidak bisa dikatakan benar atau salah, karena penilaiannya selalu terikat pada kebudayaan tertentu.
Manusia dapat mengubah dan menciptakan suatu realitas berdasarkan akalnya. Secara universal, perilaku manusia sebagai makhluk budaya merupakan gabungan dari adanya unsur fisik/raga dan mental/kepribadiannya. Sehingga tidak hanya raga yang berkembang dalam diri manusia namun ia juga berkembang secara emosional dan intelektualnya.
B. Pengaruh Budaya Lokal Terhadap Pendidikan
Budaya yang di kembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang.suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari masyarakatnya yang tampak dari luar, artinya orang asing. Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa suatu lingkungan tertentu akan berbeda dengan lingkunngan lainnya dan menghasilkan kebudayaan yang berbeda pula.
Usaha untuk menjelaskan prilaku manusia sebagai prilaku budaya dalam kaidah lingkungannya, terlebih lagi persfektif lintas budaya akan menngandung banyak fariabel yang saling berhubungan dalam keseluruhan sistem terbuka. Pendekatan yang saling berguna dengan fsikologi lingkungan adalah pendekatan sistem yang melihat rangkaian sistemik antara beberapa subsistem yang ada dalam melihat kenyataan lingkunngan total yang melingkupi satuan budaya yang ada.
Budaya terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Perkembangan zaman akan mendorong terjadinya perubahan diberbagai bidang. Maka dari itu mau tidak mau kebudayaan yang dianut suatu kelompok akan mengalami pergeseran hingga perubahan.
Perubahan kebudayaan harus disertai dengan adanya kontrol atau kendali terhadap perilaku masyarakat yang tampak dari pelaku kebudayan itu sendiri. Jika budaya dan kebudayaan yang berkembang tidak disertai dengan kontrol atau kendali maka kemungkinan yang akan terjadi adalah perilaku yang ditampilkan akan bertolak belakang dengan budaya yang dianut suatu kelompok sosial yang ada dalam masyarakat. Kontrol/kendali sosial yang ada di masyarakat sehingga dapat memilah-milah mana kebudayaan yang sesuai dan mana yang tidak sesuai.
C. Pengaruh Budaya Lokal Terhadap Agama
Kebudayaan tampil sebagai perantara yang secara terus menerus dipelihara oleh para pembentuknya dan generasi selanjutnya yang diwarisi kebudayaan tersebut. Kebudayaan yang demikian selanjutnya dapat pula digunakan untuk memahami agama yang terdapat pada dataran empiriknya atau agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat. Pengalaman agama yang terdapat di masyarakat tersebut diproses oleh penganutnya dari sumber agama yaitu wahyu melalui penalaran.
Kita misalnya membaca kitab fikih, maka fikih yang merupakan pelaksanaan dari nash Al-Qur’an maupun hadis sudah melibatkan unsur penalaran dan kemampuan manusia. Dengan demikian agama menjadi membudaya atau membumi di tengah-tengah masyarakat. Agama yang tampil dalam bentuknya yang demikian itu berkaitan dengan kebudayaan yang berkembang di masyarakat tempat agama itu berkembang. Dengan melalui pemahaman terhadap kebudayaan tersebut seseorang akan dapat mengamalkan ajaran agama.
Manusia misalnya memjumpai kebudayaan berpakaian, bergaul, bermasyarakat, dan sebagainya. Ke dalam produk kebudayaan tersebut unsur agama ikut berintegrasi. Dalam pakaian model jilbab, kebaya atau lainnya dapat dijumpai dalam pengalaman agama. Sebaliknya tanpa adanya unsur budaya, maka agama akan sulit dilihat sosoknya secara jelas.
Hidup beragama tampak pada sika dan cara perwujudan sikap hidup beragama seorang yang menerima sesama yang beragama apapun sebagai sesama hamba Allah. Karena keyakinan seorang bahwa Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang mengasihi setiap manusia dan seluruh umat manusia tanpa diskriminasi berdasarkan kemaha-adilan Tuhan, maka dia pun wajib dan tak punya pilihan lain, selain mengasihi sesamanya tanpa diskriminasi berdasarkan agama, budaya, etnik, profesi, atau kepentingan tertentu yang berbeda.
Atribut-atribut perbedaan yang melekat pada diri seorang tak harus menjadi perisai yang menangkis atau menangkal kasih atau rahmat yang diberikan oleh orang lain kepadanya. Secara hakiki, manusia adalah manusia ciptaan Allah sehingga saling berbeda tidak mengharuskan seorang untuk berlaku tak adil dengan membeda-bedakan seorang dengan dirinya sendiri atau dengan orang lain atau dengan memperlakukan sesama secara diskriminasi karena berbeda agama, suku, atau status dan lain sebagainya.
D.Pengaruh Budaya Terhadap Generasi Muda
Sungguh sangat memprihatinkan kondisi pemuda saat ini, adalah sebuah realita yaitu mulai menurunnya rasa kecintaan dan rasa keinginan yang dimilki oleh generasi muda untuk memajukan budaya daerah yang merupakan warisan leluhurnya sendiri. Penyakit dekadensi moral kini menyerang generasi tanpa kendali.
Kondisi seperti ini bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari di mana generasi muda sebagai cikal bakal harapan masa depan, kian akan pudar. Kondisi seperti ini apabia dibiarkan, cepat atau lambat akan berdampak luas dalam kehidupan masa depan baik generasi tua maupun muda. Kurangnya kesadaran untuk memahami budayanya sendiri akan berdampak besar, yakni hilangnya jatidiri. Fenomena ini akan menjadi bahaya laten bagi kita semua.
Pemuda adalah harapan masa depan, calon pemimpin masa depan, olehnya itu di pundak generasi mudalah nasib suatu bangsa dipertaruhkan . Suatu bangsa apa bila generasi mudanya memiliki kualitas yang unggul dan semangat yang kuat untuk memajukan budaya daerah yang didasari dengan keimanan dan akhlak mulia, maka bangsa itu akan besar.
Sesungguhnya, “ Seorang pemuda ibarat matahari yang tengah memancarkan cahaya terang dan cahaya yang paling panas” . Dari ungakapan ini kita dapat mengatakan, bahwa masa muda adalah masa kekuatan atau masa keemasan.
Namun saat ini kita dapat melihat betapa lemahnya peran pemuda dalam menjaga dan melestarikan budaya daerah masing masing. Di sini bisa kita lihat, bahwa pemuda lebih suka mengikuti budaya modern yang kebarat-baratan dari pada budaya daerah kita yang lebih beradat dan beradab.
Setidaknya ada beberapa peran pemuda dalam memajukan budaya daerah ,diantaranya :
a. Memperkuat Akidah
Akidah merupakan pondasi dasar yang harus dimiliki oleh para pemuda untuk meneruskan nilai budaya luhur bangsa Indonesia. Kuat dan tidaknya pondasi ini juga akan menetukan seberapa kuat character suatu bangsa. Maka dari itu pemuda seharusnya lebih menguatkan jati diri dan kecintaanya pada suatu budaya yang akan mereka warisi nantinya.
b. Meningkatkan Intelektualitas
Intelektualitas menjadi sesuatu yang di anggap penting karena melalui intelektualitas ini para pemuda bisa menyelamatkan memajukan budaya daerah di mana mereka tinggal dan melalui intelektualitas ini akan lahir moral dan etika serta menjunjung tinggi nilai nilai suatu budaya.
c. Pemuda Sebagai Aset Masa Depan
Sudah selayaknya dan sudah menjadi kewajiban kita para pemuda untuk terus berusaha dan berupaya untuk terus melestarikan peninggalan sejarah nenek moyang kita yang telah ditinggalkan dalam bentuk budaya maupun bentuk bangunan bersejarah.
Sebagai generasi penerus sudah seharusnya jika para pemuda menggali potensi dirinya dan berupaya untuk mengaktifkan lagi kebudayaan daerah. Pemuda sebagai aset penerus eksistensi budaya daerah sudah menjadi kewajiban baginya untuk berusaha dan berupaya untuk melestarikan kebudayaan daerah yang sebagian sudah hamper punah, sehingga kebudayaan yang hampir punah itu bisa dibangkitkan lagi.
Kecintaan kita pada budaya dan berusaha membentuk kelompok kelompok pecinta budaya daerah serta bekerja sama dengan pemerintah untuk membantu berdirinya sarana dan prasarana agar terwujudnya kelestarian budaya daerah tersebut.
Dengan berdirinya kelompok sanggar muda tersebut diharapakan dapat melestarikan budaya daerah yang ada dan menumbuhkan kecintaan serta kesadaran generasi muda akan pentingya untuk melestarikan budaya daerahnya. Sehingga apa yang menjadi tradisi dan khasan suatu daerah akan tetap ada dan kejayaan dimasa lalu menjadi sejarah tersendiri yang bisa dibanggakan di oleh generasi penerusnya kelak.
d. Kesadaran Melestarikan Budaya
Sesungguhnya, “Melestarikan suatu budaya lebih sulit dari pada membuat budaya yang baru”, demikian ungkapan orang bijak. Tapi itulah kenyataanya saat ini yang terjadi kita lebih sulit mempelajari budaya daerah yang tak lain milik kita sendiri. Disinilah peran penting para pemuda untuk menyelamatkan serta melestarikan budaya daerah yang sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat saat ini.
Sejatinya, kesadaran untuk melestarikan budaya daerah ini idealnya memang harus dimulai dari para pemuda, karena di pundaknyalah ada potensi besar yang perlu mendapat motivasi dari berbagai pihak
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemuda memiliki peran yang sangat penting dalam memajukan budaya daerah. Dalam konteks keberlanjutan budaya apabila pemuda sudah tidak lagi peduli terhadap budaya daerahnya maka budaya tersebut akan mati. Namun jika pemudanya memilki kecintaan dan mau ikut serta dalam melestarikan budaya daerahnya budaya tersebut akan tetap ada disetiap generasi. Pemuda juga harus menjadi actor terdepan dalam memajukan budaya daerah, sehingga budaya asing yang masuk ke daerah tidak merusak atau mematikan budaya daerah tsb.
Namun disini kita melihat masih lemahnya peran pemuda dalam memajukan budaya daerah khususnya budaya yang sifatnya keagamaan seperti budaya menutup aurat, budaya shalat berjamaah dimasjid, budaya membaca al quran , dll
Pemuda saat ini lebih suka mencontoh budaya orang lain seperti menggunakan pakaian yang kurang bahan, yang melihatkan bagian yang dapat menimbulkan nafsu sahwat yang meresahkan masyarakat yang memandangnya, dan lebih suka ke dikotik atau tempat hiburan dari pada kemasjid sholat berjemaah.
Wednesday, May 1, 2013
Kearifan Budaya Lokal
KEARIFAN BUDAYA SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan bimbingan-Nya makalah Ilmu Budaya Dasar ini dapat diselesaikan. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Komsi Koranti selaku Dosen Ilmu Budaya Dasar, Universitas Gunadarma. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar (Softskill).
Saya menyadari makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, demi kesempurnaan pembuatan makalah ini di hari yang akan datang. Saya ingin mengucapkan terima kasih pada beberapa pihak yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan membalas kebaikannya dengan berkat yang lebih besar. Terima kasih.
Depok, 1 Mei 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ulos Secara Umum
B. Berbagai Macam Kegunaan Ulos
C. Ulos Tujung dan Ulos Sampe Tua
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ulos tidak langsung menjadi sakral di masa-masa awal kemunculannya. Sesuai dengan hukum alam ulos juga telah melalui proses yang cukup panjang yang memakan waktu cukup lama, sebelum akhirnya menjadi salah satu simbol adat suku Batak seperti sekarang. Berbeda dengan ulos yang disakralkan yang kita kenal, dulu ulos malah dijadikan selimut atau alas tidur oleh nenek moyang suku Batak. Tetapi ulos yang mereka gunakan kualitasnya jauh lebih tinggi, lebih tebal, lebih lembut dan dengan motif yang sangat artistik.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini, yaitu metode deskripsi analisi. Metode tersebut merupakan metode yang memberikan gambaran objektif serta membahasnya secara lengkap yang dilakukan dengan mengumpulkan data dari website.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ulos Secara Umum
Hampir semua suku mempunyai budaya tersendiri, dan memiliki cirri khasnya masing masing baik itu pakaian dan alat tradisional lainnya, salah satu pakaian lengkap tradisi dari suku Batak disebut dengan Ulos Batak. Ulos ini beraneka ragam dan memiliki kengunaan masing masing. Sebagai Suku Batak wajib memakai Ulos batak untuk berbagai acara, tapi zaman sekarang ini banyak yang menganggap ulos itu salah dan berbau mistis. Ulos ini bukanlah untuk di puja ataupun sebagainya dan Ulos ini adalah pelengkap pakaian Adat Suku Batak.
Bagi kalangan masyarakat Batak, kita sering mendengar ada kegiatan “mangulosi”. Ada ungkapan, “Ijuk pangihot ni hodong. Ulos pangkait ni holong”. Begitulah ungkapan yang berisi filsafat Batak untuk ulos. Mangulosi, adalah salah satu hal yang teramat penting dalam adat Batak. Mangulosi secara harfiah berarti memberikan ulos. Mangulosi bukan sekadar pemberian hadiah biasa, karena ritual ini mengandung arti yang cukup dalam. Mangulosi melambangkan pemberian restu, curahan kasih sayang, harapan dan kebaikan-kebaikan lainnya.
Ulos, kain tenun khas Batak, dipakai mulai dari adat kelahiran, perkawinan, hingga kematian. Kini, ulos kain yang dipintal dari benang ini sudah sering diuloskan pada acara seremonial, atau sebagai cinderamata kepada para tamu terhormat yang datang ke Tano Batak. Ulos memang dijadikan simbol ikatan kasih sayang antara sesama orang Batak maupun kepada orang yang non Batak.
Tentunya ulos tidak langsung menjadi sakral di masa-masa awal kemunculannya. Sesuai dengan hukum alam ulos juga telah melalui proses yang cukup panjang yang memakan waktu cukup lama, sebelum akhirnya menjadi salah satu simbol adat suku Batak seperti sekarang. Berbeda dengan ulos yang disakralkan yang kita kenal, dulu ulos malah dijadikan selimut atau alas tidur oleh nenek moyang suku Batak. Tetapi ulos yang mereka gunakan kualitasnya jauh lebih tinggi, lebih tebal, lebih lembut dan dengan motif yang sangat artistik.
Cara memakai ulos juga bermacam-macam tergantung kepada keadaan dan situasi. Ada yang memakai dibahu layaknya memakai selendang. Memakai seperti sarung, ada yang melilitkannya di kepala, ada juga yang mengikatkan pada pinggang.
B. Berbagai Macam Kegunaan Ulos
Fungsi ulos sebenarnya dipakai untuk menghangatkan tubuh. Bagi masyarakat Batak, ulos dianggap sebagai sumber kehangatan, selain matahari dan api. Setiap ulos memiliki sifat, fungsi, hubungan dan keadaan. Artinya setiap ulos mempunyai sifat dan fungsi tersendiri.
Karena ulos memiliki nilai yang tinggi di tengah-tengah masyarakat batak, dibuatlah aturan penggunaan ulos yang di tuangkan dalam aturan adat, antara lain :
Ulos hanya di berikan kepada kerabat yang di bawah kita. Misalnya Natoras tu ianakhon (orang tua kepada anak).
Ulos yang di berikan haruslah sesuai dengan kerabat yang akan di beri ulos. Misalnya Ragihotang diberikan untuk ulos kepada hela (menantu laki-laki).
Sedangkan menurut penggunaanya antara lain :
Siabithonon (dipakai ke tubuh menjadi baju atau sarung) digunakan ulos ragidup, sibolang, runjat, jobit dan lainnya.
Sihadanghononhon (diletakan di bahu) di gunakan ulos Sirara, sumbat, bolean, mangiring dan lainnya.
Sitalitalihononhon (pengikat kepala) di gunakan ulos tumtuman, mangiring, padang rusa dan lain-lain.
C. Ulos Tujung dan Sampe Tua
Ø Ulos Tujung
Merupakan ulos yang ditujungkan (ditaruh diatas kepala) kepada mereka yang menghabaluhon (suami atau isteri yang ditinggalkan almarhum). Jika yang meninggal adalah suami, maka penerima tujung adalah isteri yang diberikan hula-hulanya. Sebaliknya jika yang meninggal adalah isteri, penerima tujung adalah suami yang diberikan tulangnya. Tujung diberikan kepada perempuan balu atau pria duda karena “mate mangkar” atau Sari Matua, sebagai simbol duka cita dan jenis ulos itu adalah sibolang.
Dahulu, tujung itu tetap dipakai kemana saja pergi selama hari berkabung yang biasanya seminggu dan sesudahnya baru dilaksanakan “ungkap tujung” (melepas ulos dari kepala). Tetapi sekarang hal itu sudah tidak ada lagi, sebab tujung tersebut langsung diungkap (dibuka) oleh tulang ataupun hula-hula sepulang dari kuburan (udean).
Secara ratio, yang terakhir ini lebih tepat, sebab kedukaan itu akan lebih cepat sirna, dan suami atau isteri yang ditinggal almarhum dalam waktu relatif singkat sudah dapat kembali beraktifitas mencari nafkah. Jika tujung masih melekat di kepala, kemungkinan yang bersangkutan larut dalam duka (margudompong) yang eksesnya bisa negatif yakni semakin jauh dari Tuhan atau pesimis bahkan apatis.
Ø Ulos Sampe Tua
Merupakan ulos yang diberikan kepada suami atau isteri almarhum yang sudah Saur Matua, tetapi tidak ditujungkan diatas kepala, melainkan diuloskan ke bahu oleh pihak hula-hula ataupun tulang. Jenis ulos dimaksud juga bernama Sibolang. Ulos Sampe Tua bermakna Sampe (sampailah) tua (ketuaan-berumur panjang dan diberkati Tuhan).
Akhir-akhir ini pada acara adat Sari Matua, sering terlihat ulos yang seharusnya adalah tujung, berobah menjadi ulos sampe tua. Alasannya cukup sederhana, karena suami atau isteri yang ditinggal sudah kurang pantas menerima tujung, karena faktor usia dan agar keluarga yang ditinggalkan beroleh tua.
Konsekwensi penerima ulos Sampe Tua adalah suami ataupun isteri tidak boleh kawin lagi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hampir semua suku mempunyai budaya tersendiri, dan memiliki cirri khasnya masing masing baik itu pakaian dan alat tradisional lainnya, salah satu pakaian lengkap tradisi dari suku Batak disebut dengan Ulos Batak. Ulos ini beraneka ragam dan memiliki kengunaan masing masing. Sebagai Suku Batak wajib memakai Ulos batak untuk berbagai acara, tapi zaman sekarang ini banyak yang menganggap ulos itu salah dan berbau mistis. Ulos ini bukanlah untuk di puja ataupun sebagainya dan Ulos ini adalah pelengkap pakaian Adat Suku Batak.
B. Saran
Ini menjadi tantangan bagi budaya batak di masa depan, karena cara pandang dan penghargaan anak-anak muda masa depan sangat berbeda dengan para orang tua yang sempat merasakan berharganya nilai ulos dalam kekerabatan. Akankah kita memandang ulos seperti memandang “kain pada umumnya”, bahkan lebih parahnya, setelah kain tersebut di gunakan dalam acara adat yang melelahkan kemudian ulos tersebut tersimpan rapat dalam lemari saja.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan bimbingan-Nya makalah Ilmu Budaya Dasar ini dapat diselesaikan. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Komsi Koranti selaku Dosen Ilmu Budaya Dasar, Universitas Gunadarma. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar (Softskill).
Saya menyadari makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, demi kesempurnaan pembuatan makalah ini di hari yang akan datang. Saya ingin mengucapkan terima kasih pada beberapa pihak yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan membalas kebaikannya dengan berkat yang lebih besar. Terima kasih.
Depok, 1 Mei 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ulos Secara Umum
B. Berbagai Macam Kegunaan Ulos
C. Ulos Tujung dan Ulos Sampe Tua
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ulos tidak langsung menjadi sakral di masa-masa awal kemunculannya. Sesuai dengan hukum alam ulos juga telah melalui proses yang cukup panjang yang memakan waktu cukup lama, sebelum akhirnya menjadi salah satu simbol adat suku Batak seperti sekarang. Berbeda dengan ulos yang disakralkan yang kita kenal, dulu ulos malah dijadikan selimut atau alas tidur oleh nenek moyang suku Batak. Tetapi ulos yang mereka gunakan kualitasnya jauh lebih tinggi, lebih tebal, lebih lembut dan dengan motif yang sangat artistik.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini, yaitu metode deskripsi analisi. Metode tersebut merupakan metode yang memberikan gambaran objektif serta membahasnya secara lengkap yang dilakukan dengan mengumpulkan data dari website.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ulos Secara Umum
Hampir semua suku mempunyai budaya tersendiri, dan memiliki cirri khasnya masing masing baik itu pakaian dan alat tradisional lainnya, salah satu pakaian lengkap tradisi dari suku Batak disebut dengan Ulos Batak. Ulos ini beraneka ragam dan memiliki kengunaan masing masing. Sebagai Suku Batak wajib memakai Ulos batak untuk berbagai acara, tapi zaman sekarang ini banyak yang menganggap ulos itu salah dan berbau mistis. Ulos ini bukanlah untuk di puja ataupun sebagainya dan Ulos ini adalah pelengkap pakaian Adat Suku Batak.
Bagi kalangan masyarakat Batak, kita sering mendengar ada kegiatan “mangulosi”. Ada ungkapan, “Ijuk pangihot ni hodong. Ulos pangkait ni holong”. Begitulah ungkapan yang berisi filsafat Batak untuk ulos. Mangulosi, adalah salah satu hal yang teramat penting dalam adat Batak. Mangulosi secara harfiah berarti memberikan ulos. Mangulosi bukan sekadar pemberian hadiah biasa, karena ritual ini mengandung arti yang cukup dalam. Mangulosi melambangkan pemberian restu, curahan kasih sayang, harapan dan kebaikan-kebaikan lainnya.
Ulos, kain tenun khas Batak, dipakai mulai dari adat kelahiran, perkawinan, hingga kematian. Kini, ulos kain yang dipintal dari benang ini sudah sering diuloskan pada acara seremonial, atau sebagai cinderamata kepada para tamu terhormat yang datang ke Tano Batak. Ulos memang dijadikan simbol ikatan kasih sayang antara sesama orang Batak maupun kepada orang yang non Batak.
Tentunya ulos tidak langsung menjadi sakral di masa-masa awal kemunculannya. Sesuai dengan hukum alam ulos juga telah melalui proses yang cukup panjang yang memakan waktu cukup lama, sebelum akhirnya menjadi salah satu simbol adat suku Batak seperti sekarang. Berbeda dengan ulos yang disakralkan yang kita kenal, dulu ulos malah dijadikan selimut atau alas tidur oleh nenek moyang suku Batak. Tetapi ulos yang mereka gunakan kualitasnya jauh lebih tinggi, lebih tebal, lebih lembut dan dengan motif yang sangat artistik.
Cara memakai ulos juga bermacam-macam tergantung kepada keadaan dan situasi. Ada yang memakai dibahu layaknya memakai selendang. Memakai seperti sarung, ada yang melilitkannya di kepala, ada juga yang mengikatkan pada pinggang.
B. Berbagai Macam Kegunaan Ulos
Fungsi ulos sebenarnya dipakai untuk menghangatkan tubuh. Bagi masyarakat Batak, ulos dianggap sebagai sumber kehangatan, selain matahari dan api. Setiap ulos memiliki sifat, fungsi, hubungan dan keadaan. Artinya setiap ulos mempunyai sifat dan fungsi tersendiri.
Karena ulos memiliki nilai yang tinggi di tengah-tengah masyarakat batak, dibuatlah aturan penggunaan ulos yang di tuangkan dalam aturan adat, antara lain :
Ulos hanya di berikan kepada kerabat yang di bawah kita. Misalnya Natoras tu ianakhon (orang tua kepada anak).
Ulos yang di berikan haruslah sesuai dengan kerabat yang akan di beri ulos. Misalnya Ragihotang diberikan untuk ulos kepada hela (menantu laki-laki).
Sedangkan menurut penggunaanya antara lain :
Siabithonon (dipakai ke tubuh menjadi baju atau sarung) digunakan ulos ragidup, sibolang, runjat, jobit dan lainnya.
Sihadanghononhon (diletakan di bahu) di gunakan ulos Sirara, sumbat, bolean, mangiring dan lainnya.
Sitalitalihononhon (pengikat kepala) di gunakan ulos tumtuman, mangiring, padang rusa dan lain-lain.
C. Ulos Tujung dan Sampe Tua
Ø Ulos Tujung
Merupakan ulos yang ditujungkan (ditaruh diatas kepala) kepada mereka yang menghabaluhon (suami atau isteri yang ditinggalkan almarhum). Jika yang meninggal adalah suami, maka penerima tujung adalah isteri yang diberikan hula-hulanya. Sebaliknya jika yang meninggal adalah isteri, penerima tujung adalah suami yang diberikan tulangnya. Tujung diberikan kepada perempuan balu atau pria duda karena “mate mangkar” atau Sari Matua, sebagai simbol duka cita dan jenis ulos itu adalah sibolang.
Dahulu, tujung itu tetap dipakai kemana saja pergi selama hari berkabung yang biasanya seminggu dan sesudahnya baru dilaksanakan “ungkap tujung” (melepas ulos dari kepala). Tetapi sekarang hal itu sudah tidak ada lagi, sebab tujung tersebut langsung diungkap (dibuka) oleh tulang ataupun hula-hula sepulang dari kuburan (udean).
Secara ratio, yang terakhir ini lebih tepat, sebab kedukaan itu akan lebih cepat sirna, dan suami atau isteri yang ditinggal almarhum dalam waktu relatif singkat sudah dapat kembali beraktifitas mencari nafkah. Jika tujung masih melekat di kepala, kemungkinan yang bersangkutan larut dalam duka (margudompong) yang eksesnya bisa negatif yakni semakin jauh dari Tuhan atau pesimis bahkan apatis.
Ø Ulos Sampe Tua
Merupakan ulos yang diberikan kepada suami atau isteri almarhum yang sudah Saur Matua, tetapi tidak ditujungkan diatas kepala, melainkan diuloskan ke bahu oleh pihak hula-hula ataupun tulang. Jenis ulos dimaksud juga bernama Sibolang. Ulos Sampe Tua bermakna Sampe (sampailah) tua (ketuaan-berumur panjang dan diberkati Tuhan).
Akhir-akhir ini pada acara adat Sari Matua, sering terlihat ulos yang seharusnya adalah tujung, berobah menjadi ulos sampe tua. Alasannya cukup sederhana, karena suami atau isteri yang ditinggal sudah kurang pantas menerima tujung, karena faktor usia dan agar keluarga yang ditinggalkan beroleh tua.
Konsekwensi penerima ulos Sampe Tua adalah suami ataupun isteri tidak boleh kawin lagi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hampir semua suku mempunyai budaya tersendiri, dan memiliki cirri khasnya masing masing baik itu pakaian dan alat tradisional lainnya, salah satu pakaian lengkap tradisi dari suku Batak disebut dengan Ulos Batak. Ulos ini beraneka ragam dan memiliki kengunaan masing masing. Sebagai Suku Batak wajib memakai Ulos batak untuk berbagai acara, tapi zaman sekarang ini banyak yang menganggap ulos itu salah dan berbau mistis. Ulos ini bukanlah untuk di puja ataupun sebagainya dan Ulos ini adalah pelengkap pakaian Adat Suku Batak.
B. Saran
Ini menjadi tantangan bagi budaya batak di masa depan, karena cara pandang dan penghargaan anak-anak muda masa depan sangat berbeda dengan para orang tua yang sempat merasakan berharganya nilai ulos dalam kekerabatan. Akankah kita memandang ulos seperti memandang “kain pada umumnya”, bahkan lebih parahnya, setelah kain tersebut di gunakan dalam acara adat yang melelahkan kemudian ulos tersebut tersimpan rapat dalam lemari saja.
Thursday, March 14, 2013
KERAGAMAN BUDAYA MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan bimbingan-Nya makalah yang bertema “Keragaman Budaya Medan” ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar (Softskill).
Penulis menyadari makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, demi kesempurnaan pembuatan makalah ini di hari yang akan datang. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih pada beberapa pihak yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan membalas kebaikannya dengan berkat yang lebih besar. Terima kasih.
Depok, 13 Maret 2013
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Masyarakat dan Budaya
2.2 Bahasa
2.3 Tarian
2.4 Seni dan Budaya
2.5 Kerajinan
2.6 Kuliner
2.7 Pariwisata
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai ibukota dari provinsi Sumatera Utara dan kota terbesar ketiga di Indonesia, Medan merupakan campuran yang sempurna dari beberapa suku dan budaya, karena di kota ini terdapat beberapa suku seperti Aceh, suku Padang, suku Melayu dan suku Batak. Demikian pula keturunan cina banyak berdiam di kota ini sejak zaman Belanda, menyebabkan kota ini semakin kaya dengan budayanya.
Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat istiadat, tari daerah, jenis makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki bahasa daerah masing-masing. Keragaman budaya ini sangat mendukung dalam pasar pariwisata di Medan, Sumatera Utara. Walaupun begitu banyak etnis budaya disana, tetapi itu tidak membuat perbedaan antar etnis dalam bermasyarakat karena tiap etnis dapat berbaur satu sama lain dengan memupuk kebersamaan yang baik.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui kekayaan budaya yang dimiliki Sumatra utara baik dari segi Bahasa, Seni dan Budaya, Tarian, Kerajinan, Makanan khas dan lain sebagainya. Juga untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar (Softskill).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Masyarakat dan Budaya
Medan memiliki penduduk yang padat dan merupakan tempat yang eksotis untuk dikunjungi khususnya jika anda menyukai alam flora dan fauna. Pada zaman Belanda, Medan masih merupakan daerah kekuasaan Sultan Deli. Suku Melayu yang ada di Indonesia berasal dari kota Medan dan daerah sekitarnya. Suku ini banyak memiliki kesamaan budaya dengan bangsa Melayu di tanah Malaysia sekarang , karena berasal dari rumpun yang sama.
Di Medan juga banyak suku etnis dari seluruh Indonesia yang datan untuk berbisnis. Kota ini juga rumah bagi warga keturunan Cina dan India yang cukup mendominasi. Daerah yang sangat indah di Sumatera Utara adalah sekitar Danau Toba, di sini hidup masyarakat Batak yang dibagi menjadi enam budaya, masing-masing memiliki bahasa, upacara, dan tradisi yang berbeda. Meskipun terisolasi secara geografis tetapi orang Batak memiliki riwayat hubungan dengan dunia luar. Hubungan perdagangan antara dataran tinggi dan daerah lain pun berjalan baik yaitu pertukaran barang seperti garam, kain, dan besi, lalu yang diimpor ke wilayah ini seperti emas, beras dan cassia (jenis kayu manis).
Orang-orang Eropa yang pertama berdagang ke wilayah Batak adalah misionaris, mereka menjelajahi daerah pedalaman terpencil pada akhir abad ke-18. Misionaris tersebut mengabarkan bahwa masyarakat lokal wilayah ini kanibalisme. Sebelumnya awal abad ke-9, sebuah teks Arab menyebutkan bahwa penduduk Sumatera itu memakan daging manusia. Namun, saat ini para antropologi percaya bahwa hal ini adalah bentuk hukuman yang langka dan mungkin nampak biasa saja bagi orang Batak. Banyak orang Batak yang menyimpan tulang nenek moyang mereka yang disalah artikan oleh orang luar sebagai kanibalisme mengerikan.
2.2 Bahasa
Pada dasarnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah bahasa Indonesia. Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan bahasa Indonesia karena kedekatan bahasa Melayu dengan bahasa Indonesia. Pesisir timur seperi wilayah Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai, memakai Bahasa Melayu Dialek "O" begitu juga di Labuhan Batu dengan sedikit perbedaan ragam. Di kabupaten Langkat masih menggunakan bahasa Melayu Dialek "E" yang sering juga disebut bahasa Maya-maya. Masih banyak keturunan Jawa Kontrak (Jadel - Jawa Deli) yang menuturkan bahasa Jawa.
Di kawasan perkotaan, suku Tionghoa lazim menuturkan bahasa Hokkian selain bahasa Indonesia. Di pegunungan, suku Batak menuturkan bahasa Batak yang terbagi atas 4 logat (Silindung-Samosir-Humbang-Toba).
2.3 Tarian
Perbendaharaan seni tari tradisional meliputi berbagai jenis. Ada yang bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang berupa tari profan. Di samping tari adat yang merupakan bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu. Yang termasuk jenis tari ini adalah tari guru dan tari tungkat. Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti yang disebut Tunggal Panaluan.
Tari profan biasanya ialah tari pergaulan muda-mudi yang ditarikan pada pesta gembira.
Tortor ada yang ditarikan saat acara perkawinan. Biasanya ditarikan oleh para hadirin termasuk pengantin dan juga para muda-mudi. Tari muda-mudi ini, misalnya morah-morah, parakut, sipajok, patam-patam sering dan kebangkiung. Tari magis misalnya tari tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan. Tarian magis ini biasanya dilakukan dengan penuh kekhusukan. Selain tarian Batak terdapat pula tarian Melayu seperti Serampang XII.
Tari Tor-Tor
2.4 Seni dan Budaya
2.4.1 Musik
Musik yang biasa dimainkan cenderung tergantung dengan upacara-upacara adat yang diadakan, tetapi lebih dominan dengan genderangnya. Seperti pada Etnis Pesisir terdapat serangkaian alat musik yang dinamakan Sikambang.
2.4.2 Arsitektur
Dalam bidang seni rupa yang menonjol adalah arsitektur rumah adat yang merupakan perpaduan dari hasil seni pahat dan seni ukir serta hasil seni kerajinan. Arsitektur rumah adat terdapat dalam berbagai bentuk ornamen. Pada umumnya bentuk bangunan rumah adat pada kelompok adat batak melambangkan "kerbau berdiri tegak". Rumah adat suku bangsa Batak bernama Ruma Batak. Berdiri kokoh dan megah dan masih banyak ditemui di Samosir.
Rumah adat Karo kelihatan besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Atapnya terbuat dari ijuk dan biasanya ditambah dengan atap-atap yang lebih kecil berbentuk segitiga yang disebut "ayo-ayo rumah" dan "tersek". Dengan atap menjulang berlapis-lapis itu rumah Karo memiliki bentuk khas dibanding dengan rumah tradisional lainnya yang hanya memiliki satu lapis atap di Sumatera Utara.
Bentuk rumah adat di daerah Simalungun cukup memikat. Kompleks rumah adat di desa Pematang Purba terdiri dari beberapa bangunan yaitu rumah bolon, balai bolon, jemur, pantangan balai butuh dan lesung.
Bangunan khas Mandailing yang menonjol adalah yang disebut "Bagas Gadang" (rumah Namora Natoras) dan "Sopo Godang" (balai musyawarah adat). Rumah adat Pesisir Sibolga kelihatan lebih megah dan lebih indah dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Rumah adat ini masih berdiri kokoh di halaman Gedung Nasional Sibolga.
2.2 Kerajinan
Tenunan merupakan seni kerajinan yang menarik dari suku Batak. Contoh tenunan ini adalah kain ulos dan kain songket. Ulos merupakan kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-upacara perkawinan, kematian, mendirikan rumah, kesenian,dsb. Bahan kain ulos terbuat dari benang kapas atau rami. Warna ulos biasanya adalah hitam, putih, dan merah yang mempunyai makna tertentu. Sedangkan warna lain merupakan lambang dari variasi kehidupan.
Kain Ulos
2.6 Kuliner
Makanan Sumatra terkenal dengan rasanya yang pedas begitu juga Medan, Sumatra Utara. Bila Anda berada di kota ini, cobalah masakan lokal seperti Nasi Ayam, Kweetiaow medan, dan lain-lain. Sebagian besar hidangan di sini dipengaruhi oleh budaya Melayu, Cina, dan India.
Masakan khas masyarakat Batak yang patut anda cicipi adalah, Arsik, ikau rata (daun singkong muda dimasak dengan campuran santan dan ikan teri) dan naniura (ikan mas mentah dengan campuran bumbu khusus dan perasan jeruk nipis). Sedangkan di Berastagi, pastikan Anda mengunjungi pasar tradisional dan tersedia buah-buah eksotis. Segelas sirup markisa khas daerah ini akan melepaskan dahaga Anda dan dapat dikonsumsi panas atau dingin. Ini juga dapat menjadi oleh-oleh yang sempurna untuk orang yang Anda cintai.
Untuk cita rasa, tanah Batak adalah surga bagi pecinta makanan santan dan pedas juga panas. PASITUAK NATONGGI atau uang beli nira yang manis adalah istilah yang sangat akrab disana, menggambarkan betapa dekatnya Tuak atau nira dengan kehidupan mereka.
2.7 Pariwisata
Sumatera Utara, sebuah provinsi yang ramai dikunjungi orang bukan hanya karena ibukotanya, Medan, adalah salah satu dari lima kota terbesar di Indonesia, namun juga karena kekentalan adat dan budaya penduduk aslinya. Provinsi yang dihuni oleh berbagai etnis ini tentu saja menarik minat khalayak ramai untuk mengenal adat, budaya, sejarah serta panorama yang terbentang di sana. Berikut ini adalah beberapa tempat wisata yang layak untuk dikunjungi.
1. Istana Maimun
Ikon kota Medan ini dibangun oleh Sultan Deli, Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah pada tahun 1888. Didesain oleh arsitek berkebangsaan Italia, Istana Maimun memiliki desain interior yang unik dan mencerminkan perpaduan warisan budaya khas Melayu, Eropa dan Islam. Dengan luas sekitar 2.772 m2, istana bernuansa serba kuning ini memiliki 30 ruangan di dalamnya. Di dalam balairung seluas 412m2 terdapat singgasana yang juga didominasi warna kuning. Dahulu ruangan ini kerap digunakan untuk upacara penobatan Sultan Deli atau acara adat lainnya.
2. Brastagi
Kurang lebih 60 kilometer dari kota Medan terdapat Brastagi, sebuah obyek wisata di dataran tinggi Karo. Berada di sekitar 4.594 kaki dari permukaan laut serta diapit oleh gunung Sibayak dan gunung Sinabung, Brastagi menyuguhkan panorama indah berupa lahan pertanian nan luas dan hijau. Brastagi merupakan penghasil sayur mayur dan buah-buahan terbesar di provinsi Sumatera Utara, selain juga menghasilkan berbagai jenis bunga.
Tidak jauh dari gunung Sibayak terdapat pemandian air panas. Sementara di kaki gunung Sinabung terdapat danau Lau Kawar. Kota berudara sejuk ini juga dikenal dengan julukan kota “Markisa dan Jeruk Manis”
3. Danau Toba
Danau Toba adalah danau terbesar di Asia Tenggara, dengan luas sekitar 1.700 m2 dan kedalaman sekitar 450 meter. Sejarah mencatat bahwa danau ini merupakan hasil dari letusan gunung berapi kurang lebih 75.000 tahun yang lalu. Di tengahnya terdapat pulau Samosir, yang juga memiliki danau di dalamnya.
Bukit-bukit hijau yang mengelilingi danau yang mirip lautan ini, suasana damai, serta udara nan sejuk sudah tentu membuat Danau Toba menarik banyak wisatawan domestik mau pun manca negara setiap tahunnya. Danau Toba dapat dicapai dalam waktu sekitar 4 jam dari kota Medan.
4. Desa Tomok
Di pesisir Timur pulau Samosir terdapat sebuah desa kecil bernama desa Tomok. Penduduk aslinya mencari nafkah dengan bertani, berdagang dan juga memanfaatkan obyek-obyek wisata di sana. Selain rumah adat Batak, di sana juga terdapat kompleks makam Raja Sidabutar dan benda-benda peninggalan jaman megatilik. Museum, gereja-gereja sederhana, berbagai patung dan sebuah resor juga menambah pesona Desa Tomok. Tidak mengherankan bila banyak wisatawan tertarik untuk mengunjungi situs ini untuk memperkaya pengetahuan, khususnya mengenai sejarah budaya Batak. Tidaklah sulit untuk mencapai desa ini karena lokasinya yang sangat dekat dengan dermaga penghubung ke Parapat, yaitu hanya sekitar 1 jam menggunakan feri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Daerah Sumatra Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri atas beberapa suku, seperti Melayu, Nias, Batak Toba, Pakpak, Karo, Simalungun, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan (meliputi Sipirok, Angkola, Padang Bolak, dan Mandailing); serta penduduk pendatang seperti Minang, Jawa dan Aceh yang membawa budaya serta adat-istiadatnya sendiri-sendiri. Daerah ini memiliki potensi yang cukup baik dalam sektor pariwisata, baik wisata alam, budaya, maupun sejarah.
Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat istiadat, tari daerah, jenis makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki bahasa daerah masing-masing. Keragaman budaya ini sangat mendukung dalam pasar pariwisata di Sumater Utara. Walaupun begitu banyak etnis budaya di Sumatera Utara tidak membuat perbedaan antar etnis dalam bermasyarakat karena tiap etnis dapat berbaur satu sama lain dengan memupuk kebersamaan yang baik. kalau di lihat dari berbagai daerah bahwa hanya Sumatera Utara yang memiliki penduduk dengan berbagai etnis yang berbeda dan ini tentunya sangat memiliki nilai positif terhadap daerah Sumatera Utara.
3.2 Saran
Dilihat dari suku yang ada di Sumatra saja sudah menunjukkan betapa majemuk nya bangsa Indonesia. Tetapi tidak seharusnya kemajemukan atau perbedaan yang ada menjadi halangan untuk mewujudkan persatuan kesatuan bangsa Indonesia.itu seharusnya menjadi suatu kebanggaan bagi kita sebagai warga Negara Indonesia, dengan tetap mempertahankan kebudayaan yang sudah ada menjadi cambuk untuk menumbuhkan rasa dan semangat nasionalisme.
DAFTAR PUSTAKA
http://ahmad-bloggue.blogspot.com/2010/04/makalh-kebudayaan-sumatra-utara.html
http://indonesia-liek.blogspot.com/2010/12/budaya-sumatera-utara-seni-kebudayaan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Utara
http://rezadwiramadhan.wordpress.com/2010/10/02/budaya-sumatera-utara/
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=13764
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
Subscribe to:
Posts (Atom)